Thursday, 15 December 2016

2017 F-22 Raptor Akan Wira-Wiri di Sekitar Indonesia


Mulai tahun 2017, Australia akan menjadi tuan rumah bagi sejumlah pesawat militer AS, termasuk jet tempur siluman F-22 Raptor. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kekuatan tempur kredibel di wilayah tersebut dan mengirim pesan untuk agresor potensial, terutama China.

Royal Australian Air Force akan memulai latihan bersama dengan F-22 Raptor di atas wilayah Australia tahun depan. Ini berarti pesawat siluman ini akan wira-wiri di sekitar Indonesia. Ini adalah salah satu efek dari perjanjian yang ditandatangani oleh Adm. Harry Harris, Komandan Komando Pasifik AS, dan kepala pertahanan Australia Marsekal Mark Binskin.

Berbicara di Institut Lowy di Sydney, Harris sebagaimana dilaporkan The Aviationist Rabu 14 Desember 2016 mengatakan bahwa AS dan Australia mengeksplorasi integrasi yang lebih besar dari penyebaran jet tempur generasi kelima ke Australia dan berencana untuk melihat kegiatan yang signifikan di 2017.

Kedatangan F-22 ini akan memberi RAAF setidaknya pengetahuan pada pesawat tempur generasi kelima sebelum mereka pada akhirnya akan menggunakan F-35 Lightning II. Tetapi Joint Strike Fighter tidak akan masuk dinas aktif dengan Angkatan Udara Australia sampai dekade berikutnya.

F-35A pertama Australia akan tiba di Australia pada tahun 2018 dan skuadron pertama, akan beroperasi pada 2021. Total 72 pesawat diharapkan akan beroperasi penuh pada 2023.

“Karena F-22 adalah satu-satunya pesawat tempur generasi kelima sudah dalam pelayanan dalam jumlah yang baik, Angkatan Udara AS memiliki rencana untuk menurunkan beberapa F-22 untuk bekerja dengan Australia guna menunjukkan beberapa hal terkait perawatan pesawat dan aspek lainnya dari airframes generasi kelima,” kata Harris.

Meskipun di masa lalu Raptor telah beberapa kali ke Australia, tetapi sebatas mengikuti pameran kedirgantaraan. Penyebaran kali ini akan memiliki tujuan yang berbeda. Menurut Harris, F-22 akan menjadi bagian dalam mempertahankan kekuatan tempur kredibel di wilayah ini sekaligus mengirim pesan yang tegas untuk lawan-lawan potensial mereka, terutama China yang terus menegaskan klaimnya di Laut China Selatan.

Kehadiran F-22 di Australia utara mirip dengan penyebaran ke Jepang. USAF telah mulai merotasi jet tempur ke pangkalan Komando Pasifik pada Maret 2004 dan pada bulan Januari 2016 selusin Raptor yang dikerahkan ke Yokota, dekat Tokyo, untuk memberi pesan ke Korea Utara yang baru saja melakukan uji bom nuklir.

Penyebaran segelintir jet siluman di sekitar 2.000 mil laut dari Laut China Selatan agak simbolis kecuali dianggap sebagai bagian dari pembangunan militer di sekitar perairan bermasalah di teater Indo-Asia-Pasifik.

Pada 9 Agustus 2016 tiga pembom B-2 Spirit telah dikerahkan ke Andersen Air Force Base, di Guam, untuk melakukan operasi pencegahan di wilayah tersebut. B-1B Lancers juga telah dikerahkan ke Guam untuk mendukung Komando Pasifik AS (USPACOM) dalam misi kehadiran Bomber berkelanjutan

Kapal Induk Amerika secara berkala juga melakukan operasi di Pasifik Barat dan kadang-kadang juga di Laut Cina Selatan, Laut China Timur dan Laut Filipina. Juni lalu, dua Flattops bertenaga nuklir dioperasikan secara bersamaan di daerah, bekerja juga bersama dua B-52 Stratofortress Angkatan Udara AS melakuan sortie pelatihan serangan maritim. Pada periode yang sama, Washington juga mengerahkan sementara beberapa EA-18G Growlers Angkatan Laut ke Filipina.

Indonesia dan Australia menjadi dua kekuatan besar yang posisinya saling berdekatan. Beberapa kali ketegangan politik terjadi antara kedua negara meski tidak pernah sekalipun pecah menjadi konflik bersenjata. Indonesia dan Australia juga membangun kekuatan udaranya dengan sejumlah platform. Jika Indonesia menggabungkan kekuatan Timur dan Barat, Australia menggunakan platform yang dibeli dari barat.

0 comments:

Post a Comment