Rusia tak
lagi masuk dalam daftar lima negara dengan anggaran pertahanan tertinggi tahun
ini. Demikian hal tersebut dilaporkan perusahaan riset asal Inggris Jane's
Defence Budget. Berdasarkan laporan itu, AS menempati peringkat pertama,
diikuti Tiongkok, dan Inggris. India masuk pada posisi keempat, mengalahkan
Arab Saudi dan Rusia. Dengan begitu, untuk pertama kalinya sejak tahun 1990-an,
Rusia keluar dari deretan lima besar, tulis Financial Times.
Setelah
diberlakukannya sanksi Barat serta jatuhnya harga minyak dunia, Rusia secara
konsisten mulai mengurangi anggaran pertahanan nasional. Menurut
Direktur Pusat Keamanan Internasional di Institut Ekonomi Dunia Aleksey
Arbatov, pengeluaran negara untuk sektor pertahanan pada 2016 dianggarkan
sebesar 3,2 triliun rubel (52 miliar dolar AS), dan pada 2017 telah ditetapkan
hanya sebesar 2,8 triliun rubel (46 miliar dolar AS).
“Ini secara
langsung terkait dengan defisit anggaran dan krisis ekonomi, tidak ada alasan
lainnya,” tutur Arbatov.
Menurut
berbagai sumber, pengeluaran anggaran pertahanan Rusia mengambil lima persen
dari PDB negara. Angka ini mengungguli AS (sekitar 3,1 persen dari PDB),
Tiongkok, dan sebagian besar negara-negara Eropa (dua persen dari PBD, atau
bahkan kurang dari itu). Sementara, Arab Saudi dan Israel menghabiskan lebih
besar dari Rusia (masing-masing 13 persen dan 5,5 persen).
Namun
demikian, dalam struktur APBN Rusia jika dibandingkan sektor lainnya, dana yang
dihabiskan untuk sektor pertahanan tak banyak dikurangi. Sementara, pemotongan
besar-besaran terjadi pada sektor sosial dari perekonomian Rusia. Arbatov
menyebutkan, hal ini menunjukkan prioritas pemerintah Rusia.
Pemerintah
Rusia telah memutuskan untuk mengurangi pendanaan untuk ‘Pembangunan Inovatif
dan Modernisasi Ekonomi’ (dikurangi 250 miliar rubel), serta program-program
‘Kualitas Hidup Baru’ (dikurangi 90,9 miliar rubel), dan ‘Pengembangan Sistem
Transportasi’ (83,5 miliar rubel), tulis Novaya Gazeta melaporkan pada Oktober
lalu.
Sebagaimana
yang dijelaskan Arbatov, Rusia akan memotong anggaran belanja militer dengan
meningkatkan durasi pelaksanaan sejumlah proyek, dari pada membatalkan seluruh
proyek sepenuhnya. Menurutnya, sebagian pengeluaran akan didistribusikan dalam
kerangka kerja Program Persenjataan Negara yang baru pada 2025, yang akan
menggantikan program serupa pada tahun 2020. Selain itu,
ada kemungkinan Rusia berhemat untuk rencana pelaksanaan latihan militer
besar-besaran, yang sebelumnya pernah melibatkan hingga 150 ribu tentara, tutur
sang pakar.
0 comments:
Post a Comment