Telah kita
ketahui bersama F-35 Joint Strike Fighter produksi pabrikan Lockheed Martin di
gadang-gadang akan menjadi tulang punggung armada pesawat tempur taktis
Pentagon (AS) dan negara-negara pengeksport senjata negeri paman Sam. Namun
dengan biaya pengembangan dan pengoperasian yang sangat mahal, tidak semua
negara langganan export senjata negeri paman Sam mampu untuk menerbangkan pesawat
tempur generasi kelima yang di sebut memiliki Avionik paling canggih ini. Bahkan
Rusia dan China-pun kelihatan nya tidak mungkin untuk mencoba mengembangkan
semua armada pesawat tempur generasi kelima yang merupakan pesawat generasi
paling mutakhir di karenakan biaya pegembangan nya yang tidak ekonomis.
Untuk Rusia
sendiri mereka memilih untuk terus mengembangkan Peswat Tempur Air Superiority terdahulu
(Sukhoi Su-27 Flanker) mereka. Yang paling ampuh dari pengembangan nya yaitu
jenis Flanker derivatif SU-35, yang merupakan versi dengan avionik,
Persenjataan udara taktis, mesin dan badan pesawat yang lebih baik. Yang di
tujukan untuk mengisi kekosongan slot pesawat Generasi Ke-5 mereka yang juga
sedang dalam pegembangan. Dimana kemungkinan nya Dalam tahun-tahun mendatang si Flanker-E ini akan
mengisi arsenal sejumlah negara yang sebelum nya memang telah mengoperasikan
peswat tempur Sukhoi family versi sebelum nya.
Untuk mengatasi
proliferasi varian Flanker, maka Angkatan Udara, Marinir dan Angkatan Laut AS
akan bergantung pada Pesawat tempur F-35
meskipun pesawat ini tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah pesawat
tempur superioritas udara dalam Close-In Battle karena menganut doktrin First
Look-first kill (BVR Combat). Walaupun demikian sudah kita ketahui bahwa F-35
JSF ini merupakan pesawat tempur dengan kemampuan pertahanan udara-ke-udara
yang canggih.
Yang jadi tanda
tanya besar adalah Bagaimana bila sekelompok (empat unit Pesawat) F-35 JSF akan
Face to Face dengan formasi empat unit varian Pesawat SU-35 ??, bagaimana menurut anda ??. Jawaban yang paling mungkin menurut saya adalah bahwa mereka (F-35 JSF) akan
mengubah arah dan memanggil bantuan F-22 Raptors atau F-15C milik AU AS yang
bertugas untuk peran superioritas udara. Sementara itu, rombongan F-35 JSF akan
pergi menjauh, “selamat sampai tujuan” ke target yang telah di tentukan.
Namun dari track
record yang ada menunjukkan, seringkali dalam
perang anda tidak selalu bisa memilih solusi paling optimal atau dengan kata lain pilot bisa memutuskan untuk berimprovisasi pada kondisi-kondisi tertentu. karena Jika-pun F-35 dibiarkan untuk melakukan
“Air Combat superiority”, dengan melihat berbagai macam jeroan teknologi
Avionik canggih yang di tanamkan dalam Pesawat F-35 ini, mereka mungkin akan
baik-baik saja jika berhadapan dengan Su-35, dengan catatan mereka memang bisa
memaksimalkan semua kemampuan pesawat ini terutama “kartu AS nya” yaitu Stealth
teknologi. Para Pilot F-35 harus menggunakan teknologi siluman onboard dan offboard
Sensor dan taktik cerdas untuk menghindari sisi lemah dari pesawat. Itu berarti
menggunakan “stealth jet cruiser” dan berbagai sensor pesawat untuk terlibat
pertempuran dari luar jangkauan visual musuh (BVR) dan menghindari pertarungan
jarak dekat di mana F-35 bisa di bilang cukup rentan.
Sedangkan F-22 Raptors,
pesawat ini memang dari awal dirancang sebagai pesawat pembunuh untuk tujuan “Air
Superiority” dimana Raptors menggabungkan jeroan teknologi, rancangan badan
pesawat dan komposit kulit yang bersifat Siluman ditambah dengan kecepatan
jelajah supersonik lebih dari Mach 1,8 yang bila dibandingkan dengan F-35, hanya
nyaris menyentuh Mach 1,6 di posisi afterburner penuh.
Selanjutnya,
Para Raptors memiliki manuver yang sangat baik dalam pertarungan dogfights,
radius sudut serangan dan penambahan energi laju pada semua ketinggian jelajah
yang dilewati nya. Daya jelajah Raptor pada kecepatan supersonik di atas ketinggian
50.000 kaki secara efektif dapat memilih kapan dan di mana untuk menyerang.
sedang pada F-35, jika tidak berhati hati dalam kondisi penerbangan jarak
dekat, lambat ataupun terbang rendah mungkin akan menempatkan pesawat ini pada
posisi “dipaksa” untuk bereaksi dan berkinerja
lebih baik dari pesawat musuh jika ingin survive.
Selain itu, F-35
tidak memiliki kecepatan atau ketinggian jelajah ideal untuk memberikan banyak
energi peluncuran pada rudal AIM-120 Air to Air seperti yang bisa di lakukan Raptors,
yang berarti rudal akan memiliki kisaran jarak yang lebih kecil ketika ditembak-kan
dari F-35. Pesawat ini juga (F-35 JSF) tidak bisa mengangkut banyak rudal
udara-ke-udara dan mengingat bahwa Emisi dari frequensi jammers memori radio digital pada sistem bimbingan AMRAAM ini dapat mendatangkan malapetaka, karena bisa jadi akan terendus oleh peralatan elektronik musuh.
Dalam jarak
dekat, F-35 JSF tidak memiliki manuver seperti Raptors atau bahkan F-16 atau F
/ A-18. Bilapun dipaksakan dalam pertempuran udara jarak dekat, keunggulan
skill dan pengalaman seorang pilotlah yang mungkin menjadi satu-satunya faktor
yang bisa menyelamatkan dia dari ditembak jatuh oleh lawan nya. Faktanya adalah
F-35 dalam konfigurasi siluman nya hanya dipersenjatai dengan senjata internal yang
saat ini tidak dapat membawa AIM-9X Rudal high off-boresight. Jikapun nanti
AIM-9X diintegrasikan ke dalam teluk senjata, justru akan mengorbankan posisi
AIM-120 AMRAAM yang bisa dibilang senjata yang lebih baik untuk pesawat seperti
F-35. Pada dasarnya Pilot F-35 memang harus menghindari “laga” pertarungan
jarak dekat.
Hal ini sangat
tidak memungkin-kan untuk menugaskan misi superioritas udara kepada F-35 jika memang masih ada pilihan alternatif yang tersedia (F-22 lebih Ideal). Tetapi mengingat
armada Raptor yang tidak terlalu besar dan berkurangnya armada F-15C milik AU
AS, ada kemungkinan bahwa F-35 ini dipaksakan sebagai aset superioritas udara.
Namun sebenar nya yang akan menjadi ancaman nyata dan terberat untuk kekuatan
udara Amerika di sebagian besar wilayah di seluruh dunia bukan datang dari musuh
yang hanya semata mata mengandalkan kekuatan pesawat Superiority udara, melainkan
musuh yang menggunakan sistem pertahanan yang terintegrasi antar Matra atau
yang biasa dikenal dengan sebutan “NETWORK CENTRIK WARFARE”.
Bagaimana dengan negara kita ??.
apakah
kita akan semata mata mengandalkan pesawat tempur Air superiority mahal dan kata
nya canggih namun hanya akan menjadi “Lone wolf” karena bekerja sendiri ??.
atau kah cukup dengan pesawat dengan spesifikasi yang medium namun mengandalkan kerja sama yang solid antar matra untuk menjaga pertahanan NKRI yang kita cintai ini ??
Data diolah dari berbagai sumber
0 comments:
Post a Comment