Friday 8 July 2016

Inilah AlasanNya Kenapa F-35 JSF Belum Lebih Baik Dari F-22 Raptors



Telah kita ketahui bersama F-35 Joint Strike Fighter produksi pabrikan Lockheed Martin di gadang-gadang akan menjadi tulang punggung armada pesawat tempur taktis Pentagon (AS) dan negara-negara pengeksport senjata negeri paman Sam. Namun dengan biaya pengembangan dan pengoperasian yang sangat mahal, tidak semua negara langganan export senjata negeri paman Sam mampu untuk menerbangkan pesawat tempur generasi kelima yang di sebut memiliki Avionik paling canggih ini. Bahkan Rusia dan China-pun kelihatan nya tidak mungkin untuk mencoba mengembangkan semua armada pesawat tempur generasi kelima yang merupakan pesawat generasi paling mutakhir di karenakan biaya pegembangan nya yang tidak ekonomis.

Untuk Rusia sendiri mereka memilih untuk terus mengembangkan Peswat Tempur Air Superiority terdahulu (Sukhoi Su-27 Flanker) mereka. Yang paling ampuh dari pengembangan nya yaitu jenis Flanker derivatif SU-35, yang merupakan versi dengan avionik, Persenjataan udara taktis, mesin dan badan pesawat yang lebih baik. Yang di tujukan untuk mengisi kekosongan slot pesawat Generasi Ke-5 mereka yang juga sedang dalam pegembangan. Dimana kemungkinan nya  Dalam tahun-tahun mendatang si Flanker-E ini akan mengisi arsenal sejumlah negara yang sebelum nya memang telah mengoperasikan peswat tempur Sukhoi family versi sebelum nya.

Untuk mengatasi proliferasi varian Flanker, maka Angkatan Udara, Marinir dan Angkatan Laut AS akan bergantung pada Pesawat tempur  F-35 meskipun pesawat ini tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah pesawat tempur superioritas udara dalam Close-In Battle karena menganut doktrin First Look-first kill (BVR Combat). Walaupun demikian sudah kita ketahui bahwa F-35 JSF ini merupakan pesawat tempur dengan kemampuan pertahanan udara-ke-udara yang canggih.

Yang jadi tanda tanya besar adalah Bagaimana bila sekelompok (empat unit Pesawat) F-35 JSF akan Face to Face dengan formasi empat unit varian Pesawat SU-35 ??, bagaimana menurut anda ??. Jawaban yang paling mungkin menurut saya adalah bahwa mereka (F-35 JSF) akan mengubah arah dan memanggil bantuan F-22 Raptors atau F-15C milik AU AS yang bertugas untuk peran superioritas udara. Sementara itu, rombongan F-35 JSF akan pergi menjauh, “selamat sampai tujuan” ke target yang telah di tentukan.

Namun dari track record  yang ada menunjukkan, seringkali dalam perang anda tidak selalu bisa memilih solusi paling optimal atau dengan kata lain pilot bisa memutuskan untuk berimprovisasi pada kondisi-kondisi tertentu. karena Jika-pun F-35 dibiarkan untuk melakukan “Air Combat superiority”, dengan melihat berbagai macam jeroan teknologi Avionik canggih yang di tanamkan dalam Pesawat F-35 ini, mereka mungkin akan baik-baik saja jika berhadapan dengan Su-35, dengan catatan mereka memang bisa memaksimalkan semua kemampuan pesawat ini terutama “kartu AS nya” yaitu Stealth teknologi. Para Pilot F-35 harus menggunakan teknologi siluman onboard dan offboard Sensor dan taktik cerdas untuk menghindari sisi lemah dari pesawat. Itu berarti menggunakan “stealth jet cruiser” dan berbagai sensor pesawat untuk terlibat pertempuran dari luar jangkauan visual musuh (BVR) dan menghindari pertarungan jarak dekat di mana F-35 bisa di bilang cukup rentan.

Sedangkan F-22 Raptors, pesawat ini memang dari awal dirancang sebagai pesawat pembunuh untuk tujuan “Air Superiority” dimana Raptors menggabungkan jeroan teknologi, rancangan badan pesawat dan komposit kulit yang bersifat Siluman ditambah dengan kecepatan jelajah supersonik lebih dari Mach 1,8 yang bila dibandingkan dengan F-35, hanya nyaris menyentuh Mach 1,6 di posisi afterburner penuh.

Selanjutnya, Para Raptors memiliki manuver yang sangat baik dalam pertarungan dogfights, radius sudut serangan dan penambahan energi laju pada semua ketinggian jelajah yang dilewati nya. Daya jelajah Raptor pada kecepatan supersonik di atas ketinggian 50.000 kaki secara efektif dapat memilih kapan dan di mana untuk menyerang. sedang pada F-35, jika tidak berhati hati dalam kondisi penerbangan jarak dekat, lambat ataupun terbang rendah mungkin akan menempatkan pesawat ini pada posisi “dipaksa” untuk bereaksi  dan berkinerja lebih baik dari pesawat musuh jika ingin survive.

Selain itu, F-35 tidak memiliki kecepatan atau ketinggian jelajah ideal untuk memberikan banyak energi peluncuran pada rudal AIM-120 Air to Air seperti yang bisa di lakukan Raptors, yang berarti rudal akan memiliki kisaran jarak yang lebih kecil ketika ditembak-kan dari F-35. Pesawat ini juga (F-35 JSF) tidak bisa mengangkut banyak rudal udara-ke-udara dan mengingat bahwa Emisi dari frequensi jammers memori radio digital pada sistem bimbingan AMRAAM ini dapat mendatangkan malapetaka, karena bisa jadi akan terendus oleh peralatan elektronik musuh.

Dalam jarak dekat, F-35 JSF tidak memiliki manuver seperti Raptors atau bahkan F-16 atau F / A-18. Bilapun dipaksakan dalam pertempuran udara jarak dekat, keunggulan skill dan pengalaman seorang pilotlah yang mungkin menjadi satu-satunya faktor yang bisa menyelamatkan dia dari ditembak jatuh oleh lawan nya. Faktanya adalah F-35 dalam konfigurasi siluman nya hanya dipersenjatai dengan senjata internal yang saat ini tidak dapat membawa AIM-9X Rudal high off-boresight. Jikapun nanti AIM-9X diintegrasikan ke dalam teluk senjata, justru akan mengorbankan posisi AIM-120 AMRAAM yang bisa dibilang senjata yang lebih baik untuk pesawat seperti F-35. Pada dasarnya Pilot F-35 memang harus menghindari “laga” pertarungan jarak dekat.

Hal ini sangat tidak memungkin-kan untuk menugaskan misi superioritas udara kepada F-35 jika memang masih ada pilihan alternatif yang tersedia (F-22 lebih Ideal). Tetapi mengingat armada Raptor yang tidak terlalu besar dan berkurangnya armada F-15C milik AU AS, ada kemungkinan bahwa F-35 ini dipaksakan sebagai aset superioritas udara. Namun sebenar nya yang akan menjadi ancaman nyata dan terberat untuk kekuatan udara Amerika di sebagian besar wilayah di seluruh dunia bukan datang dari musuh yang hanya semata mata mengandalkan kekuatan pesawat Superiority udara, melainkan musuh yang menggunakan sistem pertahanan yang terintegrasi antar Matra atau yang biasa dikenal dengan sebutan “NETWORK CENTRIK WARFARE”.

Bagaimana dengan negara kita ??.
apakah kita akan semata mata mengandalkan pesawat tempur Air superiority mahal dan kata nya canggih namun hanya akan menjadi “Lone wolf” karena bekerja sendiri ??.

atau kah cukup dengan pesawat dengan spesifikasi yang medium namun mengandalkan kerja sama yang solid antar matra untuk menjaga pertahanan NKRI yang kita cintai ini ??

Data diolah dari berbagai sumber

0 comments:

Post a Comment