Tuesday 28 February 2017

T-34, Titik Kunci Kekalahan Jerman Melawan Soviet


Pada tanggal 22 Juni 1941, Nazi Jerman melancarkan Operasi Barbarossa, serangan besar-besaran Uni Soviet yang menjadi invasi terbesar dalam sejarah.

Lebih dari tiga juta tentara Jerman, 150 divisi dan 3.000 tank yang terdiri tiga kelompok tentara raksasa yang menciptakan garis depan sepanjang lebih dari 1.800 mil.

Jerman diperkirakan akan menghadapi musuh-inferior yang Hitler sebut sebagai untermenschen. Setelah mencapai kemenangan di Polandia dan Prancis petinggi militer Jerman percaya bahwa sudah takdir jerman harus menyerang Rusia. “Akhir dari dominasi Yahudi di Rusia juga akan menjadi akhir dari Rusia sebagai sebuah negara,” kata Hitler dalam manifesto Mein Kampf.

Selama berbulan-bulan Jerman meraih kemenangan demi kemenangan gemilang. Tapi kemudian serangan itu terhenti setelah muncul sebuah tank baru Soviet yang membuat Wehrmacht tertegun.

Tank itu adalah T-34. Kendaraan lapis baja baru dengan senapan 76 milimeter yang sangat baik dan baju besi miring tebal serta mampu melaju lebih dari 35 mil per jam. Tank ini memiliki banyak fitur desain canggih untuk ukuran wktu itu dan yang jelas bisa meledakkan tank Jerman.

Tetapi T-34 tetap memiliki masalah, yakni dalam hal visibilias yang buruk dan pengerjaan Soviet yang dikenal buruk.

“Mereka baik, tapi mereka bukan senjata mukjizat dan mereka memiliki sejumlah kesalahan,” tulis Philip Kaplan di Rolling Thunder: A Century of Tank Warfare.

“Tapi T-34, dengan segala kekurangannya, kini sering disebut oleh para ahli tank dan sejarawan sebagai salah satu tank terbaik.”

Asal-usul T-34 cukup sederhana. Tentara Merah mencari pengganti untuk tank kavaleri BT-7 yang mampu bergerak cepat dan lapis baja ringan untuk digunakan bermaneuver dalam perang. Tank ini juga memiliki suspensi Chrstie yang menjadi salah satu alasan meningkatkan kecepatan tank.

Tetapi selama perang perbatasan melawan Jepang tahun 1938-1939  BT-7 bernasib buruk. Bahkan dengan meriam bertenaga rendah, tank Jepang Type 95 dapat dengan mudah menghancurkan BT-7.

T-34 adalah solusinya. Tank ini meneruskan suspensi Christie, menggantikan mesin bensin dengan 2 mesin diesel pembangkit listrik V-34 V12  dan menawarkan kecepatan 10 mil per jam lebih cepat dari Panzer III atau Panzer IV Jerman. Selanjutnya, meriam kecepatan tinggi T-34  mampu membunuh tank manapun di dunia pada saat itu.

“Pada tahun 1941 ketika Hitler meluncurkan Barbarossa, tank tidak bisa disangkal menjadi yang terbaik di dunia,” kata Jason Belcourt, seorang veteran Angkatan Darat AS yang bertugas di cabang armor, sebagaimana ditulis War is Boring. “Kombinasi armor miring, meriam besar, kecepatan yang baik dan kemampuan manuver yang jauh lebih baik dari apa pun yang dimiliki Jerman.”

SENJATA JERMAN TAK BERKUTIK


Pada pertengahan tahun 1941, Uni Soviet memiliki lebih dari 22.000 tank. Jumlah ini bahkan lebih banyak dibandingkan semu tank yang dimiliki tentara di seluruh dunia. Kekuatan tank Soviet juga empat kali lebih banyak dibandingkan yang ada di gudang senjata Jerman.

Pada akhir perang, Uni Soviet telah menghasilkan hampir 60.000 T-34 tank yang membuktikan bahwa kuantitas adalah salah satu bentuk kualitas.

Pada awalnya, Jerman bingung ketika harus melawan ancaman T-34. Senjata antitank standar Jerman Kwk36 37 milimeter dan Kwk 38 50 milimeter, tidak bisa membuat  penyok tank Soviet dengan tembakan ke depan.

Jerman kemudian memiliki taktik terbatas dengan mencoba tembakan samping dan meletakkan ranjau. Tentara Jerman juga harus mempertaruhkan nyawa mereka dengan melalukan serangan darat dengan menggunakan bom tas atau Molotov. Dalam situasi putus asa, Jerman juga memodifikasi senjata antipesawat 80 milimeter untuk menyerang T-34.

Tetapi Rusia tidak pernah memiliki awak yang cukup terlatih. Hal ini yang menjadikan banyak T-34 akhirnya juga hancur. Ketika kemudian Soviet berhasil membangun kru yang lebih terlatih dan tangguh, Jerman sudah memiliki tank dengan senjata kecepatan tinggi dan senjata antitank lebih baik seperti Panzerfaust, sebuah recoilless senjata anti-tank dengan hulu ledak tinggi.

Tetapi Rusia tetap memiliki lebih banyak T-34 dibandingkan Panzer dan Tiger Jerman. “Kekutan tank ditentukan oleh pertempuran produksi,” kata Belcourt. “Dari Juni 1941 sampai akhir perang, Soviet selalu memproduksi tank dengan lebih baik.”

T-34 menurut Belcourt tidak bisa disangkal merupakan tank revolusioner. “Tetapi mereka bukan yang pertama dalam hal teknologi yang digunakan. armor miring tebal dengan mesin diesel, trek lebar dan besar, meriam yang relatif kuat sebelumnya sudah ada, tetapi memang tidak pernah digunakan bersama kecuali pada T-34,” kata Belcourt.


Hadapi Perang Elektronik, Australia Tempuh 3 Langkah

EA-18G Growler

Beam Battle atau perang gelombang elektronik muncul pertama selama Perang Dunia II yang diawali dengan upaya Jerman memanfaatkan navigasi radio dalam pemboman malam di Inggris.

Inggris akhirnya berhasil melawan atau mendistorsi sinyal radio Jerman, sehingga lebih sulit untuk pembom dalam mencapai target mereka. Episode secara dramatis yang menggambarkan keuntungan dalam peperangan elektronik, terutama ketika operasi melawan musuh yang kuat dan canggih.

Sejak akhir Perang Dingin dan awal perang yang oleh Amerika disebut sebagai perang melawan teror, target utama kekuatan militer Barat adalah kelompok yang memiliki teknologi rendah di Timur Tengah. Platform peperangan elektronik seperti EA-6B Prowler Angkatan Laut AS digunakan untuk mencegat dan menindas komunikasi musuh selama operasi. Dengan teknologi yang relatif rendah, musuh tak memiliki kemampuan untuk melawan.

Ancaman konstan untuk pasukan darat dari perangkat peledak improvisasi menyebabkan perkembangan teknologi baru yakni Jamming counter-IED systems, namun nyaris belum terlihat.

Hal ini terlihat dari jamming pod ALQ-99 yang digunakan pada Prowler, dan yang lebih terbaru yakni pada EA-18G Growler, yang mana alat tersebut pertama kali digunakan pada Perang Vietnam dan penggantinya masih belum kelihatan.

Kurangnya perkembangan baru dalam peperangan elektronik sejak akhir Perang Dingin telah menyebabkan penutupan kesenjangan teknologi antara Amerika Serikat (dan sekutunya seperti Australia), dengan musuh potensial seperti Rusia atau China.

Tren ini telah jelas terlihat dari kemampuan EW Rusia yang digunakan di Timur Ukraina. Sistem jamming darat Rusia Krasukha-4 terbukti terlalu canggih untuk bisa diatasi oleh Ukraina, dan digambarkan oleh Letnan Jenderal Ben Hodges, komandan unit US Army di Eropa, sebagai ”mata air” kecanggihan.

Tahun lalu, Rusia mengerahkan Krasukha-4 ke Suriah dalam mendukung operasi di negara tersebut, bersama dengan sistem rudal S-400. S-400 sendiri menggunakan radar AESA untuk melacak beberapa target udara pada jarak hingga 600km, dan dapat menembakkan rudal supersonik hingga 400 km.

Rusia mengekspor S-400 ke China dan India dalam rencana, dan platform pendahulunya, S-300 dioperasikan oleh beberapa negara termasuk China dan Iran. Karena proliferasi ini, konflik dengan Rusia, China atau bahkan Iran kemungkinan akan melibatkan komponen peperangan elektronik yang cukup tinggi.

TIGA LANGKAH AUSTRALIA


Angkatan Pertahanan Australia akan membutuhkan kemampuan taktis EW baru dan canggih untuk berkontribusi dalam hal konflik dengan musuh yang berteknologi mampu. Ada sistem yang sudah ada di jalan, tapi ada beberapa hal harus disadari ketika mempertimbangkan kemampuan masa depan EW Australia.

Pertama, pemerintah Australia pada 2013 mengumumkan bahwa mereka akan membeli 12 Growler dari Amerika Serikat untuk disandingkan dengan 24 F/A-18F super Hornet yang sudah dalam layanan. Mantan Air Marshal RAAF, Geoff Brown mengatakan Growler “akan memiliki efek strategis terbesar di Angkatan Pertahanan Australia sejak mereka memiliki F-111 di tahun 1970-an.”

ALQ-99 Jamming Pod

Mereka masih akan mengoperasikan jammer pod ALQ-99 usang, tetapi ADF kemungkinan akan berusaha untuk memperoleh Next-Gen jammer (NGJ) Angkatan Laut AS ketika tiba beberapa saat setelah 2021.

Pada dasarnya, jammer baru adalah pergeseran dari dummy jamming ke smart jamming dan itu sedang dirancang dengan kompatibilitas Growler sebagai prioritas. Growler Angkatan Udara Australia juga akan membawa sistem intelijen elektronik (ELINT) ALQ-218, yang digunakan untuk mendeteksi dan menganalisa sinyal di lingkungan operasi.

Kedua, F-35 Lightning II akan memiliki sistem radar AESA digital yang juga akan menjadi sistem peperangan elektronik yang mampu. Ini akan dapat berfungsi sebagai jammer dan menghasilkan target palsu.

Yang belum jelas apakah kemampuan EW F-35 akan lebih besar dibandingkan NGJ, karena radar F-35 dioptimalkan menjadi radar penargetan dan terbatas untuk frekuensi X-band. Namun, program pengembangan F-35 akan terus berkembang mengarah pada kemampuan “kognitif EW”, yang akan memungkinkan F-35 untuk beradaptasi dengan emisi untuk meningkatkan kelincahan elektronik.

Ketiga, peperangan elektronik tidak perlu dibatasi untuk serangan elektronik atau kemampuan ELINT. Bahkan, mempertahankan keunggulan teknologi pada kemampuan mereka adalah minimal yang harus dilakukan AS dan Australia. Hasil dari konflik masa depan ditentukan dalam laboratorium penelitian hari ini.

Kemampuan spektrum elektromagnetik mencakup peran yang berkembang untuk teknologi microwave, seperti senjata microwave daya tinggi yang dapat mengganggu atau bahkan menghancurkan kendaraan elektronik dan drone musuh.

Australia memiliki posisi yang baik untuk menikmati kemampuan pembangunan peperangan elektronik AS, yang memiliki manfaat tambahan untuk meningkatkan interoperabilitas, tetapi Australia harus mencari kesempatan untuk berkontribusi untuk penelitian masa depan di lapangan.

Defence Science and Technology Group telah mempekerjakan tim spesialis radar kelas dunia untuk bekerja pada Jindalee Operational Radar Network.

Akhirnya, Angkatan Laut AS akan terus menanggung beban pengujian kemampuan jaringan platform Australia karena mereka adalah operator utama dari Super Hornet dan Growler, serta P-8 Poseidon dan MQ-4C Triton dimana Australia juga dalam rencana untuk memilikinya.

“Australia juga harus berusaha untuk mengkonfirmasi F-35 dan kompatibilitas jaringan NGJ dengan E-7A Wedgetail dan Gulfstream 550, dan RAN Air Warfare Destroyer serta frigat dan kapal selam masa depan. Australia perlu untuk menyelaraskan struktur dan doktrin EW untuk memanfaatkan kemampuan yang disediakan oleh sistem pengumpulan intelijen EW dan sinyal jaringan,” tulis James Mugg, peneliti ASPI.

Dalam hal konflik, Australia harus mampu mempekerjakan platform peperangan elektronik modern, baik secara mandiri atau dalam gabungan dengan sekutu. Kalau tidak, Australia bisa berakhir di sisi yang salah dari pertempuran gelombang ini.

Kim Jong Un Dikabarkan Kembali Eksekusi 5 Pejabat dengan Senjata Antipesawat

Kim Won-Hong

Kim Jong-un dikabarkan kembali mengeksekusi lima pejabat tinggi keamanan dengan senjata anti-pesawat karena mereka membuat laporan palsu yang menimbulkan kemarahan pemimpin tertinggi Korea Utara tersebut.

Hal itu disampaikan Badan Intelijen Korea Selatan yang mengatakan Senin 27 Februari 2017 dalam pertemuan tertutup dengan para anggota parlemen.

Anggota parlemen Korea Selatan Lee Cheol-woo mengatakan berdasarkan keterangan Badan intelijen Korea Selatan lima pejabat Korea Utara dalam departemen pimpinan Kim Won-hong dibunuh dengan senjata anti-pesawat karena laporan palsu kepada Kim. Tidak jelas laporan palsu apa yang dituduhkan kepada mereka, dan badan intelijen nasional tidak mengatakan bagaimana mereka memperoleh informasi itu.

Namun Badan intelijen Korea Selatan mempunyai prestasi yang kurang sempurna ketika melaporkan peristiwa tingkat tinggi di Korea Utara yang otoriter dan tertutup itu.

Korea Utara memecat Menteri Pertahanan Kim Won-hong bulan Januari, diduga karena tuduhan korupsi, penyalah-gunaan wewenang dan penyiksaan yang dilakukan departemennya, kata Seoul sebelumnya bulan ini.

Menteri yang jatuh itu sebelumnya dipandang dekat dengan Kim Jong-un. Korea Utara belum secara terbuka mengatakan apapun mengenai Kim Won-hong atau mengenai eksekusi yang dikabarkan dalam departemennya.

Anggota parlemen Lee juga mengutip Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan mengatakan bahwa pemecatan Kim Won-hong terkait dengan laporan palsu tersebut, yang menimbulkan kemarahan Kim Jong-un ketika ditemukan.

Sejak memangku jabatan tahun 2011, Kim Jong-un kabarnya telah mengeksekusi atau membersihkan sejumlah besar pejabat tinggi pemerintah dalam apa yang disebut Seoul sebagai 'kekuasaan teror'.


US Navy: Kapal Selam Rusia Sangat Menakutkan, Tapi Kami Bisa Tangani


Ancaman yang paling menakutkan untuk Angkatan Laut Amerika Serikat dan aliansi NATO di Eropa berasal dari kekuatan kapal selam kuat Rusia dan sistem rudal Bastion yang menjadi kekuatan anti-access / area-denial (A2/AD) yang ditempatkan di Kaliningrad dan di tempat lain. Alat-alat ini merupakan bagian dari strategi Rusia secara keseluruhan untuk mencegah intervensi AS dan NATO di Eropa Timur.

“Rusia sedang membangun sejumlah kapal selam diesel listrik hybrid dan menggunakan merek di wilayah tersebut,” kata Vice Adm. James G. Foggo III,  Komandan Armada 6 Angkatan Laut Amerika. Kapal selam ini merupakan komponen dari strategi A2/AD Rusia. Gelembung A2/AD juga mencakup kapal selam siluman,” kata Foggo.

Alarik Fritz, seorang analis senior di Center for Naval Analyses yang menjabat sebagai penasihat Foggo, mengatakan bahwa kapal selam Rusia adalah salah satu ancaman yang paling berbahaya yang dihadapi Angkatan Laut Amerika di bumi  ini. “Mereka kekhawatiran bagi kita dan mereka sangat mampu dan mereka alat yang sangat lincah dari militer Rusia,” kata Fitz.

Kremlin telah menginvestasikan uang dalam jumlah besar untuk  modernisasi armada bawah laut dalam upaya menantang Angkatan Laut AS dan NATO di Atlantik Utara. Dan dalam banyak hal, Angkatan Laut Rusia telah terperangkap dengan kemampuan Barat.

Salah satu desain Rusia yang telah menarik perhatian AS Angkatan Laut adalah kapal selam Project 885 Kelas Yasen di mana kapal selam pertama yakni  Severodvinsk sudah dalam pelayanan operasional.

“Ini adalah kapal selam yang sangat mengesankan,” kata Foggo. “Jika Anda melihat di desain Angkatan Laut Federasi Rusia, di mana mereka telah menempatkan sumber daya mereka dan upaya penelitian dan pengembangan mereka terutama berada di domain bawah dan di angkatan laut.”

Meskipun Severodvinsk dan adiknya yang lebih modern seperti Kazan merupakan kapal selam yang sangat mampu, Foggo memastikan Angkatan Laut Amerika Serikat masih tetap lebih unggul. Tetapi dia meyakini Rusia akan terus berinvesasi untuk penelitian dan pengembangan kekuatan bawah laut yang jika tidak diwaspadai akan bisa mengejar ketertinggalan mereka atas Amerika.

“Saya percaya bahwa kita (Barat) masih memiliki keuntungan asimetris,” kata Foggo. “Saya percaya mereka akan terus menyempurnakan kemampuan kapal selam mereka dengan maksud untuk mencapai paritas dengan Barat, termasuk diri kita sendiri.”

Untuk mempertahankan keunggulan Amerika Serikat harus mendorong teknologi dalam pengembangan kapal selam dan pesawat anti-kapal selam jika ingin tetap lebih unggul dibandingkan Rusia. “Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi, jadi kita perlu terus R&D dan kita perlu terus membuat kapal-kapal kita lebih senyp dan mampu serta menggunakan teknologi lebih unggul,” kata Foggo. Fitz setuju, “Jika kita ingin terus menghalangi mereka, kita harus memenuhi tantangan tersebut.”

TIDAK SEKEDAR KAPAL SELAM VS KAPAL SELAM


Tapi US Navy dan NATO tidak bisa hanya fokus pada pertempuran kapal selam vs kapal selam. Barat harus mengambil pendekatan holistic untuk menangani armada kapal selam Rusia dengan platform lain.

“Menemukan kapal selam lain dengan kapal selam bisa sulit, bisa seperti mencari jarum di tumpukan jerami,” kata Foggo. “Anda membutuhkan sumber daya lain untuk membantu dan mereka adalah pesawat patroli laut.”

Foggo memuji kemampuan dan kecanggihan pesawat anti kapal selam P-8 Poseidon yang menurutnya sampai saat ini belum tertandingi dalam kemampuan memburu kapal selam.

Kemampuan kunci P-8 adalah kemampuan untuk melindungi wilayah yang luas dan melacak aktivitas kapal selam Rusia sehingga aset lainnya bisa mengurus ancaman. “Kita harus memiliki P-8 di teater ini pada akhir tahun ini,” kata Foggo. “Jika aku sudah punya P-8, itu akan luar biasa.”

Armada permukaan juga membawa peran penting dalam upaya memburu kapal selam. Meski secara tradisional kapal permukaan akan kesulitan melawan kapal selam, perkembangn teknologi baru bisa mengubah perang anti kapal selam.


Foggo mengatakan sonar multifungsi baru dan radar diderek akan memungkinkan Destroyer kelas Arleigh Burke akan menjadi asset penting untuk memburu kapal selam. “Kami sangat beruntung di sini di Eropa kami  memiliki empat kelas Burke yang dikerahkan di Rota Spanyol dan melakukan misi di seluruh wilayah salah satunya misi anti kapal selam,” kata Foggo. “Kita harus  terus berlatih mengasah kemampun perang anti kapal selam kita agar lebih baik daripada musuh potensial.”

Tapi itu bukan hanya kapal selam yang menjadi gelembung sistem A2/AD Rusia yang menjadikan US Navy dan sekutunya sulit untuk beroperasi. Zona ini juga dijaga ketat dengan sistem rudal Bastion yang sangat berbahaya. Untuk wilayah Baltik, Rusia menempatkan rudal di Kaliningrad dan untuk menjaga Laut Hitam mereka menggunakan Crimea, sementara di wilayah Mediterania Timur, Rusia menempatkan sistem rudal Bastion sekitar kota Suriah Tartus dan Latakia.

Di Kaliningrad dan Crimea misalnya, Rusia telah menyiapkan radar pesisir yang dapat digunakan untuk isyarat bagi sistem rudal pesisir anti-kapal mobile K-300P Bastion-P yang dapat meluncurkan rudal  supersonik P-800 Oniks dengan kecepatan lebih dari 2.5 Mach  ke target sejauh 300 km.

Sementara rudal permukaan ke udara canggih seperti S-400 juga ditempatkan untuk menghalangi serangan udara dari NATO dan Amerika yang kemungkinan akan menyasar Bastion agar kekuatan laut bisa bergerak mendekt. Rusia juga menyebarkan ranjau laut canggih.

Tetapi menurut Foggo, meski gelembung A2/AD Rusia sulit dilawan, bukan berarti tidak bisa diatasi. “A2/AD bukanlah kemampuan luar biasa, kita bisa menghadapinya,” kata Frtiz. “Dan kekuatan kapal selam Rusia juga sesuatu yang kita dapat menangani.”

Jet-Jet Tempur Israel Hujani Gaza Dengan Rudal


Pesawat-pesawat jet tempur Israel menghujani Jalur Gaza, Palestina, dengan rudal yang menyebabkan empat orang terluka. Serangan rudal Israel pada hari Senin waktu Gaza ini sebagai balasan atas tembakan roket dari arah Gaza.

Roket yang diduga ditembakkan oleh kelompok Hamas menghantam wilayah Israel selatan pada Minggu malam. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi bahwa serangan rudal diluncurkan oleh pesawat-pesawat jet tempur Angkatan Udara Israel (IAF) dengan target posisi Hamas.

“Menanggapi sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza yang menghantam wilayah Israel tadi malam (Minggu), IAF menargetkan lima posisi Hamas di seluruh Jalur Gaza,” tulis IDF melalui akun Twitter-nya, @IDFSpokesperson, yang dikutip Selasa (28/2/2017).

“IDF menganggap Hamas bertanggung jawab untuk semua serangan dari Jalur Gaza yang mengancam Israel dan warganya,” lanjut IDF.

Tembakan roket dari Gaza ke wilayah Israel tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka.

Kantor berita Palestina, Ma’an News, melaporkan serangan rudal pertama Israel terhadap posisi Hamas diluncurkan setelah pukul 13.00 pada hari Senin. Setidaknya dua rudal Israel menghantam situs militer Hamas yang dikenal sebagai “Syuhada” di Jalur Gaza tengah.

Tak lama setelah itu, pesawat-pesawat jet tempur Israel menyerang sebuah pos pemantau di Kota Rafah timur. Pesawat-pesawat jet tempur itu kemudian menembakkan tiga rudal di pos Hitteen di Beit Lahiya.

Dalam serangan terpisah, pasukan IDF menargetkan kawasan Nahda Rafah. Serangan yang diluncurkan sebelum pukul 14.00 ini menggunakan peluru artileri yang menyasar wilayah pertanian sebelah timur Kota Gaza.

Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi bahwa empat warga Palestina terluka oleh serangan Israel di berbagai wilayah di Gaza.

Sementara Hamas menyatakan tidak bertanggung jawab atas tembakan roket. Hamas memperingatkan bahwa tindakan Israel ini akan memicu eskalasi berbahaya.


Mengenal Sejarah Terbentuknya Batalyon Kavaleri 1 Kostrad TNI AD


Leopard merupakan salah satu jenis tank kelas berat dan modern, Main Battle Tank (MBT) buatan Jerman, banyak dimiliki oleh negara-negara dunia antara lain Denmark, Finlandia, Portugal dan Singapura. Untuk menjaga wilayah Indonesia yang luas dengan medan berbukit, hutan dan rawa, tentunya memerlukan kendaraan tempur (ranpur) yang tangguh dan handal.

Kita patut bersyukur, saat ini TNI sudah memiliki Tank MBT Leopard yang dioperasionalkan dibawah naungan Kostrad, salah satunya yaitu Batalyon Kavaleri 1/ Badak Ceta Sakti yang berkedudukan di Cijantung, Jakarta Timur.

Awal lahirnya satuan lapis baja dimulai sejak pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan pengakuan secara defacto kedaulatan Negara Indonesia, maka berakhir pula kekuasaan dan pendudukan Belanda di bumi Tanah Air Indonesia. Sehingga pada saat itulah diadakan pengambilalihan kekuasaan baik Sipil maupun Militer dengan segala perlengkapannya.

Pada masa transisi kekuasaan militer, belum ada kepastian terhadap bekas tentara KNIL untuk dijadikan anggota  TNI, kendaraan lapis baja pun banyak yang lalu lalang dan sebagian ada yang dibawa pulang ke rumahnya. Setelah ada keputusan dari pihak TNI, maka bekas tentara KNIL tersebut dengan realisasi dari Perwira senjata bantuan Panser pada saat itu dibentuklah satu kesatuan Panser yang disebut Eskadron I yang merupakan cikal bakal kesatuan-kesatuan Kavaleri dewasa ini.

Pimpinan Angkatan Darat membentuk organisasi satuan lapis baja dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor: 5 / KSAD / Pntp / 50 tanggal 9 Februari 1950 tentang pembentukan Satuan Berlapis Baja. Sehingga tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kavaleri  TNI­ AD.

Dengan kondisi persenjataan dan ranpur yang ada, Panglima Teritorium III / Siliwangi meresmikan berdirinya Eskadron 1 Lapis Baja dengan kekuatan 16 ranpur yang terdiri dari Humber Panser, Tank Stuart, Body Car, dan Fordlynk. Lambang Badak secara resmi menjadi lambang satuan tersebut dengan dipimpin oleh oleh Kapten Kav  M. Manopo.

Pemantapan organisasi TNI AD terus dilakukan, dengan terbentuknya “Korp Tentara Ke-1/Tjadangan Oemoem Angkatan Darat” (Korra I/Caduad) pada tanggal 6 Maret 1961 mengharuskan untuk memenuhi kebutuhan personel dan persenjataan dari berbagai kesatuan antara lain Kodam Siliwangi, Kodam Diponegoro serta Kodam Brawijaya. Yonkav 1 ikut terpilih menjadi organik Kora 1 Caduad tepat 10 April 1961.

Sejak berdirinya Yonkav 1/Badak Ceta Cakti, terus berkiprah mengatasi berbagai gerakan separatis dan pemberontakan dalam negeri, yang berupaya memecah belah keutuhan bangsa Indonesia. Tahun 1961/1962, Batalyon ini ikut berperan dalam operasi menghadapi pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

Pada tahun 1963, Detasemen Krida Cakti Yonkav 1 Caduad ikut serta beroperasi membebaskan Irian Barat dibawah pimpinan Letkol Kav. Sukarto. Dan tahun 1965, batalyon ini ikut pula beroperasi menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI terutama di Jakarta dan Jawa Barat.

Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, antara 1975 hingga 1981, Yonkav 1 Kostrad memperoleh tugas negara dalam operasi Seroja di Timor Timur. Sampai dengan saat inipun, Yonkav 1 Kostrad tetap selalu berperan aktif dalam melaksanakan tugas operasi di dalam negeri dalam rangka OMSP dalam misi kemanusiaan dan tugas operasi di luar negeri sebagai pasukan misi perdamaian seperti di Kamboja , Bosnia dan Lebanon tahun 2007-2009.

Batalyon Kavaleri 1 Kostrad memiliki Alutsista berupa Tank Leopard 2 RI, Leopard 2A4, Marder yang berkedudukan di Kompi. Disamping itu juga terdapat Tank Armoured Recovery Vehicle (ARV), Tank Armoured Enginering Vehicle (AEV) dan Tank Armoured Vehicle Launched Bridge (AVLB) yang berkedudukan di Kompi Markas. Setiap Kompinya  terdiri atas 13 ranpur. Tank canggih ini berawak 4 orang prajurit yang terdiri atas Danran, Baknon, Loader dan Driver.

Kemampuan Tank MBT Leopard 2 A4 sebagai tank tempur utama yang dirancang untuk pertempuran dengan konflik intensitas tinggi di medan terbuka. Setelah MBT Leopard 2 A4 diupgrade menjadi Leopard 2 RI, maka tank ini cocok juga untuk pertempuran kota dengan intensitas rendah. Tank ini dilengkapi dengan paket baja komposit baru Advanced Modular  Armour Protection (AMAP), yaitu paduan modern bahan nano-keramik, titanium dan baja. Komposisi Armour ini memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap berbagai ancaman termasuk serangan Anti Tank, Ranjau, RPG dan IED (Improvised Explosive Device / bom rakitan). Senjata utama menggunakan Kanon L44 kaliber 120 mm Smoothbore Rheinmetall dan mesin MTU MB-837 Ka 501 diesel 1500 Horse Power.

Oleh : Kapten Inf Dony Rahmad Putra, S.Sos., M.A.P.

Mengenal Alutsista Andalan Yon Armed 1 Kostrad


Modernisasi Alutsista TNI terus dilakukan untuk mencapai Minimum Esensial Force (MEF). Salah satu sistem senjata (sista) yang handal dengan teknologi modern, MLRS Astros II MK6 buatan Brasil turut memperkuat Satuan Kostrad yang diawaki oleh Batalyon Artileri Medan 1 Kostrad. Kehadiran senjata hebat ini makin menambah kekuatan TNI untuk menjaga dan melindungi wilayah kedaulatan NKRI.

Secara nyata Alutsista MLRS memiliki keunggulan pada jarak capai roket, teknologi multi kaliber, daya hancur (firepower), dan teknologi interchangeable antar platform ranpurnya. Astros sudah  teruji  di  medan  tempur  sebenarnya dalam masa perang  Iran-Irak tahun  (1984-1987) digunakan oleh  Angkatan Darat Irak dan Perang Teluk  (1990-1991)  digunakan  oleh  Angkatan Darat Saudi  Arabia.

Dengan terujinya sistem senjata di medan pertempuran dapat menunjukkan bukti otentik bahwa sistem senjata tersebut memiliki kapabilitas yang handal pada kondisi perang sesungguhnya.  Dalam  dua perang ini, Astros dengan teknologi multi launcher dan  multi kaliber dalam single  platform    merupakan salah  satu faktor penentu  kemenangan bagi negara yang menggunakannya.

Dihadapkan dengan tipologi wilayah Indonesia, yang terdiri atas pulau-pulau dan medan yang berupa pergunungunan maka diperlukan mobilitas dan adaptabilitas terhadap kondisi medan dan cuaca, Astros II memungkinkan untuk dapat diangkut oleh pesawat Hercules C-130 ke trouble spot di wilayah NKRI. Sedangkan kemampuan daya tahan yang dimiliki oleh Astros II terdapat pada pressurized cabin mampu untuk melindungi awaknya dari pengaruh senjata kimia dan biologi.


Melihat sosok kendaraan Fire Control Unit (AV-UCF), sista Astros II telah  dilengkapi dengan teknologi trajectography radar pada kendaraan Fire Control Unit (AV-UCF) yang  berfungsi sebagai sarana pengkoreksi  jatuhnya munisi pada tembakan jarak jauh  (fire adjustment over target). Teknologi tersebut hingga saat ini hanya dimiliki oleh Astros II dengan kemampuan radar  menjejak lintasan munisi roket hingga lebih dari 100 km. Peluncur roket Astros II dapat digunakan untuk melaksanakan penembakan rudal taktis yang memiliki jarak capai 300 Km.

Pada tahun 2012, Astros sudah digunakan di lima negara di dunia sejak generasi I. Secara kualitas perbandingan antara Alutsista Astros II memiliki kelebihan daripada salah satu saingannya T-122/300 baik dari Inovasi teknologi dan kehandalannya. Keunggulan kualitas juga meliputi teknologi munisi container launcher yang memberikan fleksibilitas tinggi dalam penggunaan munisi berbagai kaliber sesuai kebutuhan. Kemampuan daya hancur terhadap personel dan materiil lapis baja munisi Astros II didukung oleh penggunaan teknologi sub munisi sehingga mampu melipatgandakan efek kehancuran pada area sasaran.

Sista yang dioperasionalkan oleh Batalyon Artileri Medan 1 terus mengalami  peningkatan seiring dengan modernisasi Alutsista TNI. Awalnya merupakan Batalyon Artileri Lapangan 1 dan berubah menjadi Batalyon Artileri Medan 1/76 yang menggunakan alat utama sistem senjata berupa Meriam 76 mm M 48-B1-A1-I buatan Yugoslavia. Ukuran M-48 ini relatif dengan berat secara keseluruhan hanya 680 kg, kaliber 76 mm, atau persisnya 76,2 mm.

M-48 76mm

Meriam ini termasuk kategori buyut, alias sudah memperkuat jajaran Kostrad cukup lama. Ditinjau dari segi daya gempur, M-48 punya jarak jangkau proyektil antara 7.800-8.750 meter. Sudut elevasi laras bisa diset secara manual mulai  -15/ +45 derajat. Kecepatan luncur proyektil mencapai 387 meter/ detik, dan dalam tingkat kesiapan tinggi, awak M-48 dapat menembakkan hingga 25 peluru per menit. Satu pucuk M-48 diawaki oleh 6 personel. Dengan menggunakan basis towed, meriam ini dapat ditarik jip hingga kecepatan maksimum 30 km/ jam.

MM-101 105mm

Pada perkembangannya yaitu pada tahun 1974 Yonarmed 1/76 menjadi Batalyon Artileri Medan 1/Komposit dengan alat utama sistem senjata berupa Meriam 105 mm HOW MM 101 A1 buatan Amerika. Senjata ini dapat memberikan tembakan arah langsung, baik untuk sasaran diam atau bergerak, seperti tank. Bobot amunisi terbilang berat, untuk amunisi jenis HE (high explosive) misalnya, bisa mencapai 19 kg, dan menjadi titik lemah meriam ini adalah pada kecepatan tembak per menitnya yang terbilang rendah, dengan loading manual, rata-rata 1 menit hanya mampu ditembakan 3. Tepatnya tahun 2014 Yonarmed 1/105 Tarik telah mengawaki Senjata MLRS Astros II MK6 buatan Brasil hingga sekarang.

Dengan Alutsista moderen yang dimiliki TNI dan didukung oleh profesionalisme prajurit maka Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata oleh negara manapun juga. Semangat juang dan jiwa pemenang yang dimiliki oleh setiap prajurit Kostrad akan manjadi faktor penentu keberhasilan dalam melaksanakan tugas.


Oleh : Kapten Inf Dony Rahmad Putra, S.Sos., M.A.P.

Latihan PPRC Akan Dilaksanakan Bulan Maret Di Natuna


Pangkostrad Letjen TNI, Edi Rahmayadi tinjau persiapan latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) yang rencananya akan dilaksanakan di Natuna bulan Maret ini, Senin (27/2).

Menggunakan pesawat Primer one A9208 TNI AD, Pangkostrad didampingi Danjen Kopassus, Mayjen TNI, Madsuni, Danrem 033/WP, Brigjen TNI, M Fachry, staf ahli Kostrad, Kolonel inf Josia Mamuko dan sejumlah pejabat TNI AD. Kedatangan Pangkostrad ini disambut Wakil Bupati, Ngesti Yuni Suprapti, ketua DPRD, Yusripandi.

“Latihan PPRC ini akan laksanakan pada bulan Maret di Natuna ini,” kata Pangkostrad.

Panglima mengatakan, Natuna merupakan salah satu wilayah NKRI yang berada paling depan yang berbatas langsung dengan negara luar, sehingga keamanannya perlu diperketat.

“PPRC ini adalah salah satu kegiatan melatih ketangkasan dan kesiapan pasukan jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk bertempur dalam membela NKRI,” ujarnya.

Dalam latihan nanti kata Pangkostrad, akan melibatkan satu Brigade khusus yang terdiri dari unsur AD, AL dan AU. Pangkostrad juga akan menerjunkan alutista yang di miliki TNI.

Dalam latihan PPRC nanti, terdiri dari berbagai skenario tempur, simulasi dalam perang yang sesungguhnya.
“Persiapan sendiri sudah selesai, tinggal menunggu waktunya saja. Hal ini Kostrad sudah siap laksanakan PPRC,’” tutup Pangkostrad.

Rusia Siap Dialog Dengan Indonesia Terkait Kerja Sama Militer


Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, menegaskan bahwa kerja sama teknis antara Indonesia dan Rusia terkait pertahanan akan diperkuat tahun ini. Berbagai pembicaraan dan pembahasan juga telah dilakukan kedua negara.

“Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Indonesia tertarik dengan berbagai tipe persenjataan dari Rusia. Kami siap untuk melakukan dialog dengan pemerintah RI terkait hal ini,” kata Galuzin, di Jakarta, Senin, 27 Februari 2017.

Menurut dia, kerja sama bilateral kedua negara terutama dalam bidang militer sangat positif dan mengalami kemajuan signifikan. Dalam beberapa waktu terakhir juga telah ditandatangani finalisasi pembelian pesawat tempur Rusia ke Indonesia.

“Investasi Rusia di Indonesia cukup besar, sehingga kami ingin mengembangkan bidang ini lebih lanjut,” ujar dia.

Hal serupa juga diungkapkan Atase Militer Rusia untuk Indonesia, Nikolay Nikolayuk, pada kesempatan terpisah. Menurutnya, Rusia telah lama mendukung politik maupun militer Indonesia, bahkan sejak kemerdekaan yang diraih Indonesia pada 1945.


Hal ini yang menjadi salah satu faktor penguatan hubungan bilateral. “Tahun lalu pada saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Rusia dan bertemu Presiden Vladimir Putin, telah ditandatangani kerja sama di bidang pertahanan. Sekarang secara bertahap kami akan tingkatkan setiap peluang yang ada,” ungkapnya.

MoU Kerja Sama CNES - Lapan Ditandatangani


Menteri Luar Negeri RI Retno L.P. Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean Marc Ayrault di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Selasa.

“Saya baru saja melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Prancis Jean Marc Ayrault. Tadi pagi, Menlu Prancis juga telah melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden RI Jokowi,” kata Menlu Retno Marsudi.

Dalam pertemuan tersebut, kedua menlu selain membahas isu-isu kawasan dan global yang menjadi perhatian kedua negara, juga membahas persiapan kunjungan Presiden Prancis Francois Hollande ke Indonesia dalam waktu dekat.

Dalam kunjungan kerja Menlu Ayrault ke Indonesia, pemerintah kedua negara menandatangani dua nota kesepahaman (MoU), yaitu pembaruan MoU untuk pendidikan dan pelatihan diplomatik antara Menlu RI dan Menlu Prancis serta MoU Kerja sama kegiatan antariksa antara Kepala Lembaga Antariksa Prancis (CNES) dan Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) RI.

“Kerja sama kegiatan diplomatik dan keantariksaan ini akan menambah bobot hubungan kerja sama yang sudah terjalin baik selama ini,” ujar Menlu Retno.

Salah satu topik yang menjadi fokus pembahasan dalam pertemuan kedua menlu adalah kerja sama ekonomi, khususnya di sektor investasi, perdagangan, ekonomi kreatif, akses produk kelapa sawit Indonesia, lisensi FLEG-T produk kayu Indonesia.

Selanjutnya, kedua menlu membahas kerja sama maritim RI dan Prancis, yakni proyek kerja sama pembangunan imfrastruktur ruang oseanografi (Infrastructure Development of Space Oceanography/INDESO).

Selain itu, Menlu RI dan Menlu Prancis membahas kerja sama di bidang kontra terorisme, pendidikan, pariwisata, pembangunan kota melalui program “smart cities”.

“Kami juga membahas upaya mempercepat penyelesaian Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) Indonesia-Uni Eropa,” ucap Menlu RI.


Nilai perdagangan bilateral RI dan Prancis pada tahun 2016 mencapai 2,34 miliar dolar AS. Total realisasi investasi Prancis pada periode 2010-2015 mencapai 730,08 juta dolar AS.

Usai N-219 Terbang Perdana PTDI Luncurkan N-245


PT Dirgantara Indonesia atau PTDI berencana membuat pesawat baru berkapasitas kurang lebih 50 penumpang. Pesawat N-245 itu akan dikerjakan oleh PTDI dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan, dengan model yang hampir sama dengan pesawat N-235.

Direktur Utama PTDI, Budi Santoso mengatakan, institusinya saat ini mulai merencanakan proyek pengerjaan pesawat yang dilengkapi teknologi Short Take-Off and Landing (STOL) atau mampu tinggal landas dan mendarat di landasan pendek, yakni 800 meter.


“Hanya 25 persen baru lainnya enggak. Kami akan ambil sayap pesawat N-235, yang dipakai N-295. Engine pakai N-295 tapi dikurangi. Dari N-235 lebih panjang 1,8 meter. Perubahan penting di bagian belakang pesawat,” ungkap Budi di PTDI, Bandung, Jawa Barat, Senin 27 Februari 2017.

Budi menerangkan, PTDI tak ingin bersaing dengan perusahaan pesawat raksasa dunia seperti Airbus dan Boeing. Karena itu yang disasar adalah pasar pesawat dengan kapasitas 50 penumpang.

“Kami tak ingin kompetisi pada kelas pesawat dengan kapasitas 70 penumpang. Tapi kami ingin 50 penumpang, dengan kabin bagasi yang cukup. Kebiasaan orang Indonesia kan tentengannya banyak,” kata Budi.

Rencananya pesawat itu akan diperkenalkan kepada publik, usai pesawat N-219 terbang perdana pada pertengahan 2017.

“Jadi perjalanan darat di atas enam jam. Pakai pesawat ini bisa ditempuh di bawah satu jam. Kalau kita bisa dapat 20 persen dari market, bisa lebih dari untung. Indonesia kan butuh banyak pesawat,” ujar Budi.

Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir menegaskan akan mendukung rencana proyek dari PTDI tersebut. Kemenristekdikti akan mendukung dari sektor riset pesawat dan juga ketersediaan anggarannya.

“Di dalam teknologi riset itu tak boleh berhenti. Kalau itu berhenti, kita hanya andalkan N-219. Padahal kalau mau kita sukses harus bisa tingkatkan kapasitas 19 penumpang menjadi 50 penumpang. Saya dukung sekali,” ungkap Nasir.

Ia berujar, akan meminta kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) agar anggaran yang ada tak dipotong lagi seperti tahun lalu. “Jangan ada pemangkasan anggaran. Ini yang merepotkan para peneliti,” ujar dia.

Meski demikian, kata Nasir, paling krusial adalah sumber daya manusia (SDM) dari PTDI dan juga para peneliti yang ada. Sebab, SDM, peneliti yang ada mayoritas usianya di atas 50 tahun.


“Harus ada alih teknologi kepada yang junior. Pengembangan SDM harus dilakukan dengan baik. Pengembangan teknologi ke depan tak boleh terputus,” kata Nasir.

Inilah Tank Termahal di Dunia


K2 Black Panther, tank tempur utama Korea Selatan, diyakini menjadi tank paling mahal di dunia, ketika awalnya dikembangkan tujuh tahun lalu, menurut situs Guinnessworldrecords.com.

Tank ini dibanderol harga US$8,5 juta dolar meski sulit untuk mengatakan apakah harga tersebut akurat. Tetapi fitur tank dan persenjataannya memang cukup mengesankan. Tank memiliki meriam smoothbore 120mm kaliber 55 dengan 40 putaran.

Tank ini juga memiliki persenjataan sekunder yang terdiri dari senapan mesin berat K6 12,7 mm dengan 3.200 putaran dan senapan mesin koaksial 7.62mm dengan 12.000 putaran.


Tank dapat berjalan pada kecepatan tertinggi 70 kilometer per jam dan dapat berakselerasi dari nol sampai 32 kilometer per jam hanya dalam tujuh detik. Kisaran operasional adalah 450 kilometer. Kendaraan bisa menyeberang sungai sedalam lima meter menggunakan sistem snorkeling, yang juga berfungsi sebagai menara komando untuk komandan tank.

Selain itu, K2 dilengkapi dengan sistem kontrol tembakan canggih yang terhubung dengan sistem radar Extremely High Frequency di frontal arc of the turret dengan traditional laser rangefinder dan crosswind sensor. Sistem ini mampu beroperasi dalam mode “lock-on yang dapat memperoleh dan melacak target spesifik pada jarak 9,8 kilometer menggunakan kamera thermographic.


Produksi massal dari tank ini dimulai pada 2013. Awalnya, 680 tank akan dibangun untuk Angkatan Darat Korea Selatan, tetapi jumlah itu dikurangi hanya menjadi 390.

Tak Ada Celah di Langit Laut Hitam, BUK-M2 Bergabung dengan S-300 dan S-400 di Crimea


Rusia terus memperkuat gelembung anti access/area denial (A2/AD) mereka. Meski sudah menempatkan sistem rudal pesisir antikapal K-300P Bastion-P dan rudal permukaan ke udara S-300 dan S-400, Rusia akan menambah dengan mengerahkan rudal BUK di Crimea untuk melindungi kapal permukaan dan kapal selam mereka terhadap drone dan rudal jelajah. Hal ini jelas menjadikan Laut Hitam menjadi wilayah yang semakin sulit ditembus kapal Amerika Serikat dan NATO.

Koran Izvestia mengutip ahli militer menulis BUK yang akan bergabung dengan Bastion, S-300 dan S-400 di Crimea akan mampu mengamankan wilayah udara di atas semenanjung dan Laut Hitam.

Resimen pertahanan udara 1096, yang berbasis di Sevastopol, akan menerima batch awal rudal BUK-M2 dan selanjutnya versi yang lebih canggih yakni BUK-3MS akan dikirim selanjutnya. Resimen 1096 saat ini dipersenjatai dengan sistem rudal permukaan ke udara jarak pendek Osa.

Buk-M2 memiliki rudal baru dan radar bertahap generasi ketiga untuk kontrol penembakan. Radar ini dapat melacak 24 target dan menyerang empat target secara bersamaan.

BUK-M2 mampu menembak jatuh pesawat dan drone pada jarak 3-45 kilometer dan rudal jelajah pada jarak hingga 20 km dan bahkan mampu menembak pesawat yang terbang pada ketinggian 25 km.

Sementara sistem rudal Osa memiliki jangkauan horisontal maksimum 10 kilometer dan serangan vertikal lebih dari 5 kilometer.

Resimen 51 Angkatan Udara Rusia juga dikerahkan di Crimea, dipersenjatai dengan S-300 dan S-400 dan Pantsir.

“Resimen pertahanan udara dari divisi 51 mengamankan infrastruktur strategis di Crimea,” ahli militer independen Anto Lavrov mengatakan kepada Koran Izvestia Senin 27 Februari 2017.


“Resimen 1096 akan melindungi fasilitas darat dan kapal  dari  Armada Laut Hitam. Bersama-sama, unit-unit ini dapat memberikan pertahanan berlapis di Crimea dan seluruh Laut Hitam dari serangan lawan berteknologi tinggi,” katanya.

Frigat Canggih Rusia Bergerak ke Mediterania


Kementerian pertahanan Rusia memastikan bahwa kapal perang canggih mereka telah dikirim ke Laut Mediterania. Frigat canggih milik Armada Laut Hitam Rusia Admiral Grigorovich telah berangkat untuk melakukan perjalanan jarak jauh tersebut.

“Kapal tempur dipimpin oleh Captain 3rd Rank Anatoly akan beroperasi dalam satuan tugas permanen Angkatan Laut Rusia di Laut Mediterania,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataanya Senin 27 Februari 2017.

Sebuah sumber di lingkaran pertahanan Crimea sebelumnya mengatakan kepada Kantor Berita Rusia TASS tentang pengiriman kapal fregat ke Laut Mediterania.


Sumber itu mengatakan kapal tersebut akan bergabung kelompok permanen Angkatan Laut Rusia di Mediterania untuk jangka panjang. Frigate telah meninggalkan Sevastopol pada hari Senin.

2 Jet Siluman F-35 Debut di Australia


Dua jet tempur F-35 milik Australia pada Senin 27 Februari 2017 sekitar pukul 17.00 sore, mendarat di pangkalan udara Amberley Air Force Base di luar Brisbane. Ini adalah kedatangan pertama jet tempur siluman itu ke Australia.

Kedua jet itu ditempatkan di pangkalan Luke Air Force Base, dimana empat pilot RAAF dilatih untuk menerbangkan pesawat canggih ini. Kehadiran jet ini di Australia terwujud 15 tahun setelah pengumuman Pemerintah Federal bahwa Australia akan berpartisipasi dalam “fase pengembangan sistem dan demonstrasi” dari program Lockheed Martin Joint Strike Fighter yang dipimpin AS.

Akhir pekan ini F-35 tersebut akan dipamerkan ke publik dalam pameran Avalon Air Show di Victoria. Perdana Menteri Malcolm Turnbull dan Menteri Pertahanan Marise Payne diperkirakan hadir.

Awal bulan ini Menteri Payne kepada ABC menjelaskan kedatangan pesawat tempur ini akan bisa mengirim pesan penting bagi mereka yang mengeritiknya.

“Saya pikir ini langkah penting dan saya kira (pameran di) Avalon adalah saat yang tepat untuk melakukannya,” kata Menteri Payne yang juga seorang senator.

“Saya tahu Angkatan Udara sangat senang mendapat kesempatan ini. Saya harap ada peluang bagi mereka yang selama ini telah mengikuti cerita ini benar-benar bisa melihatnya di benua kita sendiri,” katanya.


Pemerintah Federal mempersiapkan dana hingga 17 miliar dolar AS (setara Rp 170 triliun) untuk mendatangkan 72 pesawat F-35, yang diharapkan akan dikirim ke Australia pada 2018 dan mulai diterjunkan pada 2020.

China Butuh 5-6 Kapal Induk


China sedang membangun kapal induk ketiga yang dipastikan akan bergaya Amerika. Kapal induk ini akan digunakan untuk membentengi Laut China Selatan yang diklaim Beijing dan menjadi kekuatan penting untuk mendominasi Samudera Hindia. Ahli China mengatakan Beijing membutuhkan antara 5-6 kapal induk.

Kapal induk kedua dibangun dengan model sama seperti Liaoning, kapal induk yang dibeli dari Ukraina dan dibangun era Soviet. Kapal ini akan menggunakan ski jump dengan penambahan sejumlah teknologi baru dan direncanakan akan masuk ke layanan pada 2020.

Sedangkan kapal induk ketiga, sebagamana dilaporkan Global Times Senin 27 Februari 2017 mulai dibangun di Shanghai dan menggunakan model Amerika Serikat yang menggunakan sistem peluncur catapult.

Berdasarkan informasi yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan China, kapal induk kedua yang dikenal sebagai Type 001A sedang dibangun di timur laut pelabuhan Dalian. Kapal ini diperkirakan akan memiliki bobot 50.000 ton.

Global Times mengutip Li Jie, seorang ahli militer angkatan laut mengatakan China akan menerapkan teknoloi peluncuran ketapel pada kapal induk Type 002 yang sedang dibangun di Shanghai.  “Dengan kata lain, 002 sama sekali berbeda dari Liaoning (001) dan 001A, dan itu akan terlihat seperti kapal induk AS daripada satu Rusia,” tambah Li.

Sebagian besar kapal induk canggih menggunakan Electromagnetic Catapult System  (EML), untuk meluncurkan  jet tempur, namun China juga menguji ketapel uap, kata Li.

“Untuk melindungi wilayah China dan kepentingan luar negeri, China membutuhkan dua kelompok tempur kapal induk  di Samudera Pasifik Barat dan dua di Samudera Hindia. Jadi kita perlu setidaknya 5-6 kapal induk,”kata Yin Zhuo, seorang peneliti senior di PLA Navy Equipment Research Centre.

Media China telah sering menyoroti pembangunan kapal induk sebagai upaya untuk meyaingi kapal induk Amerika yang dikerahkan di Laut China Selatan.


Angkatan Laut Amerika Serikat pada Minggu mengumumkan bahwa kelompok tempur kapal induk mereka telah memulai operasi rutin di Laut China Selatan.

Untuk Cari Dana Perang, Amerika Pamerkan U-Boat di New York


Sebelum Amerika Serikat terlambat masuk ke dalam Perang Dunia I, pemerintah federal menyusun rencana untuk membiayai upaya perang besar-besaran. Sepertiga dari dana yang akan didapat dari pengenaan pajak progresif, sementara dua pertiga akan diperoleh melalui penjualan “Liberty Bonds” atau “Obligasi Liberty” kepada rakyat Amerika.

Untuk meyakinkan masyarakat mau membeli obligasi tersebut, pemerintah memulai kampanye publisitas dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Jutaan billboard, brosur dan iklan bermunculan di seluruh negeri, mendesak para patriotik Amerika untuk membuktikan pengabdian mereka ke negara dengan meminjamkan dolar mereka untuk perang.

25 Oktober 1917 adalah “Liberty Day” di New York City. Sebuah bomber tiga mesin Caproni terbang rendah di antara gedung pencakar langit, menjatuhkan bom kertas dengan pesan “A Liberty Bond in your home will keep German bombs out of your home.”


Untuk menarik perhatian sebuah kapal selam U-Boat Jerman yang berhasil ditangkap dipasang di Central Park New York. Selain itu juga ditampilkan tank Inggris.


Bangkai kapal selam terdampar itu kemudian diberi nama  “U-Buy-A-Bond” untuk menarik orang membuka dompetnya guna membeli obligasi.


Monday 27 February 2017

Pesawat Hercules Hasil Barter Pembebasan Pilot CIA


Ternyata, ada kisah menarik di balik Indonesia memiliki pesawat Hercules. Indonesia menjadi negara pertama di luar Amerika Serikat yang mengoperasikan Hercules C-130B. Indonesia bisa memiliki pesawat Hercules gara-gara pilot CIA (Dinas Rahasia Amerika Serikat), Allen Pope, yang bergabung dengan PRRI-Permesta. Allen Pope ditembak jatuh, kemudian diadili dan divonis hukuman mati. Namun, Presiden Sukarno membebaskannya setelah istrinya bersama ibu dan saudara perempuannya, meminta pengampunan.

Pemerintah Amerika Serikat harus membayar mahal untuk menyelamatkan warga negaranya itu. Sedangkan Sukarno menang banyak dengan mengampuni Allen Pope. Dia berhasil menarik pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung Indonesia merebut Irian Barat. Dia juga mendapatkan bantuan Amerika Serikat untuk pembangunan Jakarta By Pass (Jalan Jenderal Ahmad Yani dan Mayjen DI Panjaitan sepanjang 27 kilometer dari Cawang ke Pelabuhan Tanjung Priok). Selain itu, Indonesia juga mendapatkan pesawat Hercules.

Pada awal 1959, Jaksa Priyatna Abdurrasyid diminta Jaksa Tinggi Jakarta Yusuf Suwondo untuk memeriksa Allen Pope. Hasil pemeriksaan dijadikan dasar untuk menyidangkan Allen Pope.

“Pada suatu saat, waktu saya mengunjunginya di penjara di Yogya, dia bercerita bahwa mungkin dia akan dibebaskan berkat negosiasi pemerintah Amerika dengan Bung Karno, di mana dia akan ditukar dengan senjata untuk 20 batalyon dan 6 buah pesawat Hercules serta diizinkan kembali ke USA. Dan kenyataannya, memang Pope kemudian pulang,” kata Priyatna dalam memoarnya, Dari Cilampeni ke New York Mengikuti Hati Nurani karya Ramadhan K.H.

Menurut buku Skuadron Udara 31 Hercules Sang Penjelajah, terbitan TNI-AU, sebagaimana dilansir antaranews.com, Sukarno menemui Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy pada akhir 1959. Kennedy berterima kasih atas kesediaan Indonesia melepas Pope. Kennedy menawarkan “pengganti” Pope kepada Sukarno. Berdasarkan “keperluan” dari Panglima AU, Laksamana Madya Udara Suryadi Suryadarma, AURI memerlukan pengganti pesawat transportasi de Havilland Canada DHC-4 Caribou. Pilihan jatuh kepada Hercules C-130B, di mana Sukarno mengunjungi pabriknya, Lockheed.

Akhirnya, sepuluh Hercules C-130B (delapan C-130B kargo dan dua C-130B tanker) diterbangkan ke Indonesia oleh pilot dan awak AURI. Serah terima Hercules C-130B dari pemerintah Amerika kepada AURI dilangsungkan pada 18 Maret 1960 di Pangkalan Udara Kemayoran, Jakarta. Sejak saat itu pesawat Hercules mengudara di angkasa Republik Indonesia.


Intel Indonesia Dilatih Intel Israel


Pada awal 1965, Kolonel Nicklany, Asisten Intelijen di Polisi Militer, mengawasi pembentukan unit intelijen khusus di tubuh Polisi Militer yang diberi nama Detasemen Pelaksana Intelijen Militer (Den Pintel Pom). Tujuannya, untuk melacak jejak para anggota PKI. Unit ini dikenal paling cakap dalam tubuh angkatan bersenjata.

Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Asisten Intelijen Kopkamtib (Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) pada awal 1968, Nicklany menyampaikan kepada para petinggi Den Pintel Pom perlunya satu unit baru yang bertugas untuk menangani kontraintelijen asing, yaitu menangkap mata-mata asing yang beroperasi di Indonesia, terutama dari negara-negara komunis.

Untuk unit tersebut, Komandan Den Pintel Pom, Mayor Nuril Rachman menyiapkan 60 orang (sepuluh perwira aktif dan 50 sipil) dari Polisi Militer. Pada 16 November 1968, unit ini diresmikan bernama Satuan Khusus Pelaksana Intelijen atau Satsus Pintel, yang kemudian dipendekkan menjadi Satuan Khusus Intelijen atau Satsus Intel. Unit ini bertanggungjawab kepada Asisten Operasi Polisi Militer, dan setelah tahun 1969, kepada Nicklany sebagai Deputi II Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Indonesia).

Menurut Nuril, unit ini akan membutuhkan biaya besar dan banyak peralatan. Nicklany yakin dapat menyediakannya setelah Ed Barbier dari CIA (Dinas Intelijen Amerika Serikat) datang ke Markas Polisi Militer.

Menurut ahli sejarah intelijen di Indonesia, Ken Conboy, hingga akhir tahun 1968, Amerika memberikan bantuan keuangan secara rahasia untuk menggaji 60 personel, kendaraan untuk pengintaian, biaya sewa rumah aman (safe house) di Jalan Jatinegara Timur Jakarta Timur, tape recorder mutakhir merek Sony TC-800, serta peralatan penyadap telepon.

Hingga tahun 1970, kendaraan pengintaian Satsus Intel terdiri dari 16 sepeda motor, 3 sedan Mercedes, 2 Toyota Corolla, 3 Volkswagen, 1 Toyota Jeep, dan 1 minibus Datsun; dengan kaca belakang dilapisi penutup, minibus ini untuk melakukan pemotretan rahasia.

Selain itu, Amerika juga memberikan pelatihan. Pada September 1969, CIA mengirim instruktur kawakannya, Richard Fortin untuk memberikan pelatihan teknik pengintaian dasar selama dua minggu. Materinya mencakup keahlian membuntuti kendaraan dengan diam-diam, melakukan penyamaran, dan menangani para agen.

MI6 & MOSSAD


Menurut Conboy, meskipun Amerika sebagai sponsor utama, bantuan juga datang dari Inggris. Pada akhir 1969, MI6 (Dinas Intelijen Luar Negeri Inggris) mengirimkan personelnya guna memberikan pelatihan bagaimana cara menangani agen. Pada November 1970, seorang warga negara Inggris, Anthony Tingle, datang untuk memberikan pelatihan selama empat minggu.

“Jika paspornya diabaikan, Tingle sebenarnya seorang brigadir Israel berusia 50 tahun dan bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad,” tulis Conboy.

Kendati Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun Nicklany bersikap pragmatis: “Kita akan mendatangkan instruktur Israel ini karena mereka yang terbaik di dunia.”

Tingle disambut baik oleh para peserta pelatihan di Cipayung, Jakarta Timur. Pusat pelatihan ini sebelumnya adalah tempat berlibur yang disita dari Ratna Sari Dewi, istri Sukarno. Selain anggota Satsus Intel, peserta yang menghadiri kelasnya adalah para perwira Angkatan Darat yang akan menjabat sebagai atase militer di luar negeri.

Tingle mengajarkan tentang nuansa penyamaran identitas, yaitu perekrutan agen dengan cara berpura-pura; ini spesialis Mossad. Dia mengajar dengan ketat dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun yang mengandung lelucon.

“Dia tak pernah tersenyum, tak pernah tertawa, dan tak pernah mau wanita,” kata salah seorang muridnya. “Dan saya belajar lebih banyak darinya dibanding dari instruktur mana pun, baik sebelum atau sesudah itu.”

Pada 1973, Mossad mengirim pelatih keduanya untuk memberikan pelatihan kontraspionase dan bagaimana menggunakan agen dalam melakukan kegiatan kontraintelijen. Peserta kelas kedua ini seluruhnya dari Satsus Intel.

Jenderal TNI Soemitro, Panglima Kopkamtib, membenarkan bahwa intelijen Indonesia bekerja sama dengan intelijen Inggris dan Israel.

“Yang saya benarkan waktu itu mengadakan hubungan dengan Israel adalah intelijen kita. Itu sehubungan dengan penumpasan PKI. Dalam hal ini Pak Sutopo Yuwono, Pak Kharis Suhud dan Nicklany. Tiga orang ini yang saya izinkan,” kata Soemitro dalam biografinya, Dari Pangdam Mulawarman Sampai Pangkopkamtib karya Ramadhan KH.

Waktu itu, Sutopo Yuwono adalah Kepala Bakin sedangkan M. Kharis Suhud menjabat Wakil Asisten I Angkatan Darat.

“Kami mengadakan hubungan dengan Mossad (Israel) dan MI6 (Inggris). Keduanya sangat peka mengenai masalah komunis,” kata Soemitro.

Satsus Intel menargetkan para diplomat dari negara-negara komunis: Uni Soviet, Cekoslowakia, Jerman Timur, Vietnam Utara, dan Korea Utara, bahkan juga negara-negara Timur Tengah.