Tuesday 31 January 2017

Iran: Kami Tidak Akan Menyerang Negara Lain!


Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan, pihaknya tidak akan pernah menggunakan rudal yang mereka miliki untuk menyerang negara lain. Dia juga menyebut rudal-rudal Iran tidak didesain untuk membawa hulu ledak nuklir.

Pernyataan itu terlontar saat Zarif ditanya mengenai kebenaran kabar uji coba rudal yang dilakukan Iran pada akhir pekan lalu. Zarif menuturkan, uji coba rudal tidak termasuk dalam kesepakatan nuklir.

"Rudal-rudal itu bukan bagian dari kesepakatan nuklir. Iran tidak akan pernah menggunakan rudal yang diproduksi di dalam negeri untuk menyerang negara lain," kata Zarif dalam sebuah pernyataan.

"Tidak ada rudal Iran yang telah diproduksi untuk membawa hulu ledak nuklir," sambungnya pasca melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault, seperti dilansir Reuters pada Selasa (31/1).


Ayrault pada gilirannya mengatakan, ia telah menjelaskan keprihatinan atas uji coba rudal balistik Iran, dan menambahkan itu melemahkan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Iran dan melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231.

AS Bantah Timbun Senjata di Filipina


Pemerintah Amerika Serikat (AS), melalui Kedutaan Besar mereka di Filipina membantah telah menimbun senjata di negara tersebut. Bantahan ini adalah respon dari pernyataan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

"Kami tidak membangun depot senjata di Filipina," kata Duta Besar AS untuk Manila, Sung Kim saat berbicara di depan Makati Business Club, seperti dilansir Reuters pada Selasa (31/1).

Dia kemudian menyatakan, fasilitas yang akan dibangun adalah untuk menyimpan peralatan guna kepentingan tanggap bencana dan bukan untuk menyimpan senjata.

"Kami tidak bisa membangun pangkalan apapun di Filipina tanpa adanya persetujuan dari pemerintah Filipina dan fasilitas itu tidak terkait dengan senjata jenis apapun," sambungnya.

Duterte kemarin menuduh AS menempatkan stabilitas Asia berada dalam risiko dengan mengerahkan senjata permanen di negaranya. Dia bahkan curiga, salah satu senjata yang ditempatkan secara permanen adalah senjata nuklir.

Duterte memprotes keras dan menegaskan tidak akan memberikan izin. ”Mereka bongkar senjata di Filipina sekarang. Saya sampaikan pemberitahuan kepada Angkatan Bersenjata AS. Jangan lakukan itu, saya tidak akan mengizinkannya,” kata Duterte.


Pernyataannya muncul setelah Pentagon menyampaikan persetujuan penggunaan gudang baru, landasan pacu dan barak untuk menyimpan senjata di tiga provinsi di Filipina di bawah perjanjian pertahanan kedua negara. Duterte menuduh pemerintah Donald Trump melanggar kesepakatan dengan membangun persenjataan di negaranya.

Israel: Uji Coba Rudal Iran Langgar Resolusi DK PBB


Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon menyatakan, uji coba rudal terbaru yang dilakukan oleh Iran adalah pelanggaran keras terhadap resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB. Menurut Danon, DK PBB harus memberikann respon tegas atas uji coba ini.

"Masyarakat internasional tidak harus mengubur kepala mereka di pasir dalam menghadapi agresi yang dilakukan oleh Iran ini," kata Danon dalam pernyataan, seperti dilansir Malta Today pada Selasa (31/1).

"Para anggota Dewan Keamanan harus segera bertindak dalam menanggapi tindakan-tindakan Iran yang tidak hanya membahayakan Israel, tapi hampir seluruh negara di kawasan Timur Tengah," sambungnya.

DK PBB sendiri dilaporkan akan menggelar pertemuan darurat guna membahas mengenai uji coba rudal terbaru yang dilakukan Iran. Pertemuan ini adalah permintaan dari pihak Amerika Serikat (AS).

Pertemuan darurat DK PBB mengenai Iran tersebut, yang rencananya akan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai konflik Suriah, dijadwalkan akan digelar pada Selasa pagi waktu New York.

Rusia Dorong Pembangunan Militer Di Kutub Utara


Rusia terlibat dalam mendorong militer terbesarnya di Kutub Utara sejak jatuhnya Uni Soviet. Rusia mengucurkan dana dan rudal serta membangun generasi baru pembuka percakapan nuklir.

Pejabat dan analis militer mengatakan Rusia tengah mengatur untuk membuka kembali pangkalan militer Soviet dan radar di pulau-pulau Arktik terpencil.

"Modernisasi pasukan Arctik dan infrastruktur militer Arctik berlangsung dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya tidak terlihat bahkan di masa Uni Soviet," kata Mikhail Barabanov, editor in chief dari Brief Pertahanan Moscow.


Rusia juga akan membangun tiga kapal pemecah es nuklir baru, termasuk yang terbesar di dunia. Rusia adalah satu-satunya negara yang memiliki armada kapal pemecah es nuklir yang digunakan untuk membersihkan saluran untuk kapal militer dan sipil.

Dikirim ke Laut Hitam, Apakah Destroyer HMS Diamond Bisa Mengancam Rusia?


Beberapa hari terkahir media Inggris melaporkan bahwa kapal perusak HMS Diamond akan berlayar ke Laut Hitam, dengan membawa pasukan komando, marinir, dan rudal anti-pesawat canggih. Ini adalah misi pertama Inggris di wilayah tersebut sejak Perang Dingin.

Akhir pekan lalu Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengumumkan bahwa mereka akan mengirimkan HMS Diamond ke pantai Ukraina untuk membantu melindungi 650 tentara Inggris yang saat ini terlibat dalam latihan rahasia di negara Eropa Timur.

Menteri Pertahanan Michael Fallon menyebut penyebaran salah satu destroyer Kelas Daring ini dilengkapi dengan rudal anti-pesawat Sea Viper, “Pesan yang jelas bahwa (Inggris) berkomitmen untuk membela demokrasi di seluruh dunia.” Fallon menambahkan bahwa London tetap sepenuhnya mendukung kedaulatan, kemerdekaan dan integritas territorial Ukraina.

Apakah kapal ini mampu memberi ancaman untuk Rusia? Bagi analis militer Rusia Konstantin Sivkov menjelaskan alasan geopolitik lebih terlihat dalam penyebaran kapal ini ke Laut Hitam.

Veteran Angkatan Laut Rusia ini kepada kantor berita RIA Novosti menjelaskan bahwa jika Presiden AS Donald Trump akan mengubah kebijakan terkait krisis di Ukraina, maka NATO harus mengambil alih dan berusaha untuk menggantikan kehadiran Amerika dengan kekuatan mereka.

Sivkov memperkirakan rencana penyebaran HMS Diamond kemungkinan telah dilakukan beberapa minggu atau bulan sebelumnya seperti era Perang Dingin. NATO, kenangnya, “terus mengirimkan kapal di sekitar Laut Hitam, kapal perusak Amerika pertama kemudian Inggris, ini adalah latihan yang yang direncanakan beberapa waktu lalu, ketika Barack Obama masih menjadi Presiden AS.” Tetapi Sivkov mencatat, pesan jelas adalah “NATO masih ada, dan bergerak menuju perbatasan (Rusia).”

Dilihat dari kemampuan kapal, Sivkov memandang HMS Diamond jauh di bawah kapal perusak Amerika dari kelas yang sama. Dengan demikian, kapal itu tidak menghadirkan ancaman besar bagi Armada Laut Hitam Rusia.

“HMS Diamond kalah dengan kapal perusak kelas Arleigh Burke Amerika. Inggris tidak memiliki rudal jelajah Tomahawk. Kapal ini terutama bertugas sebagai kapal anti-pesawat dan anti-kapal selam. Mereka dipersenjatai dengan rudal anti-kapal Harpoon, dengan jangkauan efektif sekitar 250 km.

Jika terjadi konflik, menurutnya Rusia akan mampu menetralkan kapal ini. “Dalam hal terjadi konflik, HMS Diamond dapat dengan mudah dinetralkan oleh pasukan kami, pertama dan terutama oleh kapal penjelajah rudal Moskva, yang memiliki rudal (anti-kapal) kisaran 500 km, yang memungkinkan untuk menyerang bahkan tanpa meninggalkan pangkalannya. ”

Trump Pangkas Rp 8 Triliun Untuk Pembelian 90 F-35


Presiden Donald Trump mengatakan telah memotong anggaran hingga US$600 juta atau hampir Rp 8 triliun untuk pembelian sekitar 90 jet tempur F-35 Joint Strike Fighter.

Trump, kepada wartawan di Gedung Putih Senin 30 Januari 2017 mengatakan Lockheed Martin telah responsif terhadap masalah tingginya biaya dari pesawat siluman tersebut.

“Kami memotong sekitar US$600 juta dari pesawat tempur F-35 hanya pada 90 pesawat dari total rencana membeli 3.000 pesawat,” kata Trump.

Negosiasi untuk pembelian batch 10 pesawat F-35 yang berjumlah sekitar 90 pesawat masih berlangsung, dengan kesepakatan diharapkan ada pada akhir bulan Januari. Kontrak ini diperkirakan mencapai sekitar US$9 miliar, dengan harga per pesawat jatuh di bawah US$100 juta.

Trump mengatakan ia terlibat dalam diskusi atas biaya pesawat sekitar sebulan yang lalu ketika dia masih belum dilantik presiden hingga negosiasi tidak berkembang.

“Mereka memiliki banyak kesulitan. Tidak ada gerakan. Dan saya bisa mendapatkan US$600 juta sekarang. Jadi saya pikir itu adalah prestasi besar,” kata Trump dilansir Reuters. “Kami akan menghemat miliaran dan miliaran dan miliaran dolar pada kontrak,” kata Trump dilansir Reuters Senin.

Amerika Serikat diperkirakan akan menghabiskan US$391 miliar selama lebih dari 15 tahun untuk membeli sekitar 2.443 F-35, yang sedang dibangun dalam versi yang berbeda untuk Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Marinir.

Harga dari F-35 biasanya memang terus turun untuk setiap batch pembelian karena peningkatan produksi dan jumlah yang dibeli AS, yang membantu menurunkan biaya keseluruhan menjadi lebih rendah.

C-5 Galaxy, 5 Dekade Raksasa ini Belum Terkalahkan


Beroperasi secara eksklusif dengan Angkatan Udara AS selama hampir lima dekade, C-5 Galaxy masih menjadi pesawat kargo militer yang terbesar di dunia. Ketika produsen Lockheed membangunnya pada tahun 1969, pesawat ini menjadi juga pesawat terbesar di dunia.

Memiliki panjang 250 kaki (76M), rentang sayap 223 kaki di (68M), dan tinggi 65 kaki (20M), rakasa ini dapat dengan mudah menelan dua tank M1 Abrams, enam helikopter Apache atau sepuluh kendaraan lapis baja ringan di perutnya, dan kemudian membawa mereka terbang dengan jarak 5.000 mil (8.000 km).

Sebuah fitur khusus C-5 Galaxy adalah kemampuannya untuk mendarat di landasan tanah dan bongkar muat kargo melalui hidung yang mengangkat ke atas dan akses pintu belakang. Fitur lain adalah empat gigi pendaratan utama, masing-masing terdiri dari enam roda, dua di depan dan empat di belakang.

Dengan total 131 C-5 disampaikan dalam berbagai versi sampai tahun 1989, sekitar 50 pesawat masih beroperasi hingga saat ini dan akan terus terbang sampai 2040.

Sebagai catatan, meskipun Boeing gagal memenangkan tender Angkatan Udara AS, pesawat yang diajukan dalam kompetisi kemudian sukses menjadi raksasa Boeing 747.

Jet Tempur FA-50PH AU Filipina Lakukan Misi Tempur Pertama


Filipina telah mengerahkan jet tempur supersonik FA-50 buatan Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam pertempuran, dalam sebuah manuver untuk menumpas kelompok yang berafiliasi dengan Islamic State (IS). 

Menurut media lokal pada hari Senin (30/01), militer Filipina telah melakukan serangan udara dan operasi pengeboman terhadap kelompok yang berafiliasi dengan IS yang berpusat di Provinsi Lanao del Sur sejak Rabu 25 Januari 2017. The Associated Press mengatakan bahwa jet-jet tempur, termasuk FA-50 Korea Selatan, dikerahkan untuk menjatuhkan enam bom seberat 225 kilogram.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Eduardo Año menilai FA-50 dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk pertahanan nasional dan kegiatan seremonial tetapi juga untuk operasi keamanan. Dia mengatakan jet Korea Selatan tersebut luar biasa dan presisi.

Juni lalu ketika menjadi presiden terpilih, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengangkat masalah sehubungan FA-50 yang dibeli oleh pemerintah Benigno Aquino hanya digunakan untuk acara seremonial.

Filipina membeli 12 jet FA-50 senilai $420 juta dolar AS. Tahun ini akan ada jet sejenis yang akan dikirim ke Filipina. Sejauh ini, empat jet telah diserahkan.


FA-50 adalah jet tempur buatan dalam negeri pertama Korea Selatan berdasarkan pesawat latih T-50. Jet itu mampu terbang 1,5 kali lebih cepat dari kecepatan suara dan mampu terbang sejauh 2.000 kilometer dengan membawa 4,5 ton senjata.

TNI Harus Fungsikan Kembali Operasi Dan Kontra Intelijen


Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meminta Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menghidupkan kembali operasi intelijen (opsintel) dan kontra intelijen. Hal itu disampaikan Tjahjo setelah Gatot memberi sambutan dalam acara Rapat Koordinasi (Rakor) Pilkada Serentak 2017.

Dalam sambutannya, Gatot memaparkan bahaya laten yang sedang bergerilya dan patut diduga berupaya memecah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Panglima TNI saya harapkan dengan ancaman yang tadi, demi stabilitas daerah dan nasional, ops intelijen dan kontra intelijen TNI harus difungsikan kembali,” ujar Tjahjo di Ruang Birawa, Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (31/1/2017).

Tjahjo memberikan gambaran opsintel dan kontra intelijen yang diharapkannya. “Saya ingin setiap gelas pecah di satu rumah, di satu RW, seperti dulu itu Dandim dan jajaran tahu gelas pecah di mana, rumah siapa, berapa orang di rumah itu, kenapa gelas itu pecah, siapa yang terluka,” katanya.

Tjahjo pun ingin Panglima TNI menginformasikan kepada pemerintah mengenai kegiatan ribuan anak bangsa yang pernah menuntut ilmu ke Timur Tengah dan saat ini sudah pulang ke Tanah Air. Jika mereka terkena paham radikal, lanjut Tjahjo, tentu akan berbahaya.

“Kedua, mohon maaf kita pernah mengirim berapa ribu orang-orang pintar ke Suriah, Afganistan, ke Turki, dan mereka sudah kembali ke Indonesia. Di manakah mereka ini berada? Kalau dia di Pindad, ini bahaya kita,” ungkap Tjahjo.

Gatot menyambut baik permintaan Tjahjo. Ia berkata akan menindaklanjuti masukan untuk menghidupkan kembali opsintel dan kontra intelijen sesuai dengan undang-undang yang berlaku.


“Itu permintaan yang sangat positif dan akan kami tindak lanjuti. Apa pun yang diundangkan pasti saya laksanakan karena undang-undang adalah panglima saya,” ucap Gatot.

Monday 30 January 2017

Pertama Kali Tentara AS Tewas Lawan al-Qaeda, Trump Sebut Heroik


Seorang tentara Amerika Serikat (AS) tewas dan tiga lainnya terluka ketika melakukan serangan melawan kelompok militan al-Qaeda di Yaman selatan pada hari Minggu. Ini merupakan operasi pertama sekaligus korban pertama militer AS sejak resmi diperintah Presiden Donald Trump.


Meski satu tentaranya tewas, Presiden Trump menyebut operasi militer itu sukses. ”Amerika sedang sedih pagi ini dengan berita bahwa kehidupan anggota layanan militer yang heroik telah diambil dalam perjuangan kami melawan kejahatan terorisme Islamis radikal,” kata Trump dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Senin (30/1/2017).

Pentagon mengatakan militer AS menewaskan 14 gerilyawan dalam serangan terhadap kelompok al- Qaeda di Yaman yang selama ini juga jadi target serangan drone AS. Versi petugas medis di tempat kejadian, sekitar 30 orang, termasuk 10 perempuan dan anak-anak, tewas.

Menurut Pentagon, dua dari tiga tentara AS terluka ketika sebuah pesawat militer Amerika dikirim untuk mengevakuasi pasukan komando yang sedang terluka. Tapi, pesawat itu ditembaki. ”Sengaja dihancurkan di tempat,” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, pihak al-Qaeda Yaman mengatakan, baku tembak terjadi di Yakla, Provinsi al-Bayda. Pertempuran tersebut menewaskan seorang pemimpin senior al-Qaeda Yaman, Abdulraoof al-Dhahab, bersama dengan para militan lainnya.

Gadis delapan tahun, Anwar al-Awlaki putri pengkhotbah Yaman kelahiran AS Anwar al-Awlaki adalah salah satu dari anak-anak yang tewas dalam serangan AS. Ayah gadis itu tewas dalam serangan drone AS tahun 2011. Kakek korban, Nasser al-Awlaki mengecam serangan AS yang merenggut cucunya.

”Dia dihantam dengan peluru di lehernya dan menderita selama dua jam,” kata Nasser kepada Reuters. "Mengapa membunuh anak-anak, apakah ini adalah administrasi baru (AS)? Itu sangat menyedihkan, kejahatan besar,” kesal Nasser.

Daewoo K2: Didatangkan Terbatas, Senapan Serbu Ini Dipakai Satuan Elite TNI


Tak sedikit inovasi dari hasil ‘racik-meracik’ desain antar senjata menuai kisah sukses, seperti yang paling kentara adalah senapan serbu Pindad SS-2 yang dominan mengusung nuansa M16 dan AK-47. Namun jauh sebelum eksistensi SS-2, ada senjata berstandar NATO di kaliber 5,56 x 45 mm yang telah sukses diracik dari desain M16 dan FN FNC. Yang dimaksud adalah senapan serbu K2 produksi S&T Motiv. Apa yang menarik dari K2? Pertama jelas bahwa senapan serbu ini telah digunakan secara terbatas oleh pasukan elite TNI.

Dari laman situs Wikipedia.org, disebutkan pada tahun 2008 dan 2011 Indonesia membeli 210 pucuk K2. Meski namanya masih kedengaran asing, K2 sudah battle proven dalam laga Perang Teluk, Perang Afghanistan, Perang Irak, dan Konflik di Nigeria. Merunut dari silsilahnya, K2 dirancang oleh South Korean Agency for Defense Development dan diproduksi S&T Motiv (d/h Daewoo Precision Industries). 

Resminya K2 mulai digunakan militer Korea Selatan pada tahun 1984, kebutuhan hadirnya K2 untuk menggantikan senapan M16 A1 yang sudah uzur usianya. Selain juga Korea Selatan ingin mengakhiri produksi senapan serbu M16 atas lisensi dari Colt.


Sebagai negara yang berkiblat ke AS/NATO, maka sedari awal semua lansiran alutsista dari Korea Selata mengacu pada standar NATO, termasuk amunisi K2 yang mengadopsi kaliber 5,56 x 45 mm. Letak kemiripan K2 dengan M16 tampak pada desain receiver sebelah kiri, sedangkan sebaliknya tuas pengokang K2 malah mirip FN FNC (Pindad SS-1). Bergeser ke bagian pegangan laras, meski tidak sama persis, desainnya lebih dekat ke FN FNC dan IMI Galil.


Popor K2 mengikuti gaya FN FNC, yakni bisa dilipat (folded stock) meski bentuknya bukan popor model rangka. Versi standar K2 mengandalkan alat bidik model iron sight, namun pihak manufaktur juga menghadirkan versi K2A yang dilengkapi picatinny rail dan foregrip, dengan picatinny rail sosok K2 dapat dipasangi beragam teropong bidik. Pada prinsipinya K2 tak beda dengan M16 dan FN FNC, pola kerjanya mengandalkan gas operated, rotating bolt, meski ada tambahan kemampuan long stroke piston yang menjadikan performa K2 lebih handal ketimbang M16.

K2A

Versi standar K2 punya bobot tanpa magasin 3,26 kg, panjang senapan keseluruhan 980 mm, sementara bila popor dilipat panjangnya menjadi 730 mm. Panjang larasnya sendiri 465 mm. Untuk jenis magasin kompatibel dengan kepunyaan M16 (STANAG). Tidak sekedar bisa dipasangi model magasin standar, K2 bisa dipasang magasin model snail drum dengan kapasitas 100 peluru.

Bagaimana dengan urusan daya tembak? K2 punya jarak tembak efekfif 400 meter dan jarak tembak maksimum 600 meter. Kecepatan tembak K2 mencapai 800 peluru per menit, sementara kecepatan luncur proyektil mencapai 920 meter per detik.

K2 dengan peluncur granat

Di Asia Tenggara hanya Indonesia yang resmi membeli senapan serbu ini, dan siapa pasukan TNI yang telah memakai K2? Kabarnya unit SAR Tempur Paskhas TNI AU dan salah satu satuan elite TNI AL menjadi pengguna K2.

TAI-BAe System Sepakat Kembangkan TF-X


Setelah sempat tertunda akibat terjadinya usaha kudeta Turki tahun 2016 lalu, akhirnya TAI (Turkish Aerospace Industries) menandatangani kerjasama dengan BAe (British Aerospace) Systems untuk mengembangkan program pesawat tempur masa depan Turki TF-X.

Penandatanganan kerjasama ini disaksikan oleh PM Inggris Theresa May dan PM Turki Binali Yildirim di Ankara, Turki pada 28 Januari 2017. Penandatanganan tersebut merupakan bagian dari sejumlah agenda ekonomi yang dilakukan dalam kunjungan rombongan PM Inggris ke Turki.

Penandatanganan Headsof Agreement tersebut menandai fase pengembangan pertama dari TF-X yang merupakan pesawat tempur generasi kelima milik Turki. Berdasarkan kerjasama tersebut, Turki akan mendapatkan sejumlah teknologi kunci yang dibutuhkan Turki untuk mengembangkan TF-X.


Inggris tentu berharap dapat membuka pasar baru di luar Eropa yang bisa jadi akan terpengaruh dengan keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa. BAe sendiri juga mengincar peluang untuk memasok sistem persenjataan, radar, dan sensor lain yang akan dibutuhkan selama pengembangan TF-X yang nilainya diproyeksikan mencapai GBP 100 juta.

CEO BAe System CEO setelah acara penandatanganan tersebut mengatakan, “BAe Systems adalah pemimpin pasar dalam perancangan, pembuatan, dan penyediaan dukungan bagi pesawat tempur, dan ada dalam posisi yang sempurna untuk menyumbangkan keahlian teknik dan enjiniring, serta pengalaman dalam mengkoordinasikan proyek yang kompleks untuk proyek Turki ini,” ujarnya.

TF-X sendiri dikerjakan oleh TAI dengan maksud untuk mempersiapkan pengganti armada F-16 yang sudah digunakan sejak era 1980-an awal, sekaligus mendampingi F-35 Lightining II yang juga dibeli oleh Turki.

Dimulai pada tahun 2010, TAI sudah menyelesaikan fase riset pendahuluan yang melahirkan sejumlah konsep desain dari TF-X. Seperti diketahui, TAI memamerkan tiga alternatif desain TF-X, dengan bentuk yang menyerupai F-22, F-35, dan satu desain terakhir yang menggunakan sayap delta dan Canard.

Ketiga desain menggunakan sayap tegak ganda dan jika mengacu kepada keputusan PM Turki saat itu, Ahmet Davutoglu, maka TF-X akan menggunakan konfigurasi mesin ganda.

Soal mesin, TAI sendiri juga memperoleh tawaran dari Rolls Royce yang menawarkan transfer teknologi untuk mesin Eurojet EJ200 yang mentenagai Eurofighter Typhoon. EJ200 sendiri dibuat berdasarkan desain XG-40 dari Rolls Royce dan penguasaan teknologi dan pembuatannya akan ditangani oleh perusahaan Aselsan.


Turki akan membuat peranti lunak untuk sistem kontrol mesin dan perawatan secara mandiri. Dengan target 250 pesawat TF-X akan keluar dari lini produksi dan diharapkan sudah dapat operasional pada tahun 2023, maka TF-X menjadi salah satu proyek paling ambisius dalam sejarah Turki.

Rusia Akan Mengganti Seluruh Jet Tempur Ringannya Dengan MiG-35


Angkatan Udara Rusia akan ganti seluruh armada pesawat tempur ringannya yang dimiliki saat ini dengan MiG-35 ‘Fulcrum-F’ yang baru saja diluncurkan, demikian tulis media pemerintah mengutip pejabat layanan senior yang dikatakan pada Jum’at (27/1/2017) lalu.

Berbicara pada saat peluncuran MiG-35 yang digelar United Air Corporation (UAC), Kepala Komandan Angkatan Kedirgantaraan Rusia (Russian Aerospace Force/VKS), Kolonel Jenderal Viktor Bondarev mengatakan bahwa seluruh jet tempur ringan yang kini aktif akan digantikan oleh varian terbaru Flanker pada tahun-tahun mendatang, demikian dilaporkan Kantor Berita TASS.

Namun sang Jenderal tidak menyebutkan secara spesifik pesawat tertentu yang ia maksud jet tempur ringan yang akan diganti tersebut. Ada kemungkinan MiG-29 ‘Fulcrum’ yang akan digantikan oleh seri terbarunya itu.

Menurut data Angkatan Udara dunia dari IHS Jane’s, Angkatan Kedirgantaraan Rusia (VKS) saat ini memiliki sekitar 350 armada MiG-29 sekitar 200 pesawat diperkirkan dalam penyimpanan.

Bondarev mengungkapkan komentarnya pada sebuah kesempatan acara peluncuran MiG-35 tersebut untuk Presiden Vladimir Putin, yang mencatat bahwa pesawat tersebut merupakan potensi ekspor dengan negara-negara yang telah mengoperasikan MiG-29.

Seperti yang dicatat juga oleh IHS Jane’s, MiG-35 digambarkan oleh perusahaan produsennya sebagai bentuk memamerkan pengembangan lebih jauh dari jet tempur MiG-29K/KUB dan MiG-29M/M2 pada bidang peningkatan efesiensi tempur, universalitas dan perbaikan karakteristik operasional.

CEO MiG, Sergei Korotkov, sebelumnya pernah menyatakan bahwa MiG-35 akan memiliki kecepatan Mach 2.23 dan jangkauan operasional 1.5 kali lebih lama dibanding MiG-29.

BrahMos Bisa Segera Dikirim ke Negara Ketiga


Rusia dan India akan memulai mengirimkan rudal jelajah BrahMos ke negara ketiga. Sebelumnya penjualan ke negara lain masih terhalang karena kebutuhan besar India yang harus diprioritaskan.

“Pengiriman ke negara-negara ketiga adalah mungkin. Hal ini sebelumnya tertahan karena Angkatan Darat India membeli banyak rudal dan, karena itu, prioritas diberikan ke negara itu sebagai pihak yang terlibat dalam usaha patungan. Dan sekarang kita bisa bicara tentang negara lain,” kata CEO dan Kepala Designer Machine-Building Research and Development Consortium Alexander Leonov sebagaimana dikutip Kantor Berita TASS, Jumat 27 Januari 2017.

Beberapa waktu sebelumnya India dilaporkan telah meningkatkan usahanya menjual rudal jelajah BrahMos ke sejumlah negara termasuk ke Indonesia. Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi memerintahkan BrahMos Aerospace, yang membuat rudal ini untuk meningkatkan penjualan ke lima negara, terutama Vietnam. Sementara negara lain yang masuk dalam daftar adalah Indonesia, Afrika Selatan, Chile, dan Brazil.

Selain lima negara tersebut, India juga mengincar daftar kedua yang mencantumkan 11 negara dengan Filipina menjadi yang teratas dalam daftar ini. Negara lain termasuk Malaysia, Thailand dan uni Emirat Arab. Sumber dekat dengan masalah sebagaimana dikutip Reuters mengatakan bahwa daftar itu dikeluarkan pada awal tahun ini.

New Delhi menangguhkan permintaan Hanoi terkait BrahMos pada 2011 karena takut akan membuat marah China. Indonesia dan Filipina juga berniat membeli rudal jelajah tercepat di dunia ini. Rudal memiliki rentang tempuh 290 kilometer dan dapat diluncurkan dari darat, laut dan kapal selam. Sebuah varian yang dapat diluncurkan dari udara sedang dalam tahap pengujian.

Rudal jelajah supersonic BrahMos adalah produk dari Machine-Building Research and Development Consortium dan Defense Research and Development Organization India. Keduanya membangun perusahaan patungan BrahMos Aerospace pada tahun 1998. Nama rudal berasal dari nama dua sungai yakni Sungai Brahmaputra India dan Sungaki Moskva Rusia. Rudal ini memiliki jangkauan 290 km dan membawa hulu ledak seberat 200-300 kg.

Sunday 29 January 2017

Maeda, "Membantu" Indonesia Merdeka Tapi Hidup Sengsara Saat Tua


Jumat 17 Agustus 1945 dini hari, kesibukan luar biasa tampak di sebuah rumah berlantai 2 di Jalan Meiji Dori No 1, Jakarta Pusat. Di luar terlihat puluhan pemuda bergerombol dengan wajah serius bercampur tegang. Mereka tengah menunggu apa yang akan diputuskan para senior di lantai 1 rumah tersebut.

Di dalam rumah, suasana tak kalah tegang. Menjelang santap sahur hari ke-8 Ramadan itu, Sukarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Subardjo di ruang tengah rumah itu tengah merumuskan naskah Proklamasi yang akan menjadikan Indonesia sebagai negara merdeka.

Singkat cerita, ketika draft Proklamasi selesai dibuat pagi itu, masalah muncul. Saat naskah akan diketik, di rumah itu tak ada mesin tik. Untungnya, Satsuki Mishima, anak buah Laksamana Muda Tadashi Maeda, mengetahui di mana bisa meminjam mesin ketik pada dini hari itu.

Mishima pergi menggunakan mobil Jeep kepunyaan Maeda untuk meminjam mesin ketik kepunyaan Kantor Perwakilan Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) di Indonesia. Teks Proklamasi kemudian diketik Sayuti Melik menggunakan mesin tik itu di dekat dapur kediaman Maeda. Pagi harinya, naskah hasil ketikan itu dibacakan Sukarno di rumahnya, Jlan Pegangsaan Timur No 56.

Rumah tempat naskah Proklamasi itu disusun adalah tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang. Laksamana Maeda beserta rumah yang kini berada di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta Pusat itu punya peran penting dan jasa tak terhingga dalam sejarah lahirnya Indonesia.


Cerita kedekatan Laksamana Maeda dengan Indonesia sejatinya terjadi jauh sebelum malam jelang kemerdekaan itu. Maeda yang lahir pada 3 Maret 1898 di Kagoshima, Kyushu, Jepang, pernah menjadi atase militer Jepang di Den Haag, Belanda, dan Jerman pada masa sebelum perang atau sekitar 1930-an.

Dalam diri Maeda muncul simpati terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia sejak dia bertugas di Belanda. Saat itu, Maeda kerap berhubungan dengan sejumlah tokoh pelajar dan mahasiswa Indonesia, seperti Nazir Pamuntjak, Ahmad Subardjo, Mohammad Hatta, dan AA Maramis.

Setelah bertugas di Den Haag dan Berlin, Maeda dipanggil pulang ke Jepang dan menerima tugas baru di Indonesia pada 1942. Saat berdinas di Jakarta inilah Maeda mendirikan sekolah atau institut politik yang diberi nama Asrama Indonesia Merdeka pada Oktober 1944 bagi para pemuda terpilih.

Ahmad Subardjo bersama Wikana menjadi penggerak Asrama Indonesia Merdeka, sedangkan Maeda menjadi sponsor sekolah itu. Maeda juga yang kemudian meresmikan asrama tersebut di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat dan dipindahkan ke Jalan Kebon Sirih 80 pada Oktober 1944.

Hampir semua figur nasionalis menjadi pengajar di sekolah ini. Seperti Soekarno yang mengajarkan politik, Hatta mengajarkan ekonomi, Sanoesi Pane mengajarkan Sejarah Indonesia, Sjahrir mengajarkan sosialisme, Iwa Kusuma Sumantri mengajarkan hukum pidana, dan Ahmad Subardjo mengajarkan hukum internasional.

Lulusan pertama (sekitar 30 orang) yang pendidikannya berlangsung selama 6 bulan tersebut adalah pada April 1945. Angkatan kedua (sekitar 80 orang) yang pembelajarannya dimulai Mei 1945 tidak sempat menyelesaikan pendidikan karena Perang Dunia II telah berakhir dan Jepang menyerah pada sekutu.

Memicu Deklarasi Kemerdekaan

Mohammad Hatta dalam Memoir (2002) sempat menceritakan jasa Maeda, khususnya pada waktu sebelum Proklamasi. Hatta bercerita saat itu pertengahan Agustus 1945, santer berita bahwa Jepang telah menyerah pada Sekutu, tetapi masih simpang siur. Akhirnya Hatta dan Sukarno bersama Soebardjo pada 15 Agustus 1945 mendatangi Maeda untuk mengonfirmasi berita itu.

"Sukarno menanyakan terus terang, 'Apa benarkah berita yang tersiar sekarang dalam masyarakat, bahwa Jepang sudah minta damai kepada Sekutu?' Maeda tidak terus menjawab dan menekur kira-kira satu menit lamanya. Aku beri isyarat kepada Sukarno, bahwa berita yang disampaikan Sjahrir itu memang benar. Dan Sukarno mengangguk," ujar Hatta."Setelah begitu lama berdiam diri dan wajah muka yang kelihatan sedih, Admiral Maeda menjawab, bahwa berita itu memang disiarkan oleh Sekutu. Tetapi, di sini belum lagi memperoleh berita dari Tokyo. Kami meninggalkan kantor Rear-Admiral Maeda dengan keyakinan, bahwa Jepang sungguh-sungguh menyerah," imbuh Hatta.

Jawaban Maeda itulah yang kemudian memicu munculnya gerakan dan desakan agar Indonesia segera mendeklarasikan kemerdekaan. Jawaban implisit Maeda seolah menjadi sebuah isyarat bagi pemimpin pergerakan bahwa sudah saatnya untuk memerdekakan Indonesia. Keinginan yang kemudian juga difasilitasi oleh Maeda dengan mempersilakan kediamannya dipakai tempat merumuskan naskah Proklamasi.

Kesediaan Maeda menyediakan rumahnya sebagai tempat rapat yang juga tempat merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan merupakan salah satu bukti simpati pribadi terhadap kemerdekaan Indonesia.

Hatta merekam kejadian ketika dia dan Sukarno datang ke rumah Maeda ketika peristiwa Rengasdengklok berakhir. Maeda sangat bergembira bertemu dengan mereka. Sukarno mengucapkan terima kasih banyak-banyak atas kesediaan Maeda meminjamkan rumahnya untuk rapat PPKI malam itu. Maeda sontak menjawab, "Itu kewajiban saya yang mencintai Indonesia merdeka."

Semestinya, Maeda berdasarkan perintah yang diberikan kepadanya harus menjaga status quo sebagaimana pernyataan Mayor Jenderal Nishimura dalam pertemuannya dengan Sukarno-Hatta yang diadakan tepat sebelum Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dilangsungkan.

Nishimura di kediamannya mengungkapkan kepada Sukarno dan Hatta bahwa telah ada perintah sejak Kamis 16 Otober pukul 13.00, tentara Jepang di Jawa tidak boleh lagi mengubah status quo.

Bukan berarti tak ada yang menduga keterlibatan Maeda dalam Proklamasi Kemerdekaan RI. Barbara Gifford Shimer dan Guy Hobbs di buku The Kenpeitai in Java and Sumatra (2010) menyatakan tentara Jepang samar-samar menyadari bahwa Maeda telah berkontribusi terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia.

Dipuja di Indonesia, Dicaci di Negaranya

Setelah Indonesia merdeka, Maeda ditangkap oleh Sekutu pada 1946 dan dipenjarakan di Gang Tengah selama 1 tahun. Setelah itu ia dikembalikan ke Jepang.

Dalam interogasi di Changi Gaol, Singapura, antara 31 Mei sampai dengan 14 Juni 1946, sebagaimana dikutip R E Elson dalam The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan, Maeda mengatakan, "Jalan menuju kemerdekaan telah ditempuh begitu jauh sehingga (bangsa Indonesia) tidak mau melepaskan kemajuan yang telah didapat," ujar dia.

Nishijima dalam wawancara dengan Basyral Hamidy Harahap pada 10 Oktober 2000 di Meguroku, Tokyo. menceritakan dengan gamblang kejadian saat Maeda dan dirinya ditahan di Penjara Gang Tengah. Wawancara tersebut termuat dalam buku Kisah Istimewa Bung Karno (2010) dengan kutipan sebagai berikut:

"Laksamana Muda Maeda dan saya berusaha sekeras-kerasnya untuk menjaga nama baik Republik Indonesia, agar jangan sampai Belanda bisa mengatakan RI itu sebagai bikinan Jepang. Biarpun pemeriksa berturut-turut 4 hari menekan saya sampai akhirnya mengeluarkan air kencing berdarah, saya tetap tidak mengaku. Umur saya waktu itu hampir 36 tahun dan masih bisa tahan," jelas Nishijima.

Tiba di negaranya, Maeda sama sekali tak mendapat penghormatan layaknya pahlawan yang pulang perang. Ia dikecam dan mendapat perlakuan hina di Jepang. Meskipun secara hati nurani, orang-orang Jepang mendukung kemerdekaan Indonesia, namun kepatuhan kepada negara bagi mereka adalah segalanya.

Ini adalah soal kehormatan dan harga diri bangsa. Tidak aneh, ketika pulang ke Jepang, semua akses ditutup untuk Maeda dan ia mendapat kesulitan luar biasa selepas dari dinas militer hingga meninggal dunia dalam kondisi melarat.

Atas jasa Maeda tersebut, pada 1973 dia diundang pemerintah Indonesia untuk menghadiri perayaan Proklamasi 17 Agustus. Dalam kesempatan itu ia sempat bertemu dengan Mohammad Hatta. Maeda juga merupakan penerima Bintang Jasa Nararya dari pemerintah Indonesia.


Maeda meninggal dunia pada 13 Desember 1977 pada umur 79 tahun. Mengenang kepergian Maeda, Ahmad Subardjo menulis, "Pada detik-detik terpenting dalam melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Laksamana menunjukkan sifat Samurai Jepang, yang mengorbankan diri dengan rela demi tercapainya cita-cita luhur dari rakyat Indonesia, yakni Indonesia Merdeka".

Ambil Resiko, Maeda Pasang Badan Demi Kemerdekaan Indonesia


Tiap tahun disetiap bulan Agustus, bendera-bendera merah putih menghiasi halaman rumah bergaya art deco di Jalan Imam Bonjol No.1, Jakarta Pusat siang itu. Menurut “tuan rumah” Ari Suryanto, hal itu merupakan rutinitas rumah tersebut tiap Agustus tiba. Selain mempercantik rumah dan halaman, tuan rumah biasanya menggelar bermacam lomba. “Agustus kan bulannya kita”.

Di ruang yang dulu merupakan dapur, tiga pria paruh baya duduk melingkari meja panjang yang terbuat dari jati. Raut wajah mereka tegang dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Maklum, mereka hanyalah patung Sukarno, patung Moh. Hatta, dan patung Ahmad Subardjo.


Ruang itulah yang pada dini hari 17 Agustus 70 tahun silam menjadi tempat ketiga tokoh tadi merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan. Keberadaan mereka di sana atas izin tuan rumah Laksamana Tadashi Maeda. Subardjo yang meminta izin kepada atasannya di Kaigun Bukanfu (kantor penghubung Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang di Indonesia) itu.

Menuju Proklamasi Kemerdekaan

Pagi sebelumnya, Subardjo dibuat pusing oleh berita hilangnya Sukarno-Hatta. Kabar itu didapatnya sekitar pukul delapan dari Mbah Diro, sapaan akrab Sudiro, sekretaris Subardjo. Hari itu (16 Agustus 1945) padahal Sukarno-Hatta bersama Subardjo harus mengikuti rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). “Berita tersebut sangat mengejutkan saya. Ini suatu kejadian yang gawat,” kenang Subardjo dalam bukunya, Lahirnya Republik Indonesia.

Subardjo buru-buru mencari tahu. Setelah menginformasikan kepada asisten Maeda Shigetada Nishijima dan memintanya agar Kaigun (angkatan laut) ikut membantu menyelamatkan Sukarno-Hatta, Subardjo bergegas ke rumah Maeda. Laksamana itu sedang duduk termenung ketika Subardjo tiba. Sebelumnya, Maeda mendatangi Gunseikanbu untuk menanyakan kebenaran berita tersebut. Pada waktu hampir bersamaan, Nishijima juga berusaha memastikan kebenaran berita itu dengan mendatangi Soenoto alias Wikana pemuda pejuang yang memimpin Asrama Indonesia Merdeka (AMI) bentukan Maeda.

Maeda terkejut campur senang melihat kedatangan Subardjo. “Mengapa Tuan datang sendiri saja dan tidak dengan Tuan-tuan Sukarno dan Hatta?” tanya Maeda sebagaimana ditulis Subardjo dalam bukunya. Lantaran tak mendapatkan hasil dan malah bingung, Subardjo pun undur diri untuk mencari Sukarno-Hatta.

Menurut sejarawan Aiko Kurawasa, Maeda sejak awal bersimpati besar terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia. Maeda sendiri berulangkali mengungkapkan hal itu. “Tahun 1944, saya membuka permohonan atau pendapat kepada Tokyo supaya memberi kesempatan (Indonesia) untuk merdeka,” katanya ketika diwawancara sejarawan Abdoerahman Soerjomihardjo pada 1973.

Selain permohonan kepada Tokyo, simpati itu antara lain dia wujudkan dengan mendirikan Asrama Indonesia Merdeka di Kebon Sirih. Maeda kerap berhubungan dengan Sukarno dan Hatta, dan kemudian juga para aktivis muda. “Jadi dia mendukung kemerdekaan atas dasar dirinya sendiri, bukan kebijakan angkatan laut atau pemerintah Tokyo,” ujar Aiko.

Atas pemberitahuan dan izin Wikana selaku wakil pemuda yang menuclik Sukarno-Hatta, Subardjo lalu diperbolehkan menyusul Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Adanya jaminan keamanan atas Sukarno-Hatta dari Maeda membuat Subardjo akhirnya berhasil membawa kembali dwi-tunggal ke Jakarta setelah sebelumnya ditentang para pemuda di sana. Sekitar jam delapan malam, mereka tiba di Jakarta. Subardjo lalu menghubungi Hotel Des Indes di kawasan Harmoni untuk meminta tempat guna melanjutkan rapat PPKI yang batal dihelat paginya.

Namun, adanya larangan aktivitas setelah jam 10 malam membuat pihak hotel menolak permintaan Subardjo. Dia langsung menghubungi Maeda untuk meminjam rumahnya guna dijadikan tempat rapat. Maeda membolehkan. “Bagi saya, harus sekarang juga atau secepat mungkin kemerdekaan (harus diberikan) kepada Indonesia,” ujar Maeda. Para peserta rapat PPKI yang menginap di Des Indes pun segera beranjak ke Nassau Boulevard (rumah Maeda).

Di rumah itu, Maeda dan Nishijima sejak petang terus menanti kedatangan Sukarno-Hatta.

Keduanya duduk di ruang tamu. Sekira pukul delapan, mereka berpisah. Nishijima ke serambi depan. “Maeda waktu itu ada di atas, di kamar tidurnya; selanjutnya hanya ada beberapa pembantu di bawah,” kenang Nishijima. Baru sekira pukul 11 malam dua mobil memasuki halaman rumah Maeda. “Di antara mereka saya melihat Soekarni yang mengenakan seragam Peta dan membawa pedang opsir Jepang dan revolver. Lalu Soekarno, Hatta, dan Soebardjo keluar (mobil) dan mereka semua masuk,” ujar Nishijima.

Nishijima melanjutkan, saat banyak tamu masuk ke dalam dan diterima Maeda, dia memilih tetap di teras mendengarkan cerita Subardjo. Di tengah perbincangan, Tomegoro Yoshizumi tiba membawa para anggota PPKI yang akan rapat. Bersama Sukarni dan Sayuti Melik, Nishijima lalu ikut berkeliling guna menghentikan para pemuda yang sudah siap kudeta.

Maeda sendiri berinisiatif meminta kepala Gunseikanbu Mayjen Yamamoto hadir di rumahnya untuk membicarakan masa depan Indonesia. “Pemerintah yang tak dapat bergerak cepat membuat kami harus secepatnya membantu kemerdekaan (Indonesia),” ujar Maeda. 

Inisiatif itu bertujuan selain agar Rikugun (Angkatan Darat) tahu kondisi genting saat itu, juga agar Rikugun dan Kaigun berbicara langsung dengan pemimpin Indonesia. Permintaan Maeda itu tak membuahkan hasil. Bersama Sukarno dan Hatta, dia lalu ke rumah Mayjen Nishimura. Hasilnya tak jauh beda. “Saya sudah berdiskusi dengan AD namun mereka cuci tangan. Oke, saya ambil risiko, ambil tekad, biarlah nanti jika salah, saya siap dihukum,” ujar Maeda. Dia lalu meminta Kolonel Miyoshi datang dan berhasil.

Para pemuda yang sudah di rumah Maeda mendesak Sukarno segera menyusun naskah proklamasi. Mereka mendesak Sukarno agar tak lagi bersikukuh mendiskusikan terlebih dulu naskah yang dituntut itu di PPKI. Bagi para pemuda, PPKI merupakan lembaga bentukan Jepang. Proklamasi, kata mereka, harus lahir tanpa campur tangan pihak asing manapun. Perdebatan sengit pun terjadi antara golongan tua yang diwakili Sukarno dan Hatta dengan golongan muda yang diwakili Sukarni dan Chairul Saleh.

Hari Jumat sudah berjalan beberapa jam ketika akhirnya Sukarno, Hatta, dan Subardjo duduk bersama di ruang makan untuk menyusun teks proklamasi. Maeda bersama Nishijima, Yoshizumi, dan Miyoshi juga hadir di ruang itu. Perdebatan menyangkut diksi kalimat-kalimat teks yang dibuat itu beberapakali terjadi. “Waktu itu berunding kalimat pasnya, apakah kata-kata ini, dipasi,” ujar Maeda mengenang. 

Menjelang subuh, teks proklamasi selesai

Di dekat piano yang terletak di bawah tangga, Sukarno membacakan teks tersebut untuk memperoleh tanggapan. Para anggota PPKI puas, sementara para pemuda kecewa karena teks tersebut mereka nilai kurang revolusioner. Perdebatan tua-muda kembali terjadi. Maeda tak tinggal diam. “Selama perundingan saya juga ikut diminta pendapat, saya menjawab,” kata Maeda.

Perdebatan kembali muncul tatkala gagasan mengenai siapa saja yang menjadi penandatangan dalam teks proklamasi itu. Sukarno dan Hatta menginginkan semua yang hadir membubuhkan tanda tangan seperti ketika para pendiri Amerika Serikat menandatangani Declaration of Independence. Namun usul itu ditolak. Sukarni akhirnya berteriak mengusulkan idenya: cukup Sukarno dan Hatta saja yang menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia.

Setelah mufakat dicapai, teks itu lalu diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Bersama BM Diah, yang membacakan, Sayuti mengetik teks proklamasi di sebuah ruang kecil di bawah tangga. Teks asli proklamasi yang ditulis Sukarno diamankan oleh BM Diah. Sementara itu, orang-orang di ruang yang kini bernama Ruang Pengesahan merundingkan tempat pelaksanaan proklamasi. Semua sepakat, proklamasi dilangsungkan di rumah Sukarno di Pegangsaan Timur.

Hatta sempat berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor berita dan pers, terutama BM Diah, agar memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh penjuru dunia. Mereka lalu saling bersalaman dan pergi ke tempat tujuang masing-masing. “Sesudah naskah jadi, saya naik ke kamar saya. Tidak tidur, hanya berbaring saja,” tutup Maeda.

Iron Dome, Sistem Proteksi Canggih Ruang Udara Singapura


Sebagai negara pulau dengan luas daratan hanya 716 km2, Singapura dikenal sebagai pemilik kekuatan militer termodern di kawasan Asia Tenggara. Dengan dukungan AS dan Israel, Singapura juga mendapat predikat sebagai negara dengan sistem pertahanan udara (hanud) terkuat. Secara teori, nyaris tiada ‘ruang’ untuk menerobos pertahanan udara Singapura. Apalagi doktrin pada hanud terminal Singapura bakal menangkal setiap potensi serangan udara sebelum memasuki teritori udara.

Hal tersebut bisa diyakini melihat dari komponen jet tempur terbaik di kawasan, seperti F-15SG Strike Eagle dan F-16 C/D Block 52 yang ditunjang pesawat tanker Boeing KC-135 dan KC-130B/H Hercules. Jika pun armada intercept masih kebobolan, dan ada risiko daratan Singapura bakal digempur artileri dari seberang lautan, itu pun sudah dipikirkan. Sejak tahun 2010 sudah ada pembicaraan antara Singapura dan Israel untuk memasok Iron Dome ke Negara Pulau tersebut. Padahal di 2010 Iron Dome masih dalam tahap dikembangkan.

Sejauh ini belum keterangan resmi penggunaan Iron Dome oleh militer Singapura, hanya saja dipastikan pada April 2016, Kementerian Pertahanan Republik Singapura telah menyebut membeli ELM-2084 Multi-Mission Radar (MMR) dari ELTA Systems. 


ELM-2084 tak lain adalah sistem radar yang digunakan pada sistem peluncur Iron Dome. Walau tak diumumkan ke publik, ada yang menyebut arhanud Singapura telah dilengkapi minimal satu baterai Iron Dome.

Sistem Iron Dome dikembangkan oleh manufaktur alutsista asal Israel, Rafael Advance Defence System. Iron Dome pertama digelar pada 27 Maret 2011 di Kota Bersheba, Israel Bagian Selatan. Hanya dalam hitungan minggu, Iron Dome berhasil pencegatan roket pertama yang diluncurkan dari kawasan Gaza, Palestina. Setahun sesudahnya, sistem ini berhasil mencegat 93 roket, dan saat ini sudah lima baterai Iron Dome yang dioperasikan, diantaranya melindungi Kota Sderot, Gush Dan dan Ashdod. Baterai kelima ditempatkan di Tel Aviv. Meski tiada sistem hanud yang sempurna, tingkat keberhasilan pencegatan Iron Dome sudah mencapai level 80 - 90%.


Iron Dome terdiri dari sistem rudal pencegat (C-RAM/Counter Rocket, Artillery, and Mortar) yang diberinama Tamir, sistem Battle Management&Control (BMC), dan sistem radar pendeteksi atau counter battery radar. Berbeda dengan sistem hanud Pantsir-S1 dari Rusia yang memadukan komponen radar, rudal dan kanon dalam satu kesatuan, maka Iron Dome digelar dalam paket yang terpisah dan tidak bersifat mobile.


Sistem Tamir dikemas dalam kotak peluncur yang berkapasits 20 rudal. Mobilitas launcher ini dibawa dengan truk 6×6, namun untuk standby peluncur dipasang di atas dudukan mati. Sementara untuk sistem radar dirancang mampu mendeteksi sasaran mulai dari roket, artileri, bahkan sampai proyektil mortir 60 mm.

Model pencegatan sasaran dilakukan dengan aman, yakni saat sasaran sedang berada pada lintasan terbangnya. Keharusan dari sistem Iron Dome yakni jaminan bahwa sisa serpihan rudal/roket yang berjatuhan tidak boleh melukai penduduk yang ada dibawahnya.


Sistem kerja Iron Dome dapat dibagi dalam tiga tahap, dimana radar akan mendeteksi ancaman yang datang dan perkiraan arah datangnya. Informasi tersebut kemudian diteruskan ke unit BMC yang akan menghitung lintasan dari target, mulai dari posisi luncur sampai titik perkiraan jatuh. Berdasarkan kalkulasi tersebut, sistem kemudian menyiapkan rudal Tamir untuk mencegat sasaran di koordinat yang tepat.

Untuk mengarahkan Tamir ke sasaran, sistem BMC akan memandu rudal kea rah lintasan pencegatan, sampai pada fase berikutnya sistem elektro optic pada rudal akan bekerja untuk mengenali sasaran dan meledakkan diri saat rudal sudah berada di dekat sasaran. Sampai disitu, apa yang disajikan Iron Dome masih terbilang ‘biasa’ untuk sistem rudal hanud, tapi Iron Dome dibekali kemampuan software dengan algoritma lansiran MPrest. Disini Iron Dome dapat menghitung probabilitas jatuhnya roket/rudal, apabila roket/rudal lawan bakal jatuh di wilayah tidak berpenghuni, maka Iron Dome tidak akan bereaksi. Sebaliknya begitu serangan mengancam area berpenduduk, Iron Dome akan bereaksi secara otomatis untuk meluncurkan Tamir.

Mengapa sampai ada pemilah-milahan pada sasaran? Jawabannya ternyata terkait fulus, harga rudal Tamir per unitnya terhitung mahal, mencapai US$50.000 - US$60.000. Sudah pasti Israel bakal rugi bandar jika rudal semahal ini diluncurkan untuk ‘meladeni’ rudal/roket yang bakal menghantam area kosong. Satu baterai (kompi) Iron Dome terdiri dari 3 - 4 peluncur rudal Tamir, satu unit BMC, dan radar penjejak ELM-2084. Satu baterai Iron Dome digadang untuk melindungi area seluas 12×12 km. Kabarnya untuk menggelar satu baterai (kompi) Iron Dome dibituhkan kocek sekitar US$50 juta.

Selain Israel dan Singapura, Iron Dome juga digunakan AS dan Azerbaijan, sementara negara-negara lain yang berpotensi mengakuisisi sistem rudal ini ada Korea Selatan dan India.

Spesifikasi Rudal Tamir :
- Missile length: 3 m
- Missile diameter: 0.16 m
- Missile weight: 90 kg
- Warhead weight: 11 kg
- Warhead type: Fragmentation
- Range of fire: 4 - 70 km
- Speed: Mach 2.2
- Altitude of fire: -

Rusia Ingin Il-112V Terbang Pertama 1 Juli 2017


Penerbangan pertama dari jet transport militer baru Rusia Il-112V dijadwalkan akan dilakukan pada 1 Juli 2017. Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin mengatakan saat ini pembangunan badan pesawat dan mesin baru TV7-117ST masih terus dilakukan.

“Sampai 1 Juli pengerjaan harus selesai dan terkait dengan masalah yang sangat sulit yakni bagaimana untuk menggabungkan berbagai bagian akan dilakukan dalam periode singkat untuk memastikan pesawat aman dalam penerbangan pertama pada tanggal 1 Juli,” kata Rogozin dalam kunjungan ke Voronezh Aircraft Production Association (VASO) Sabtu 28 Januari 2017.

Wakil perdana menteri menunjukkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah menetapkan tujuan untuk membuat jet siap pada musim panas 2017. Dikatakan bahwa kekuatan bersenjata Rusia memerlukan jet baru ini untuk memastikan transportasi personil dan kendaraan secara.


Il-112V adalah pesawat angkut ringan military yang dikembangkan Ilyushin.

Pesawat dirancang untuk kargo peralatan, personel dan pasukan terjun payung. Pesawat ini akan menjadi pengganti pesawat tua Antonov An-26. Produksi massal pesawat dijadwalkan akan dilakukan pada 2019 di VASO setelah semua tes negara selesai.