Produsen senjata Cina mungkin akan mendapat tantangan lebih besar dalam membuat kontrak penjualan menyusul laporan kegagalan rudal anti-kapal C-705 buatan Cina untuk mencapai target mereka selama latihan di Indonesia pada bulan September yang disaksikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo.
IHS Jane melaporkan bahwa dua rudal C-705 gagal mencapai target mereka setelah penembakan dari dua KCR 40 Angkatan Laut Indonesia selama gelaran Armada Jaya 2016 di Laut Jawa pada tanggal 14 September.
Indonesia telah memperoleh lisensi yang akan memungkinkan PT Dirgantara Indonesia untuk menghasilkan rudal C-705 secara lokal pada 2017 atau 2018, menurut laporan sebelumnya di The Jakarta Post.
Tidak jelas apakah kontrak lisensi akan terpengaruh oleh peluncuran yang gagal, namun para ahli militer Cina mengatakan kinerja yang buruk dari C-705, rudal high-subsonic yang dipandu oleh Global Positioning System (GPS) atau Russian Global Navigation Satellite System (GLONASS), mungkin memiliki dampak jangka pendek yang merugikan penjualan internasional senjata buatan Cina.
“Tidak mungkin untuk memastikan semua rudal bisa mencapai target apapun secara akurat,” kata pengamat militer Zhou Chenming, yang sebelumnya bekerja untuk sebuah anak perusahaan dari China Aerospace Science and Technology Corporation, kontraktor BUMN utama untuk program luar angkasa negara itu, dan sekarang menjadi seorang peneliti di Knowfar Institute for Strategic and Defence Studies, lembaga think tank non-pemerintah di Jiangyin, provinsi Jiangsu. “Biasanya, produsen akan mencatat probabilitas akurasi antara 90-95 % selama tes jangkauan.”
“Ketika sebuah rudal ditembakkan, faktor manusia memainkan peran kunci selama operasi menengah untuk memutuskan apakah akan mencapai target yang ditunjuk, termasuk serangkaian data referensi seperti apa ketinggian yang dibutuhkan untuk naik ke dalam tahap pertama dan saat dibutuhkan untuk berbelok.
”Zhou mengatakan rudal C-705 memiliki kemampuan dan jangkauan pendek dari pada model C-701 dan C-704 yang telah terbukti dalam serangan terbaru oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman pada kapal Uni Emirat Arab.
Pakar angkatan laut Beijing, Li Jie mengatakan cuaca lokal, dan apakah operator rudal Indonesia telah mengikuti semua prosedur yang diperlukan, juga akan mempengaruhi hasil peluncuran.
“Senjata dibuat dengan berbagai logam dan bahan sensitif lainnya, cuaca lokal seperti suhu, kelembaban, salinitas dapat menyebabkan masalah,” kata Li. Ia menambahkan bahwa iklim di Cina sangat berbeda dengan di Indonesia.