Presiden Vladimir Putin menyebutkan sejumlah masalah terkuak selama operasi militer Rusia di Suriah. Masalah itu terutama terletak pada segi teknis. Belum lama ini, Kementerian Pertahanan Rusia akhirnya mengumumkan bahwa beberapa cacat pada perangkat militer Rusia berhasil dideteksi.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyebutkan bahwa beberapa masalah yang dialami senjata Rusia di Suriah telah terungkap. Hal itu ia sampaikan pada acara yang dikhususkan untuk hari penerimaan perangkat militer negara minggu lalu.
“Terkait penggunaan perangkat militer di Republik Arab Suriah, sejumlah cacat struktural dan produksi berhasil diidentifikasi,” kata sang menteri.
Shoigu menuturkan, acara hari itu dapat dianggap bahwa ‘langkah-langkah untuk memperbaiki reliabilitas perangkat militer telah diambil dan diterapkan’.
Dalam kesempatan itu, sang menteri juga membahas mengenai tingkat ‘kepuasan’ atas implementasi target pertahanan negara pada 2016. Menurutnya, beberapa kontrak dengan perusahaan dari industri pertahanan akan dibatalkan karena mereka gagal memenuhi kewajibannya.
Sejauh ini, pesanan skala besar dari pemerintah untuk pasokan perangkat keras dan senjata telah terpenuhi sebanyak 62 persen, sedangkan permintaan perawatan perangkat yang diajukan oleh pihak pemerintah baru selesai separuhnya. Menanggapi pernyataan menhan, para pakar berpendapat bahwa jumlah yang disebutkan Shoigu tidaklah buruk jika mengingat saat ini beberapa industri Rusia masih terbebani oleh sanksi anti-Rusia.
Rudal jelajah jarak jauh 3M54 Kaliber (SS-N-27) Rusia yang diluncurkan dari kapal perang sekelas korvet.
Pada Mei lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin, merangkum operasi di Suriah, mengakui bahwa operasi militer telah membongkar ‘sejumlah masalah’, dan menyebutkan bahwa ada kemungkinan untuk ‘menyesuaikan perkembangan dan perbaikan desain militer selanjutnya’.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menerangkan bahwa insiden tersebut berkaitan dengan ‘operasi sejumlah perangkat’, tapi informasi lebih rinci mengenai perangkat mana yang dimaksud bersifat ‘rahasia’.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Yuri Borisov menyebutkan bahwa tingkat pelayanan pesawat Rusia yang beroperasi dari markas Hmeimim di Suriah diperkirakan mencapai 80 – 90 persen.
“Pihak manufaktur datang ke markas Hmeimim segera setelah kami panggil. Kami sangat senang atas pelayanan kolega kami. Kami bahkan telah memberi penghargaan bagi beberapa di antara mereka,” kata Borisov.
Mengomentari pernyataan Putin terkait kekurangan perangkat militer Rusia, Wakil Direktur Jenderal untuk Produksi dan Inovasi Russian Helicopters, Andrei Shibitov menyampaikan bahwa keluhan yang disampaikan di antara beberapa hal lain, berkaitan dengan helikopter yang diproduksi secara domestik.
“Penggunaan tempur pesawat itu terbilang unik. Dalam melakukan tugas generasi terbaru, sejumlah kekurangan terlihat dalam helikopter kami dan itu harus diatasi. Jelas, meski secara keseluruhan operasi terbilang sukses, kami sadar bahwa kami masih harus bekerja keras untuk membuat pesawat kami lebih efektif. Kami sudah merancang program untuk mengidentifikasi sejumlah area yang fokus untuk membuat helikopter kami lebih efektif,” kata Shibitov pada TASS.
Pada 12 April lalu, sebuah helikopter Rusia Mi-28N jatuh di dekat kota Homs. Kapten helikopter dan petugas navigator dilaporkan tewas. Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, kecelakaan tersebut tak disebabkan oleh serangan musuh. Penemuan awal tragedi itu mengindikasikan bahwa jatuhnya helikopter disebabkan kesalahan manusia (human error).
“Biasanya, aksi militer bisa menunjukkan cacat-cacat tertentu pada perangkat dan senjata militer yang tak bisa terdeteksi pada masa damai, dalam uji coba lapangan atau simulator, atau di area pengetesan. Mereka muncul hanya dalam aksi militer,” terang narasumber dari industri pertahanan pada Gazeta.ru.
Rudal jelajah yang diluncurkan dari laut Kalibr-NK dan rudal jelajah X-101 yang diluncurkan oleh pesawat pengebom strategis Tu-160 adalah senjata-senjata Rusia tipe terbaru yang memamerkan aksinya di Suriah.
Setelah peluncuran, CNN, mengutip dua narasumber anonim dari Pentagon, melaporkan bahwa beberapa rudal jelajah yang diluncurkan pada 7 Oktober dari kapal perang Rusia di Kaspia menuju target di Suriah gagal mencapai target dan jatuh ke wilayah Iran.
Menurut stasiun televisi tersebut, setidaknya empat dari 26 misil yang diluncurkan jatuh di Iran, tapi tak ada laporan kerusakan atau korban jiwa dari lokasi kejadian. Pihak Kementerian Pertahanan Rusia menyanggah pernyataan tersebut dalam halaman resmi Facebook mereka.
Menurut Shoigu, pesanan negara untuk pasokan perangkat dan senjata militer telah terpenuhi sebanyak 62 persen, sementara permintaan perawatan telah terealisasi sebanyak hampir 50 persen.
“Hal ini menunjukkan kepuasan terhadap perusahaan industri pertahanan dan efektivitas dari langkah-langkah yang diambil kementerian,” terang Shoigu.
Sejumlah perangkat dan persenjataan militer dipasok untuk Angkatan Bersenjata Rusia menjelang Tahun Baru. Hal ini berlaku terutama untuk kapal bagi Angkatan Laut Rusia.
Sesuai aturan, mereka ditempatkan tepat pada 31 Desember, terang Wakil Kepala Pusat Analisis Strategi dan Teknologi Konstantin Makiyenko pada Gazeta.ru.
“Secara keseluruhan, jumlah target yang telah terpenuhi tidak buruk sama sekali. Dan kita bisa mengharapkan bahwa meski dilanda sanksi, target pertahanan pemerintah untuk 2016 dapat terpenuhi sekitar 85 - 90 persen,” kata Makiyenko meyakini.
0 comments:
Post a Comment