Wednesday 26 October 2016

TNI AU Bidik Pesawat C-27J Spartan Untuk Gantikan C-212 Aviocar


Seiring meningkatnya tuntutan tugas, khususnya dalam pelaksanaan operasi dukungan udara (Ops Dukud), baik untuk misi operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP), TNI AU perlu dukungan kesiapan pesawat terbang yang tinggi. Penguatan Alusista merupakan salah satu rencana startegi TNI AU untuk mendukung negara Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Kepala staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriyatna mengatakan bahwa dengan kekuatan darat dan laut sebesar apapun, tidak mungkin gagasan Indonesia sebagai poros maritim dunia akan terwujud tanpa dibantu kekuatan udara yang handal. Untuk itu maka penentuan Alutsista TNI AU harus mengedepankan kemampuan yang handal sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas Angkatan Udara.
Salah satu fokus TNI AU dalam hal perkuatan Alutsistanya adalah penggantian pesawat C-212 Aviocar yang sudah dioperasionalkan Skadron udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh Malang selama 35 tahun. Misi Ops Dukud, khususnya yang dilaksanakan Skadron Udara 4 Lanud Abdulrakhman Saleh, Malang, seperti operasi dukungan udara, Operasi SAR terbatas, mendukung sekolah Navigator dan kursus pengenalan terbang pesawat angkut (KPTPA), saat ini menjadi tidak optimal, mengingat kesiapan pesawat C-212 Cassa Aviocar terus menurun. Keterbatasan suku cadang dan makin banyaknya spare part C-212 Aviocar yang sudah absolete, menjadikan tugas Skadron udara 4 makin berat, sehingga diperlukan pesawat pengganti yang berperformanya lebih tinggi.

Dari hasil kajian TNI AU terhadap tiga pesawat yaitu pesawat C-27 Spartan buatan Alenia Aeronautica Italia, pesawat CN-235 buatan PT DI serta pesawat CN-295 buatan Airbus Military Spanyol yang dikerjasamakan dengan PT DI. TNI AU menjatuhkan pilihan kepada pesawat C-27 J Spartan, Pesawat buatan Alenia Aeronautica Italia ini memliki performa yang sesuai dengan operational requirement (Opsreq) pesawat TNI AU, khususnya untuk misi Ops Dukud pesawat angkut sedang.





Pesawat ini mampu take off landing di unprepared surface dan di landasan pacu yang relatif pendek, dengan tetap berkemampuan membawa maximum load yang besar. Kemampuan ini cocok dengan kebutuhan misi TNI AU saat ini, dimana tugas-tugas Skadron Udara 4 sering ditujukan untuk misi pergeseran personel dan logistik ke daerah-daerah yang tidak memiliki tempat pendaratan pesawat dengan kontur yang khusus yang tidak mungkin didarati pesawat angkut berbadan lebar.

Rencana penggantian pesawat C-212 Cassa Aviocar TNI AU sudah melalui proses pengkajian oleh tim TNI AU, dan saat ini sedang dalam proses pengusulan ke Mabes TNI untuk selanjutnya akan dibahas dalam tim kecil di Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan Pemerintah. Pilihan pengganti C-212 Cassa Aviocar jatuh kepada pesawat buatan Italia C-27 J Spartan bukan berarti TNI AU tidak cinta produk dalam negeri. 

Sebenanya sudah sejak 2015 lalu TNI AU berharap kepada PT DI dapat memenuhi kebutuhan pesawat angkut sedang yang mampu menjawab tuntutan tugas Skadron Udara 4, tetapi dalam perkembangannya kurang mendapat respon yang proporsional dari industri pesawat terbang dalam negeri. Padahal TNI AU perlu segera mendapat pengganti C-212 Cassa Aviocar karena tuntutan tugas yang demikian tinggi, maka pilihan pun jatuh kepada produk Italia.

0 comments:

Post a Comment