Seorang jendral militer China mengecam Singapura atas dukungannya kepada Filipina terkait sengketa di Laut China Selatan (LCS). Ia pun mengatakan Beijing harus menjatuhkan sanksi kepada Singapura sebagai bentuk ketidakpuasannya.
Mayjen Jin Yinan mengatakan Singapura telah membangun ketegangan di Asia Tenggara yang merusak kepentingan nasional China. Menurut Jin, dengan mengayuh isu sengketa teritorial, Singapura sengaja memicu kebuntuan antara China dan Amerika Serikat di wilayah tersebut.
"Kami memahami bahwa Singapura harus bertahan hidup di antara negara-negara besar. Tapi sekarang Singapura tidak mencari keseimbangan antara negara-negara besar itu tetapi bermain untuk membuat negara-negara besar berlawanan satu sama lain. Ini sama saja dengan bermain api," kata Jin seperti dikutip dari Sputniknews, Minggu (2/10/2016).
Jin melanjutkan, Singapura telah mendorong isu Laut Cina Selatan untuk waktu yang cukup lama. Tahun lalu, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menghabiskan satu jam di KTT Keamanan Asia untuk menyampaikan pidato menekankan masalah. "Ada begitu banyak topik tentang keamanan Asia, termasuk pengembangan yang tidak seimbang, polusi, lingkungan, iklim, terorisme, masalah ras. Tapi semua masalah itu diabaikan dan fokus hanya pada sengketa Laut Cina Selatan China," kata Jin.
Jin lantas menekankan bahwa langkah terbaru Singapura mengenai isu-isu sengketa harus disikapi serius oleh Beijing dan Singapura harus "membayar harga" yang serius karena merusak kepentingan China.
"Sejak Singapura pergi sejauh ini, kita harus melakukan sesuatu, baik itu pembalasan atau sanksi. Kita harus mengungkapkan ketidakpuasan kami. Itu tak terelakkan bagi China untuk menyerang kembali di Singapura, dan bukan hanya di depan opini publik," tukasnya.
Pernyataan ini datang setelah utusan Singapura murka karena Venezuela, tuan rumah Gerakan Non Blok (GNB), menolak memasukkan isu Laut China Selatan seperti dilaporan media China Global Times. Namun, laporan itu dibantah Duta Besar Singapura Stanley Loh.
0 comments:
Post a Comment