Monday 20 March 2017

STTAL Kenalkan Prototipe Senjata Berbasis Android


Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) genap berusia 51 tahun pada Rabu, 15 Maret 2017. Perayaan hari jadi itu terasa istimewa karena ada uji coba prototipe senjata baru berbasis Android.

HARI ulang tahun Rabu itu diawali dengan upacara yang diikuti seluruh civitas academica di Lapangan Mako STTAL. Upacara yang dimulai pukul 08.00 tersebut dipimpin langsung oleh Komandan STTAL Laksamana Pertama (Laksma) TNI Siswo Hadi Sumantri. Dalam amanatnya, Laksma Siswo menyampaikan visi dan misi utama STTAL pada usia ke-51. Yakni, menjadi perguruan tinggi riset berkelas dunia.

Keinginan itu tak lepas dari cita-cita TNI-AL secara nasional untuk menuju world class navy. ’’Karena TNI sedang bergerak menuju navy kelas dunia, kami yang berada di bidang peningkatan SDM juga harus berkelas dunia,’’ jelas Laksma Siswo. Dia juga menyatakan, STTAL akan dikembangkan menjadi kampus riset untuk memenuhi kebutuhan angkatan laut Indonesia sebagai poros maritim internasional.

Sebagai kampus riset kelas dunia, institusi pendidikan tersebut tak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan SDM, tapi juga pengembangan teknologi. STTAL optimistis dapat membawa kemajuan TNI-AL. Sebab, mereka cukup berpengalaman mencetak sumber daya manusia serta alat utama sistem senjata (alutsista).

Salah satu wujud nyatanya adalah teknologi terbaru yang tengah dikembangkan STTAL. Yakni, senapan berbasis Android. Setelah upacara dan acara ramah-tamah kemarin, Laksma Siswo dan jajarannya menguji coba senapan yang telah dimodifikasi tersebut. Senapan yang dijuluki gun controller berbasis Android itu merupakan tugas akhir salah satu lulusan STTAL, yakni Kapten Laut (P) Marsono Panjaitan. Senapan tersebut didemonstrasikan langsung oleh dosen pembimbingnya, Letkol Laut (E) Suprayitno.

Suprayitno menjelaskan, ide tersebut belum pernah ada di kalangan akademisi STTAL. Karena itu, ide senjata tanpa awak tersebut disambut baik oleh tim pengajar dan pengembang teknologi. Selama ini, penggunaan senapan secara langsung sering membahayakan prajurit. ’’Dengan teknologi ini, risiko kematian prajurit bisa berkurang,’’ kata Suprayitno.

Selain itu, senapan tanpa penembak langsung tersebut bisa meningkatkan efisiensi di medan pertempuran. Jika biasanya penembak hanya bisa melepaskan tembakan sekali, kemudian harus berpindah posisi untuk menghindari serangan musuh, senapan berbasis Android itu bisa melepaskan tembakan berkali-kali tanpa berpindah posisi. ’’Kalaupun diserang, yang kena hanya senjatanya, prajuritnya aman,’’ ungkapnya.

Prototipe tersebut bisa dioperasikan dengan aplikasi yang dikembangkan sendiri oleh mahasiswa. Diperlukan dua ponsel untuk mengoperasikan senapan itu. Satu sebagai peninjau dan dipasangkan tepat di balik periskop senapan, satu lagi sebagai controller. Kedua ponsel disambungkan melalui bluetooth dan wifi. Saat ini, alat tersebut masih menggunakan senapan angin demi keamanan. Jarak controller dengan peninjau pun masih sebatas 20 meter. ’’Kalau sudah dikembangkan, bisa dipakai senapan jenis AK-47 atau M-16,’’ ucap Ketua Prodi Manajemen Industri STTAL Letkol Laut (E) Sunarta.


Wakil Komandan STTAL Kolonel Laut (E) I Nengah Putra menjelaskan, masih banyak komponen prototipe tersebut yang harus disempurnakan. ’’Tentu saja ini belum bisa digunakan langsung,’’ ujarnya. Sebab, waktu pengerjaannya hanya 6 bulan. Juga, komponen-komponen yang digunakan belum berkualitas tinggi. Namun, dia menegaskan, konsep pemikiran senjata tersebut perlu diapresiasi. Apalagi, senjata semacam itu bersifat multifungsi. Tak hanya bisa dipakai angkatan laut, tapi juga angkatan darat dan udara.

0 comments:

Post a Comment