Angkatan
Laut Amerika Serikat berusaha untuk menggunakan amunisi artileri dipandu
Excalibur yang dibangun Raytheon untuk menggantikan Long Range Land Attack
Projectile yang sedianya akan digunakan di kapal perusak Kelas Zumwalt. Meski
efektif, namun harganya terlalu mahal. Keputusan untuk mengganti proyektil 155mm Zumwalts
terlihat dari pengajuan anggaran Angkatan Laut Tahun 2018.
Angkatan
Laut terus memonitor kemampuan dan kapasitas industry meriam dan amunisi. Untuk
mengatasi ancaman yang terus berkembang dan persyaratan misi, Angkatan Laut
sedang mengevaluasi solusi industri proyektil (termasuk proyektil konvensional
dan hipersonik) yang juga dapat digunakan DDG 1000 dan berpotensi digunakan
sebagai alternatif untuk LRLAP bagi DDG 1000, ” kata Juru Bicara Angkatan Laut
Amerika Kapten Thurraya Kent mengatakan kepada USNI News, dalam sebuah
pernyataan tertulis Senin 12 Desember 2016.
Sementara
proyektil dipandu hipersonik sedang dikembangkan untuk program railgun Angkatan
Laut dan sedang diusulkan untuk senjata dek Angkatan Laut. Pengembangan
diperlukan untuk menggunakan HVPS yang telah dalam pelayanan selama 10 sampai
15 tahun.
Excalibur
adalah amunisi yang saat ini telah diproduksi. Proyektil dipandu GPS ini
dikembangkan oleh Raytheon dan BAE-Systems Bofors. Amunisi ini memang hanya
memiliki setengah kisaran terbang LRLAP sejauh 60 mil tetapi harganya seperempat lebih
murah dibanding LRLAP yang untuk sekali tembak dibutuhkan biaya US$1 juta atau
sekitar Rp13 miliar (ada yang menyebut harganya US$800 ribu atau sekitar Rp10
miliar).
Meskipun
LRLAP terbukti baik dalam pengujian, tetapi US Navy menolak harga yang
gila-gilaan mahal itu. Untuk tiga kapal di kelas ini, mereka berencana membeli
2.000 amunisi. Biaya untuk 2.000 LRLAP akan setara dengan harga satu Destroyer
Kelas Arleigh Burke yakni US$1,8-2 miliar.
Pertanyaannya
adalah seberapa besar modifikasi yang harus dilalukan pada AGS untuk bisa
menembakkan Excalibur.
“Ini barel
unik untuk amunisi. Ini adalah putaran enam inci yang dirancang dengan liku
untuk memungkinkan LRLAP untuk terbang keluar dari laras itu. Sudah ada
beberapa penelitian selama tahun itu bahwa Anda bisa menembakkan amunisi lain
tetapi Anda harus melakukan modifikasi sistem,” kata manajer program DDG-1000
Rear Adm. Jim Downey kepada USNI News Mei lalu.
0 comments:
Post a Comment