Memanasnya konstelasi perebutan wilayah di Laut Cina Selatan yang terjadi antara China dengan beberapa negara di wilayah Asia Tenggara terus terjadi. Indonesia yang memiliki beberapa bagian wilayah laut di kawasan tersebut pun mulai mengantisipasinya dengan membangun pangkalan militer di Pulau Natuna.
Pembangunan pangkalan militer tersebut dilakukan sebagai langkah tegas Indonesia untuk menjaga perbatasan wilayahnya dari ancaman pemerintah asing. “Itu kan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, kita bangun di sana pangkalan pesawat, kapal dan angkatan darat. Saat ini sedang dalam proses,” ujar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo usai mengisi orasi ilmiah dalam Sidang Senat terbuka Dies Natalis Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) ke-53 di Grha Widyatama Purwokerto, Senin (26/9/2016).
Dia menyebut, saat ini sudah mengerahkan kekuatan untuk membangun pangkalan militer di wilayah tersebut. Menurut Gatot, dibutuhkan waktu maksimal tiga tahun untuk merampungkan pembangunan pangkalan militer di Pulau Natuna.
“Pengerahan kekuatan (militer) sedang kita bangun di sana, secara ideal (pangkalan militer) bisa dirampungkan dua hingga tiga tahun,” ucapnya Kepulauan Natuna selama ini dikenal sebagai kawasan strategis di Laut China Selatan. Kabupaten yang berada di Provinsi Kepulauan Riau tersebut berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Kamboja di bagian utara. Sedangkan, sebelah timur berbatasan dengan Singapura, Malaysia dan Riau. Untuk wilayah barat, berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Kepulauan Natuna sendiri terletak di jalur pelayaran internasional Hong Kong, Jepang, Korea dan Taiwan.
Kabupaten tersebut dikenal dengan potensi energi fosil yang cukup besar, yakni minyak bumi dan gas. Cadangan minyak bumi Pulau Natuna diperkirakan mencapai 1,4 juta barel, sedangkan gas bumi mencapai 112 juta barel.
0 comments:
Post a Comment