Friday, 30 September 2016

Penerbang Angkatan Darat Indonesia Menuai Manfaat Dari Penugasan Mi-17V5 Dalam Misi PBB Di Afrika


Tentara Indonesia sedang belajar ilmu yang berharga dari penyebaran detasemen helikopter-nya ke Mali.
Indonesian Medium Utility Helicopter Unit (INDO MUHU) mendarat di Timbuktu pada bulan September 2015. Tiga unit Mi-17V5 kemudian dirakit di Bamako oleh tim gabungan dari mekanik INDO MUHU dan kontraktor Vietnam yang selanjutnya melakukan pengujian dengan diterbangkan ke Timbuktu pada 12 Oktober 2015.

Seminggu kemudian, INDO MUHU mengoperasikan heli untuk yang pertama kalinya di Mali yaitu melaksanakan evakuasi medis dari Kidal ke Gao.
“Misi INDO MUHU adalah memberikan dukungan logistik udara dan tugas operasional untuk MINUSMA (UN Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali),” jelas commanding officer, Letnan Kolonel Zulfirman Caniago.

Di bawah perintahnya ada 140 pria dan wanita dari INDO MUHU, yang berasal dari berbagai unit Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad), termasuk Skuadron 11, 12 dan 31 yang bertugas selama 12 bulan di Mali. Unit ini terdiri dari 12 pilot, enam insinyur penerbangan, 18 mekanik, empat spesialis avionik dan tiga awak pesawat kargo. Tugas unit logistik meliputi transportasi pasukan, insertion and extraction pasukan darat, patroli udara, CSAR berkoordinasi dengan unit lain MINUSMA, SAR, casevac / medevac, pengawasan daerah dan pengintaian serta pengamatan.

Unit yang diperlukan oleh MINUSMA memiliki dua pesawat dalam layanan pada waktu tertentu dan dapat memberikan dukungan maksimum 135 jam terbang per bulan. Armada INDO MUHU saat ini terdiri tiga unit Mi-17V5 berasal dari Skuadron 31 Pusat Penerbangan Angkatan Darat Indonesia, yang berbasis di Semarang, Jawa Tengah, yang keseluruhan memiliki 11 heli terbang Mi-17V5 serta lima helikopter serang Mi-35P Hind. 

Mi-17V5 yang dikerahkan ke Mali telah menerima sejumlah modifikasi tertentu untuk misi dan peralatan, termasuk armor plating, lampu sorot Spectrolab Nightsun, a single hydraulic winch dan menara FLIR. Karena ancaman teroris di Mali, semua helikopter INDO MUHU yang beroperasi dipasangi dengan sepasang senapan mesin ringan FN MAG 58 7,62 mm di kargo dan menembak melalui jendela samping heli. 

Sejak awal penyebaran unit ini telah menghadapi sejumlah tantangan terbang dan pemeliharaan.
Lingkungan Mali yang keras, dengan debu yang melimpah dan suhu yang tinggi, menyebabkan komponen heli lebih cepat aus daripada di Indonesia, sementara hanya ada satu hangar yang tersedia, yang hanya dapat menampung satu Mi-17 dan biasanya disediakan untuk melayani tugas. Debu yang selalu hadir merupakan bahaya yang paling signifikan untuk komponen heli dan untuk mengurangi dampaknya, turbin Mi-17 selalu dibersihkan dengan udara terkompresi setelah selesai melaksanakan sortie, sesuatu yang biasanya hanya dilakukan setiap minggu di Indonesia .

Kondisi terbang di Mali keras dan tak kenal ampun. Pilot Indonesia menjelaskan, tantangan utama adalah suhu, yang menurunkan useful load Mi-17 ini, cuaca (terutama di musim hujan) yang dapat berubah sangat cepat dan debu yang terdapat di mana-mana juga menghambat visibilitas.
Tabrakan dengan burung adalah bahaya besar lain dan memang pernah terjadi, pada tanggal 17 Agustus, sebuah Mi-17 Indonesia kembali ke Timbuktu setelah terjadi tabrakan di udara, untungnya, dampak dari burung yang menabrak hidung tidak menyebabkan kerusakan pada heli.

Ancaman penembakan senjata kecil dari luar mengharuskan penerbangan paling banyak dilakukan pada ketinggian 2.500-3.500 kaki. Ketinggian tersebut juga lebih cocok untuk recce duties karena memungkinkan gambaran yang lebih baik dari daerah yang dipantau.
Sesuai dengan ketentuan dalam LOA yang ditandatangani antara PBB dan Indonesia, penyebaran INDO MUHU ini dijadwalkan berakhir pada 14 Oktober 2016. Namun, Caniago menjelaskan kepada Shephard pada pertengahan September, bahwa hal tersebut belum dikonfirmasi dan saat ini tidak ada kepastian kapan unit ini akan menyelesaikan misinya.

0 comments:

Post a Comment