Wednesday 25 January 2017

Jerman Siapkan Rp 6,5 Triliun Untuk Beli Sistem Pertahanan Udara Baru


Jerman dikabarkan di ambang pintu untuk memutuskan mengganti sistem pertahanan udara jarak pendek. Jika disetujui, tindakan ini akan menjadi awal dari program pengadaan senjata senilai sekitar US$490 juta atau sekitar Rp6,5 triliun selama 5-10 tahun ke depan dengan kemunginan akan ada tambahan di tahap berikutnya untuk memasukkan radar baru dan laser.

Berlin dilaporkan melirik sistem pertahanan udara yang dibangun produsen senjata Diehl Defense Jerman yang dikembangkan untuk Swedia.

Sistem ini dilengkapi dengan dual-cab tracked vehicle dan dibangun bersama BAE System di atas Kendaraan Hagglunds AB, dan varian dari rudal IRIS-T. Jerman telah menggunakan IRIS-T pada jet tempur Eurofighter Typhoon dan perubahan software memungkinkan rudal beradaptasi untuk peluncuran darat.

Tahun lalu para pejabat militer dari Jerman dan Amerika Serikat mengakui bahwa Eropa sedang mengalami kesenjangan senjata pertahanan udara jarak pendek atau short-range air defense (SHORAD), termasuk ketidakmampuan untuk mempertahankan diri dari drone.

Setelah pertemuan, Kepala akuisisi Angkatan Darat Katrina McFarland mengatakan kepada Defense News bahwa situasi tidak buruk tetapi harus diambil langkah untuk membuat kemajuan pesat.

“Kita lebih baik dari yang kita pikirkan dan sehingga kita memiliki setidaknya kemungkinan bergerak sangat cepat,“ katanya,

”Dan di mana kita memiliki kesenjangan, kita sudah mulai menyediakan solusi teknologi baik secara internasional maupun organik ke Amerika Serikat.”

Dalam kertas putih yang disusun pada tahun 2016, Berlin membuat pertahanan rudal menjadi prioritas utama, berkolaborasi dengan pasukan Belanda untuk lebih mengatur rudal dan sistem pertahanan udara NATO. Fokus ini semakin tinggi setelah tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk meningkatkan pengeluaran militer.

Saat ini, Jerman berencana untuk membeli 16 unit peralatan baru untuk rudal jarak pendek. Sebuah alternatif selain Diehl adalah sistem yang dibangun oleh produsen senjata yang berbasis di AS, Raytheon yang disebut Network Centric Air Defence System.


Menurut Raytheon, senjata ini telah dijual ke Spanyol, Belanda, Norwegia, Finlandia, Oman dan Amerika Serikat, dan merupakan hasil dari upaya kolaboratif dengan Kongsberg Gruppen dari Norwegia. Slovakia dan Belgia juga dilaporkan mencari untuk memperluas kemampuan rudal jarak pendek mereka.

0 comments:

Post a Comment