Thursday 23 February 2017

Alasan Kenapa Pesawat PM Israel Tak Berani Masuk Wilayah Indonesia


Pesawat yang ditumpangi oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus memutar saat hendak terbang dari Singapura ke Sydney, Australia pada 21 Februari lalu. Pesawat milik maskapai El Al ini terpaksa  terbang memutar dari Singapura melewati Philipina- Kepulauan Palau- Papua Nugini dan kemudian baru ke Sydney. Total pesawat harus terbang 11 jam 3 menit dan menempuh perjalanan sepanjang 5.887 mil.

Pesawat harus terbang memutar karena tidak bisa masuk ke wilayah udara Indonesia. Hal ini terkait tidak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel, sehingga pesawat tidak mendapat ijin dari otoritas penerbangan Indonesia. Seperti diketahui, untuk penerbangan internasional yang masuk suatu negara, harus mendapatkan tiga ijin. Yaitu Security Clearance dari Mabes TNI, Diplomatic Clearance dari Kementerian Luar Negeri dan Flight Approval dari Kementerian Perhubungan. Dengan tidak adanya hubungan diplomatik, tentu saja ijin-ijin tersebut tidak dapat diperoleh.

Mengutip dari Washington Post dan Independent, sebenarnya jika mendapat izin dari Indonesia, Netanyahu cukup terbang selama 7 jam 38 menit dengan jarak 4.141 mil. Yaitu dari Singapura langsung melewati atas Jakarta dan menuju Sydney.

Dan tampaknya pemimpin pemerintahan tertinggi Israel tersebut tidak mau mengambil resiko untuk menerobos ruang udara Indonesia. Hal ini karena Indonesia terkenal tegas dalam menjaga kedaulatan wilayahnya, baik darat, laut maupun udara. Banyak pesawat-pesawat sipil dan militer negara lain yang melintas tanpa izin langsung dihalau atau diturunkan paksa oleh pesawat-pesawat TNI AU.

Koordinasi Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) AirNav Indonesia dan TNI AU memang telah terjalin dengan baik. Kombinasi radar militer Kohanudnas dan radar sipil serta ADSB milik AirNav sudah terbukti berkali-bali mampu melacak pesawat-pesawat tanpa izin yang melanggar kedaulatan wilayah udara Indonesia.


Netanyahu sendiri ke Australia dalam rangka kunjungan kenegaraan, mengunjungi Perdana Menteri Australia, Malcolm Trunbull.

0 comments:

Post a Comment