Thursday 23 February 2017

Inilah Solusi AS untuk Melawan Rudal Pembunuh Kapal Induk China


Angkatan Laut AS telah memberi nama pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) berbasis kapal induk mereka sebagai MQ-25A Stingray.

Angkatan Laut telah mengejar drone berbasis kapal induk sejak tahun 2006. Platform awalnya dikembangkan sebagai bomber siluman jarak jauh, sebagai pesawat pengawasan dan serangan, dan akhirnya sebagai tanker terbang.

Meskipun tidak memiliki kemampuan tempur, UAV pengisian bahan bakar ini menjadi terobosan tersendiri karena memiliki tanker berbasis kapal induk akan menyediakan Angkatan Laut solusi untuk salah satu masalah yang paling mendesak yakni melawan anti access dan area denial (A2/AD).

China dan Rusia telah mengembangkan platform yang mampu mengunci pasukan AS jauh dari lokasi-lokasi penting di daerah masing-masing, tapi Stingray dapat meningkatkan kemampuan terbang pesawat berbasis kapal induk tanpa batas waktu, yang memungkinkan mereka untuk menyerang gelembung A2/AD musuh.

Sebagai misal China memiliki rudal balistik pembunuh kapal induk yang dikenal sebagai DF-21D. Rudal ini memiliki jangkauan sekitar 810 mil yang memaksa kapal induk AS tidak bisa berada dalam rentang di bawah itu.

Semenara rentang terpanjang pesawat berbasis kapal induk AS hanya sekitar 550 mil. Jelas ini menjadi masalah karena AS mengoperasikan pesawat berbasis kapal induk jauh dari kemampuan terbangnya.

Stingray, setelah diintegrasikan ke dalam armada operator, akan memperluas jangkauan pesawat berbasis kapal induk AS seperti F/A-18 yang memungkinkan mereka untuk secara efektif beroperasi dari jarak yang aman. Setelah diterjunkan  Angkatan Laut akan meningkatkan peran Stingray.


MQ-25A dikembangkan dari X-47B Unmanned Combat System Demonstrator (UCAS-D). Drone ini pertama kali diluncurkan dari kapal induk USS Theodore Roosevelt pada tahun 2013.

“Kami mungkin akan menjatuhkan beberapa spesifikasi high-end dan mencoba untuk meningkatkan survivability (nanti),” kata Wakil Adm. Joseph Mulloy, wakil kepala operasi angkatan laut untuk kemampuan integrasi dan sumber daya, kepada US Naval Institute’s news service dan dikutip Business Insider.

“Itu (Stingray) harus menjadi lebih dari sekadar pengisian bahan bakar, dia harus bisa misi ISR (Intelligence, surveillance and reconnaissance) senjata dan setelah ini kami fokus pada kemampuannya untuk menjadi truk bom terbang.”

Naval Institute melaporkan bahwa permintaan untuk proposal untuk membangun Stingray akan dikeluarkan tahun ini, dan layanan berharap membawa Stingray ke lapangan pada tahun 2020.


0 comments:

Post a Comment