Tuesday 21 February 2017

Pesawat Ini Ternyata Sering Melintasi Indonesia Tanpa Terdeteksi


U-2 Dragon Lady dikembangkan oleh Lockheed atas permintaan CIA (Central Intelligence Agency) untuk melakukan pengintaian dan pemotretan di atas wilayah Uni Soviet.

Desain fuselage ramping, namun bentang sayapnya sangat panjang agar mampu melayang pada ketinggian ekstrim nyaris 20 km di atas permukaan bumi. Pada saat didesain, pencegat terbaik Uni Soviet seperti MiG-17 hanya bisa terbang setinggi 14 km.

Divisi khusus Lockheed yang bernama Skunk Works di bawah pimpinan Clarence “Kelly” Johnson mengerjakan proyek ini dengan membuat purwarupa CL-282. Desain tubuhnya diambil dari F-104 Starfighter yang dimodifikasi.

U-2 ditenagai dengan mesin GE J73. Bentang sayap yang mencapai 31m membuatnya mampu melayang seperti glider dengan efisiensi tinggi pada ketinggian optimal. Desain ini memampukannya terbang jauh hingga 10.000 km tanpa mengisi bahan bakar.

U-2 harus diterbangkan dengan hati-hati dengan terus mengamati indikator karena rentang kecepatan optimal dan stall speed U-2 hanya 10 knot. Akibatnya, pilot harus konstan menjaga batas atas kecepatannya.

U-2 juga sangat sukar dikendalikan pada saat mendarat. Bentang sayapnya yang lebar memberikan gaya angkat yang membuatnya susah menyentuh bumi.

Kamera pada U-2 disediakan oleh James Baker yang membuat Oblique camera. Kamera itu didesain khusus sehingga U-2 dapat menangkap imaji dari arah samping, tanpa perlu melintas langsung di atas objek yang hendak diintai.

Kamera ini bisa menangkap objek sepanjang 1 meter dari jarak 18 km. Jadi terbayang seberapa hebatnya sistem yang terpasang pada U-2.

Sempat ada pemberitaan tentang U-2 yang sempat mengintai di atas Indonesia sebagai bahan analisa data untuk menekan Belanda dalam perundingan New York saat memperebutkan Irian.

Pada kenyataannya, berdasarkan dokumen-dokumen CIA yang dirilis ke publik lewat Freedom of Information Act (FOIA), sang naga hitam itu rupanya sangat sering terbang di atas Indonesia!

Tidak percaya? Dalam laporannya kepada Direktur CIA tertanggal 25 Juli 1962, Deputi Direktur Riset CIA melaporkan bahwa U-2 dalam proyek khusus berkode IDEALIST sudah menjalankan 29 sorti (beberapa laporan lain menyebutkan 30, dan ada yang 31 sorti) di atas Indonesia.

Operasi ini digelar antara 29 Maret sampai 7 Juni 1958, atau hanya tiga tahun sesudah penerbangan perdana dan satu tahun setelah U-2 dinyatakan masuk ke dalam jajaran aktif AU AS dan CIA.

U-2 terbang di atas wilayah Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua. Objek yang difoto meliputi instalasi militer, pelabuhan, rel kereta api, depot logistik, jalan raya, dan pangkalan udara.


Para pilot U-2 yang menjalankan misi di atas Indonesia melaporkan bahwa tantangan operasi di wilayah Indonesia sangat besar. Tantangan datang bukan dari sistem pertahanan AURI saat itu, tetapi justru dari cuaca.

Kondisi kelembaban tinggi menyebabkan penerbangan U-2 menimbulkan jejak uap air atau contrail. Pada ketinggian di bawah 60.000 kaki, contrail sudah pasti akan terbentuk, meninggalkan jejak seperti asap yang bisa terlihat dengan mudah dari bawah.

Hal ini menyebabkan pilot harus membawa U-2 lebih tinggi untuk mencegah jangan sampai kepergok dari bawah.

Selain itu, kondisi cuaca Indonesia yang seringkali berawan menyebabkan hasil foto tidak optimal. Hingga 50% foto yang berhasil dikembangkan terhalang oleh awan.

Berdasarkan pengalaman, bulan Agustus dan September dianggap sebagai bulan yang terbaik untuk menjalankan sorti penerbangan karena kumpulan awan relatif rendah sehingga sasaran mudah sekali terlihat dari atas.

Aktivitas U-2 meningkat pada 1963 ketika Indonesia mulai mengoperasikan pesawat-pesawat dan sistem senjata lain hasil pembelian dari Uni Soviet.

Amerika Serikat memandang bahwa pembangunan militer dan kedatangan penasihat militer Soviet dianggap mengancam keberadaan Australia dan pangkalan AS di Filipina. Oleh karena itu, CIA diminta menerbangkan kembali U-2 di atas Indonesia karena hasil pengintaian satelit mata-mata KH-11 Keyhole dianggap kurang memadai.

Pengintaian atas Indonesia dilakukan U-2 yang diterbangkan secara feri dari Edwards Air Force Base di AS, beserta dukungan dari pesawat tanker KC-135. Perlengkapan dan awaknya diterbangkan langsung ke pangkalan aju yang dirahasiakan untuk mempersiapkan kedatangan U-2.

CIA tidak pernah membuka lokasi pangkalan aju ini, tetapi diduga ada di Filipina karena memudahkan CIA untuk melakukan penerbangan di Indonesia dan Vietnam sekaligus, yang saat itu juga tengah menghangat.

Hasil pemotretan U-2 dan satelit KH-11 Keyhole atas seluruh instalasi militer Indonesia boleh dikatakan lengkap. Pangkalan Udara Polonia di Medan yang digunakan sebagai staging base untuk operasi konfrontasi Dwikora, Kalijati di Subang, Bogor, Halim, dan Kemayoran di Jakarta yang diisi MiG-17 dan 21 diabadikan dengan jelas oleh kamera yang dibawa U-2.

Iswahyudi Madiun yang merupakan sarang Tu-16 Badger dan pangkalan udara Juanda serta Waru di Jawa Timur yang digunakan sebagai pangkalan pesawat pembom Il-28 Beagle juga tak luput dari pengintaian U-2.

Tidak hanya itu, U-2 juga berhasil memotret seluruh situs rudal S-75/SA-2 Guideline yang mempertahankan Jakarta. Foto tempat pelatihan awak SA-2 AURI di Bandung pun juga dikoleksi lengkap.

Hasil pemotretannya sangat detil. Boleh dikatakan bahwa Indonesia seperti ditelanjangi walau sudah dilengkapi dan dipersenjatai dengan alutsista Blok Timur terbaik saat itu.

Tidak hanya mengidentifikasi jumlah peluncur, bahkan titik penempatan radar dan kendaraan pendukungnya pun bisa diidentifikasikan. AS memang sangat menaruh perhatian pada SA-2 yang saat itu hanya digunakan oleh Mesir dan Indonesia di luar Uni Soviet.


0 comments:

Post a Comment