Diplomat AS dan Israel
mengumumkan paket bantuan militer terbesar sepanjang sejarah yang pernah
diberikan AS kepada negara lain yaitu ke Israel senilai 38 Milyar US Dollar.
Pengumuman ini di keluarkan pada 14 September 2016 dimana bantuan tersebut akan
dicairkan selama periode 10 tahun dalam bentuk dana serta alutsista militer
termasuk pesawat tempur baru F-35 dan F-15D eks- AU Amerika Serikat.
Perjanjian tersebut akan mulai
berlaku sejak 1 Oktober 2018 dengan alokasi 33 milyar dollar untuk pendanaan
militer dan 5 milyar dollar untuk pengembangan pertahanan rudal Israel.
Penasihat kemanan nasional AS,
Susan Rice memasukan penambahan pesawat F-15 kedalam jajaran alutsista yang
akan diberikan untuk Israel dalam paket bantuan 10 tahun tersebut.
Menurutnya tambahan dana ini
memungkinkan Israel menambah kekuatan tempur angkatan udara mereka termasuk
tambahan pembelian F-35 dan F-15. Israel sendiri berencana untuk
membangun armada tempur F-35i Adir (Varian F-35 khusus dengan tambahan sistem
elektronik buatan Israel) hingga 75 unit.
Saat ini Israel sedang menunggu
pengiriman pertama pesawat F-35i Adir yang rencananya akan tiba di pangkalan
udara Nevatim di bulan Desember. Dengan dimasukannya F-15D kedalam
paket bantuan militer AS, ada kemungkinan akan mempengaruhi konfigurasi jumlah
F-15 dan F-35 AU Israel.
Di tahun 2015, pejabat
kementerian pertahanan Israel meminta tambahan skuadron F-15 dari AS sebagai
'kompensasi' atas kebijakan AS yang mencabut sangsi terhadap Iran, namun sumber dari industri
militer yang dikutip situs FlighGlobal menyebutkan bahwa kecil kemungkinan
permintaan tersebut bisa dipenuhi oleh AS.
Secara garis besar, perjanjian
bantuan militer AS ini memberikan dukungan yang solid bagi program F-35 Israel.
Pemerintah AS telah menyetujui penjualan 75 unit pesawat F-35 ke Israel dengan
kontrak pertama sejumlah 33 pesawat untuk periode pengiriman hingga 2021.
Saat peluncuran unit pertama
F-35i Adir di Texas beberapa waktu lalu, Kepala Staff AU Israel, Brigjen Tal
Kelman memberikan rekomendasi pembelian tambahan 17 unit pesawat F-35A. Selain varian F-35 konvensional,
Israel juga sedang mempertimbangkan untuk memesan varian F-35B yang
berkemampuan tinggal landas jarak pendek dan pendaratan vertikal (STOVL/Short
Take-Off Vertical Landing), namun realisasinya tergantung pembelian tambahan
varian F-35A.
Sekalipun pejabat militer Israel
masih belum mengumumkan lebih lanjut apa efek perjanjian bantuan militer
terhadap rencana pembelian F-35B STOVL dan V-22 Osprey, di bulan Juli lalu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan bahwa Israel butuh
pesawat tempur berkemampuan STOVL.
MOU bantuan militer tersebut
ditandatangani penasihat keamanan nasional Israel, Jacob Nagel dan kepala
direktorat hubungan politik Kementerian Luar Negeri AS, Tom Shannon. Perjanjian ini dilakukan setelah
negosiasi yang cukup panjang antar kedua pihak karena militer AS sendiri sedang
mengalami pengetatan anggaran dari Kongres.
Dengan perjanjian ini Israel
mendapat jaminan bantuan militer dari AS dengan skema multi-years periode 10
tahun terlepas dari pengaruh intrik dan konflik politik internal maupun antar
kedua negara.
Menurut penasihat keamanan nasional AS Susan Rice, selama ini bantuan dana AS ke Israel untuk program pertahanan rudal sempat mengalami ketidakjelasan dengan pencairan bantuan yang nilainya berubah-ubah namun dengan pernjanjian ini Israel mendapat kepastian bantuan selama 10 tahun terhitung sejak Oktober 2018.
0 comments:
Post a Comment