Mantan Menteri Luar Negeri Amerika
Serikat (AS) Colin Powell mengungkap bahwa Israel memiliki 200 bom nuklir yang
semuanya ditargetkan pada Teheran, sehingga Iran tidak akan berani menggunakan
atau membuat satu pun bom nuklir. Meski demikian, Pentagon AS diam dan tidak
menjatuhkan sanksi pada Israel seperti yang dilakukan terhadap Iran dan Korea
Utara (Korut).
Pengakuan Powell itu muncul dalam dokumen e-mail-nya yang ditulis
tahun 2015. Dokumen itu bocor setelah e-mail Powell diretas hacker yang diduga berasal
dari Rusia.
Situs whistleblower DCLeaks telah mem-posting bocoran dokumen e-mail
Powell sejak hari Rabu lalu. Powell melalui juru bicaranya, Peggy Cifrino,
menegaskan bahwa e-mail yang diretas otentik atau asli.
Surat Powell ini ditulis beberapa saat setelah Perdana Menteri
Israel Benjamin Netanyahu pidato berapi-api di depan Kongres AS, di mana dia
mengecam kesepakatan nuklir Iran dan enam negara kekuatan dunia. Kesepakatan
itu dicapai bulan Juli 2015, di mana Iran bersedia mengekang program nuklirnya
dengan imbalan sanksi atau embargo terhadap Iran dicabut.
Departemen Luar Negeri AS bungkam saat dimintai konfirmasi oleh
wartawan Russia Today, Caleb Maupin, perihal pengakuan Powell, yang dilansir
semalam (16/9/2016). Pentagon melalui juru bicaranya, John Kirby, juga bungkam.
Kirby menolak menjawab apakah AS harus menjatuhkan sanksi kepada Israel seperti
yang dilakukan terhadap Iran dan Korut.
Jika AS bersikap adil, semestinya Israel juga dijatuhi sanksi
seperti Iran dan Korut karena negara Yahudi itu diduga melakukan pelanggaran.
Yakni, Israel bukan negara Non-Proliferation Treaty (NPT) nuklir (bukan
penandatangan perjanjian proliferasi nuklir).
Laporan Israel memiliki bom nuklir sebenarnya juga pernah diungkap
Federasi Ilmuwan Amerika dalam laporannya tahun 2014. Laporan itu menyebut
Israel memiliki 80 hingga 400 bom nuklir, meski penulis laporan meyakini angka
akuratnya mendekati 80 bom nuklir.
0 comments:
Post a Comment