Pergelaran Alutsista
di Negeri kepulauan ini memiliki karakter tersendiri karena memerlukan alat
transportasi laut dan udara dalam kapasitas besar
dan banyak. TNI AL punya tugas porsi besar dalam urusan geser menggeser
alutsista. Di samping bertugas menggerakkan alias menggeser sejumlah kapal
perang untuk tujuan patroli dan gugus tempur laut, TNI AL juga di beri wewenang
memindahkan Alutsista matra darat beserta prajuritnya.
Sementara untuk urusan
geser menggeser pergelaran Alutsista pasti yang lebih cepat adalah TNI AU.
Dalam hitungan jam, jet tempur atau pesawat angkut sudah berada di lokasi yang
di inginkan. Pada tahun 2017 nanti bisa di pastikan semua pengiriman jet tempur
F-16 sudah sampai di tanah air. Demikian juga jet Golden Eagle sudah di instal
radar tempur dan rudal sehingga ada tambahan kekuatan 30 jet tempur yang ready
for use.
Dengan begitu maka
jumlah kekuatan Sukhoi ada 16 unit, F-16 ada 33 unit, Golden Eagle ada 15 unit,
F-5E ada 8 unit, Hawk ada 30 unit, Super Tucano ada 15 unit. Dengan asumsi
tidak mengikutsertakan jet tempur F-5E dan pesawat coin Super Tucano maka
sebaran jet tempur masih cukup memadai untuk patroli wilayah perbatasan.
Alokasi persebaran yang paling pantas adalah menggeser 1 flight jet tempur.
Menarik untuk di perhatikan
adalah permintaan gubernur NTT baru-baru ini agar di Kupang di sediakan
penempatan sejumlah jet tempur secara permanen untuk mengawal perbatasan.
Prediksi kita secara kuantitas permintaan itu bisa di penuhi mulai tahun 2017.
Misalnya menempatkan 1 flight F-16 (4 unit) di Kupang secara permanen lewat
pola ganti shift. Jadi skuadron F-16 Madiun yang menjadi home basenya bisa
mengirim 1 flight kesana secara bergantian. Tak kalah penting mengisi Biak AFB
dengan jet tempur Golden Eagle yang juga bermarkas di Madiun. Jadi bisa di urai
dan tak menumpuk di Madiun.
Sementara skuadron
jet tempur Hawk di Pekanbaru secara rutin mengirim 3-4 jet tempurnya ke Aceh
dan bermalam di sana, bergantian sepanjang tahun. Bisa di selingi dengan F-16
yang juga bermarkas di Pekanbaru, meski kita meyakini skuadron F-16 Pekanbaru
berkonsentrasi penuh menjaga Natuna. Yang jelas di Natuna harus ada secara
permanen minimal 1 flight jet tempur minimal F-16. Demikan juga dengan Tarakan,
skuadron Supadio harus rajin mengirim sejumlah Hawk nya secara rutin, sepanjang
tahun kesana. Meski tidak harus setiap hari menggeber mesinnya, yang penting
siaga di apron Juata AFB.
Lalu bagaimana dengan
Sukhoi. Karena ini masalah patroli rutin sepanjang tahun di kawasan perbatasan,
biarlah yang menjaga jet tempur F-16, Hawk dan Golden Eagle, lebih efisien dari
semua sisi. Jadi jet tempur kelas berat Sukhoi siaga di home basenya, sesekali
melaksanakan patroli insidentil melalui pola-pola acak dan tak terduga di
berbagai kawasan perbatasan.
Bagaimana dengan
alutsista darat dan marinir yang banyak menumpuk di Jawa?. Hampir seluruh
alutsista yang baru di beli di tempatkan di batalyon-batalyon yang ada di Jawa
sehingga boleh di kata pulau Jawa jadi gudang arsenal TNI. Sangat bagus jika
ada pola teratur mengirim secara berkala Alutsista-Alutsista terkini itu ke
beberapa daerah misalnya Aceh, Medan, Batam, BalikPapan, Jayapura, Kupang.
Misalnya alutsista MLRS Astros di angkut ke Jayapura, lalu melakukan uji tembak
di sana, kemudian di pamerkan di berbagai event Nasional lalu kembali ke Jawa.
Dampaknya pasti menggetarkan.
Demikan juga
melakukan simulasi mengangkut 10-12 tank Leopard dengan kapal angkut tank
khusus ke Kalimantan lalu lakukan manuver dan uji tempur di medan Kalbar,
pamerkan kepada masyarakat di sana, biarkan selama satu dua bulan lalu angkut
lagi ke Jawa. Ini sangat mungkin di lakukan jika mengalokasikan secara permanen
melalui penempatan di batalyon kavaleri Kalimantan masih “berat hati”.
Pola-pola seperti ini
perlu di perlihatkan pada masyarakat daerah. Misalnya mengangkut lewat laut
sejumlah tank BMP 3F, RM Grad, Caesar Nexter, Leopard ke Aceh. Adakan simulasi
latihan tempur di sana. Lalu pulangnya lewat jalur darat lintas Banda Aceh-Medan
baru kemudian di angkut lagi ke Jawa lewat laut. Konvoi alutsista lewat darat
ini akan memberikan dampak kewibawaan pada kehebatan kekuatan TNI di mata
rakyat.
Republik ini sangat luas,
maka pemenuhan kebutuhan Alutsista khususnya matra udara dan laut sangat
mendesak meski sudah banyak Alutsista yang berdatangan. Ancaman teritori sudah
sedemikian nyata, jangan sampai salah prediksi, kita tak punya musuh, kita
bersahabat dengan semua negara.
Bukankah Panglima TNI
sudah mengisyaratkan bahwa perang masa depan adalah perebutan sumber daya alam
dan energi. Natuna itu sumber energi, Ambalat itu sumber energi, Arafuru itu
sumber energi dan semua sumber energi masa depan ada di laut.
Maka untuk menjamin
kewibawaan teritori di wilayah laut itu, tempatkanlah Alutsista strategis di sana
secara permanen, bukan di datangkan melulu dari Jawa. Secara logika tak ada
negara lain yang mau menyerang Jawa. Mereka cenderung akan mengambil alih
wilayah sumber energi, contoh nya Laut Cina Selatan. Sudah saatnya kita
mengurai tumpukan Alutsista dan prajurit tidak terpusat di Jawa. Perlu
membangunkembangkan pangkalan militer baru seperti Natuna, Saumlaki dan Kupang.
Ini tentu butuh
persiapan, tetapi dengan menempatkan atau menggeser Alutsista-Alutsista gahar
itu secara shift dan memperlihatkannya secara langsung pada masyarakat di
daerah dan perbatasan, setidaknya akan memberikan rasa nasionalisme pada warga
daerah. Tetapi lebih penting dari itu adalah kehadiran militer dan Alutsista
gahar di perbatasan secara terus sepanjang tahun akan memperkecil ruang
intervensi dan klaim pihak lain.
0 comments:
Post a Comment