Sunday, 26 February 2017

Museum Loka Jala Çrana, Inspirasi Alutsista Masa Lampau TNI AL


Berbagai koleksi yang dipajang di Museum Loka Jala Çrana menggambarkan betapa untuk menjadi prajurit TNI AL yang profesional dan mendunia harus melalui perjalanan sejarah panjang serta penuh perjuangan.

Benda museum berupa meriam kapal perang HRMS De Zeven Provencien, misalnya, merupakan meriam raksasa yang diambil-alih dari kapal perang Belanda. Kapal ini direbut pasukan Marinir Indonesia pada 1 Januari 1933.


Pemberontakan Marinir pribumi terhadap kapal perang kolonial itu bahkan merupakan peristiwa pertama di dunia. Kapal perang yang sempat diambil-alih oleh Marinir pribumi yang selalu dipandang rendah oleh AL Belanda itu, mencerminkan bahwa kolonialisme memang harus dilawan meskipun harus mengorbankan nyawa.

Di Museum Loka Jala Çrana juga terpajang helikopter Mi-4 Hound yang merupakan heli angkut sedang dan telah berjasa dalam berbagai misi tempur seperti Operasi Dwikora dan Operasi Penumpasan Pasukan Gerakan Rakyat Serawak (PGRS) di Kalimantan Barat.


Heli buatan Rusia yang diproduksi dari tahun 1951-1979 ini memiliki kecepatan maksimum 209 km/jam, jarak jelajah hingga 250 km, serta sanggup terbang pada ketinggian 5.500 meter.

Koleksi persenjataan lainnya adalah meriam Bofors 40 mm, merupakan meriam antiserangan udara yang pernah digunakan oleh kapal perang TNI AL untuk menembaki pesawat B-26 Invader yang diterbangkan tentara bayaran AS, Allen Pope.

Tertembak jatuhnya pesawat Allen Pope yang secara terang-terangan telah membantu pemberontak Permesta itu sempat membuat malu AS.


Meriam Borfors 40mm merupakan meriam buatan Swedia yang diproduksi tahun 1930-an, termasuk meriam legendaris dan menjadi persenjataan favorit antiserangan udara pada PD II.

Selain terpajang heli Mi-4, di halaman depan Museum Loka Jala Çrana juga terdapat pesawat yang merupakan kebanggan Penerbal, yaitu pesawat Antikapal Selam (AKS) Fairey Gannet.


Sebanyak 12 pesawat Gannet dibeli TNI AL dari Inggris pada tahun 1959 dan menjadi pesawat yang disegani ketika digelar dalam Operasi Trikora. Pesawat tambun berbaling-baling ganda ini dipersenjatai dua torpedo dan roket di kedua sayapnya.

Sebaga pesawat tempur antikapal selam yang kini berada di museum, kegarangannya masih tercermin dan seolah menjadi inspirasi bahwa TNI AL sebaiknya memiliki pesawat AKS di kondisi terkini.

Masih banyak koleksi Museum Loka Jala Çrana yang bisa dijadikan sebagai wahana pembelajaran sekaligus inspirasi bagi alutsista TNI AL di massa depan.


Koleksi itu antara lain peralatan senjata dan amunisi, rudal, atau roket P-15 untuk mempersenjatai kapal perang. Ada juga planetarium, ranpur lapis baja, truk peluncur roket KPR 14/17 yang dioperasikan dalam Operasi Trikora, Dwikora, Seroja, dan lainnya.


Museum Loka Jala Çrana TNI AL terbuka untuk umum. Untuk mengunjungi museum ini bisa mengirim surat terlebih dahulu kepada Gubernur AAL dengan tembusan Kepala Museum Loka Jala Çrana melalui nomor fax 031-3291095 atau mengontak nomor telepon 031-3291092/3291094.

Museum dibuka setiap hari Senin hingga Jumat, mulai pukul 08.00 hingga 15.00 WIB. Untuk Sabtu/Minggu atau hari Libur Nasional museum dibuka atas persetujuan dari Gubernur AAL.


0 comments:

Post a Comment