Berbagai
koleksi yang dipajang di Museum Loka Jala Çrana menggambarkan betapa untuk
menjadi prajurit TNI AL yang profesional dan mendunia harus melalui perjalanan
sejarah panjang serta penuh perjuangan.
Benda museum
berupa meriam kapal perang HRMS De Zeven Provencien, misalnya, merupakan meriam
raksasa yang diambil-alih dari kapal perang Belanda. Kapal ini direbut pasukan
Marinir Indonesia pada 1 Januari 1933.
Pemberontakan
Marinir pribumi terhadap kapal perang kolonial itu bahkan merupakan peristiwa
pertama di dunia. Kapal perang yang sempat diambil-alih oleh Marinir pribumi
yang selalu dipandang rendah oleh AL Belanda itu, mencerminkan bahwa
kolonialisme memang harus dilawan meskipun harus mengorbankan nyawa.
Di Museum
Loka Jala Çrana juga terpajang helikopter Mi-4 Hound yang merupakan heli angkut
sedang dan telah berjasa dalam berbagai misi tempur seperti Operasi Dwikora dan
Operasi Penumpasan Pasukan Gerakan Rakyat Serawak (PGRS) di Kalimantan Barat.
Heli buatan
Rusia yang diproduksi dari tahun 1951-1979 ini memiliki kecepatan maksimum 209
km/jam, jarak jelajah hingga 250 km, serta sanggup terbang pada ketinggian
5.500 meter.
Koleksi
persenjataan lainnya adalah meriam Bofors 40 mm, merupakan meriam antiserangan
udara yang pernah digunakan oleh kapal perang TNI AL untuk menembaki pesawat
B-26 Invader yang diterbangkan tentara bayaran AS, Allen Pope.
Tertembak
jatuhnya pesawat Allen Pope yang secara terang-terangan telah membantu
pemberontak Permesta itu sempat membuat malu AS.
Meriam
Borfors 40mm merupakan meriam buatan Swedia yang diproduksi tahun 1930-an,
termasuk meriam legendaris dan menjadi persenjataan favorit antiserangan udara
pada PD II.
Selain
terpajang heli Mi-4, di halaman depan Museum Loka Jala Çrana juga terdapat
pesawat yang merupakan kebanggan Penerbal, yaitu pesawat Antikapal Selam (AKS)
Fairey Gannet.
Sebanyak 12
pesawat Gannet dibeli TNI AL dari Inggris pada tahun 1959 dan menjadi pesawat
yang disegani ketika digelar dalam Operasi Trikora. Pesawat tambun
berbaling-baling ganda ini dipersenjatai dua torpedo dan roket di kedua
sayapnya.
Sebaga
pesawat tempur antikapal selam yang kini berada di museum, kegarangannya masih
tercermin dan seolah menjadi inspirasi bahwa TNI AL sebaiknya memiliki pesawat
AKS di kondisi terkini.
Masih banyak
koleksi Museum Loka Jala Çrana yang bisa dijadikan sebagai wahana pembelajaran
sekaligus inspirasi bagi alutsista TNI AL di massa depan.
Koleksi itu
antara lain peralatan senjata dan amunisi, rudal, atau roket P-15 untuk
mempersenjatai kapal perang. Ada juga planetarium, ranpur lapis baja, truk
peluncur roket KPR 14/17 yang dioperasikan dalam Operasi Trikora, Dwikora,
Seroja, dan lainnya.
Museum Loka
Jala Çrana TNI AL terbuka untuk umum. Untuk mengunjungi museum ini bisa
mengirim surat terlebih dahulu kepada Gubernur AAL dengan tembusan Kepala
Museum Loka Jala Çrana melalui nomor fax 031-3291095 atau mengontak nomor
telepon 031-3291092/3291094.
Museum
dibuka setiap hari Senin hingga Jumat, mulai pukul 08.00 hingga 15.00 WIB.
Untuk Sabtu/Minggu atau hari Libur Nasional museum dibuka atas persetujuan dari
Gubernur AAL.
0 comments:
Post a Comment