Saturday 18 February 2017

Masihkan Layakkah Tank M60 Patton Bertarung di Pertempuran Modern?


M60 Patton adalah tank tempur utama andalan Angkatan Darat Amerika pada tahun 1960 dan 1970-an, sebelum digantikan oleh tank M1 Abrams yang saat ini dalam pelayanan. Namun, lebih dari 5.000 Patton tetap dalam layanan bersama angkatan darat dari 19 negara.

Awal tahun ini, Raytheon meluncurkan program upgrade Service-Life Extension Package (SLEP) untuk tank ini dengan menawarkan mesin baru, sistem pengendalian tembakan baru dan meriam 120 milimeter.

SLEP M60 ini adalah persaingan dengan upgrade pre-existing three-tier yang sudah ada dan ditawarkan oleh Industri Militer Israel. Program ini telah diterapkan di M60 Sabra milik mereka. Sabra dalam pelayanan Turki, atau yang dikenal sebagai M60T, aktif di medan perang Suriah hari ini, sementara model Patton yang lebih tua tengah berjuang dalam pertikaian yang terjadi di Yaman.

Patton baru memang akan lebih cepat dan mematikan tetapi apakah mereka cukup tangguh untuk medan perang modern?

Asal-Usul Patton

Jejak nenek moyang M60 dapat dilacak dari tank berat M26 Pershing, beberapa lusin dari mereka masuk medan tempur pada akhir Perang Dunia II. Pershing berkembang menjadi serangkaian tank Patton dipersenjatai dengan senjata 90mm, termasuk M46, M47 dan M48.

M60, diperkenalkan pada tahun 1960, adalah yang terakhir sebagai Fighter dengan profil tinggi yang dirancang untuk mengalahkan T-54 Soviet berdasarkan armor yang lebih berat dan meriam M68 105 milimeter.

M60 yang berbobot 50-ton dikerahkan ke Eropa untuk mengantipasi pecahnya Perang Dunia III dan tidak terlibat dalam Perang Vietnam, kecuali untuk beberapa varian jembatan dan rekayasa.

Sebaliknya, tank M48 melawan PT-76 dan T-54 Vietnam Utara dalam sejumlah kecil keterlibatan, dan bahkan berjuang melawan tank buatan Swedia di Republik Dominika.

Di Timur Tengah M60 Patton untuk pertama kalinya menunjukkan kemampuannya. Selama Perang Yom Kippur, M60 Israel bergemuruh untuk menyelamatkan Armored Brigade ke 7 dan ke 188 di dataran tinggi Golan melawan lebih dari 3.000 tank Suriah.

Namun, di garis depan selatan, rudal anti-tank AT-3  menghanacurkan M60 di Terusan Suez. Profil tinggi Patton membuatnya jadi sasaran empuk, sementara hidrolik yang frontal rawan meledak dan terbakar ketika armor itu ditembus.

Meskipun demikian, orang-orang Israel sangat menyukai Patton dan menyimpannya di layanan hingga 2014, upgrade mereka menjadi beberapa generasi tank Mag’ach.

Patton mengalami beberapa upgrade selama hidupnya. Avant-garde M60A2 “Starship” adalah varian yang menggunakan meriam 155 milimeter yang bisa menembakkan rudal anti-tank Shillelagh tetapi senjata itu secara cepat diihapus karena keterbatasan teknis.

Versi final adalah M60A3 TTS, datang dengan peningkatan sistem pengendalian tembakan dan pemandangan termal yang membuatnya mampu untuk bertempur malam hari. Beberapa Patton Korps Marinir bahkan dilengkapi dengan baju besi Reaktif Explosive (ERA).

Namun, pada tahun 1980-an Uni Soviet telah mengekspor dalam jumlah besar tank T-72, yang menyamai atau melebihi Patton dalam hal baju besi dan senjata.

Sementara itu, Amerika Serikat memperkenalkan tank M1 Abrams, yang terbukti memiliki lompatan teknologi setelah  menerima meriam 120 milimeter dan perlindungan lapis baja kompositnya.

M60 Amerika terakhir yang dioperasikan oleh Korps Marinir, dan akhirnya melihat pertempuran berat dalam Perang Teluk 1991 di Kuwait, merobohkan sekitar 100 tank Irak dengan hanya satu Patton yang rusak.

Namun, hal itu lebih karena tingkat pelatihan militer Amerika yang jauh lebih baik, bukan karena kekuatan tank itu sendiri, hingga tak lama setelah kesuksesan itu Patton tetap dipensiun dari layanan militer Amerika.

Namun, M60 tetap menjadi tank tempur utama paling banyak yang ada di banyak negara saat ini, termasuk Mesir (1.700), Turki (932), Taiwan (450), Arab Saudi (450), Maroko (427), Thailand (178), dan Bahrain (180).

Upgrade SLEP dan Sabra M60

M60 Turki

Kita bicara soal upgrade SLEP yang ditawarkan Raytheon. Upgrade ini fokus pada peningkatan daya tembak dan mobilitas.

Pertama, dengan menggantikan meriam M68 tua dengan M256 120mm yang jauh lebih ampuh. Meriam ini juga digunakan tank Abram dan akan mengubah Patton dari tank yang berjuang melawan T-72 era 1980 menjadi salah satu tank yang dapat melawan kekuatan sebagian tank modern.

M60 SLEP juga memiliki sistem penargetan digital baru yang diambil dari M1A1D untuk menggantikan teknologi lama Patton. Komputer penargetan modern telah membuat meriam bergerak lebih mudah dan dinamis, yang menjadi kelebihan besar.

Akhirnya, sistem hidrolik untuk memutar turret telah diganti dengan sistem elektrik yang  meningkatkan kecepatan rotasi dan mengurangi risiko meledak dan terbakar ketika tertembak.

Kedua, Raytheon juga akan menggantikan mesin diesel tenaga kuda 750 dengan mesin baru 950 tenaga kuda. Ini bagus, karena M60 dasar hanya memiliki kecepatan 30 mil per jam, sedangkan kecepatan maksimum untuk tank Barat modern lebih dari 40 mil per jam.

Prototipe yang dipamerkan dalam video promo Raytheon juga menunjukkan banyak fitur seperti slat armor, yang dapat efektif dalam membelokkan hulu ledak muatan berbentuk RPG, panel armor add-on, dan unit daya tambahan serta kipas pendingin di belakang. Tetapi tampaknya ini bukan fitur standar dari upgrade SLEP.

Beralih ke upgrade Sabra II Israel. Upgrade ini  juga membanggakan meriam 120 milimeter dari kinerja yang sebanding dengan komputer penargetan baru, serta mesin 1.000 tenaga kuda yang bisa meningkatkan kecepatan sampai 34 mil per jam.

Tidak seperti SLEP, Sabra juga telah meningkatkan baju besi, memberikan bentuk sudut turret seta termasuk penambahan explosive-reactive armor yang meledakkan rudal dan senjata yang masuk serta plate applique armor.

Sebuah tank Mag’ach 7C yang dilengkapi dengan appliqu armor dilaporkan selamat dari 18 tembakan rudal AT-3 Sagger yang ditembakkan Hizbullah. Namun, harus diingat Sagger dibangun tahun 1960-an dan rudal saat memiliki daya tembus yang jauh lebih besar.

Apakah Upgrade akan Berguna

M60 Mesir

Mesin yang lebih kuat akan membantu Patton bersaing dengan unit mekanik lain di medan perang. Namun, bahkan dengan upgrade, rasio power to weight M60 tidaklah bisa dibanggakan.

Dengan meriam 120 milimeter dan sistem pengendalian penemabakan baru, M60 memang bisa dengan baik memukul dan menghancurkan sebagian besar tank yang digunakan saat ini untuk jarak jauh.

Operator M60 kemungkinan akan menggunakan amunisi M829E3 dan E4 uranium canggih yang dirancang untuk melawan sistem baja reaktif yang paling canggih, tetapi beberapa tank operasional terbukti mendapat manfaat dari teknologi ini. Jadi, M60 SLEP bisa menjadi tank pemburu yang layak.

Namun, sebagian besar tank di medan perang hari ini tidak bertarung melawan tank lainnya. Mereka akan bertukar tembakan dengan senjata infanteri macam rudal anti-tank dipandu jarak jauh seperti Kornet, serta roket granat jarak pendek. Senjata-senjata ini telah terbukti efektif bahkan terhadap tank modern seperti M1 dan Merkava.

Patton jauh lebih rentan daripada M1 atau Merkava dan bahkan dibanding T-72 yang lebih tua. Armor baja cor frontal Patton peringkatnya setara dengan Rolled Hardened Armor 253 milimeter, ukuran standar efektivitas tank baja.

Sementara tank modern menggunakan baja komposit yang jauh lebih efektif untuk berat yang sama, terutama untuk melawan hulu ledak shaped charge.

Sebuah M1A2 modern dinilai setara dengan sekitar 800 milimeter verses tanks shells dan 1300 verses shaped charges.

Sementara mortar 120 era 90an bisa menembus setara dengan sekitar 700 RHA, dan rudal anti tank-17 Kornet dapat menembus 1.300 milimeter. Dengan kata lain Patton akan sulit bertahan dalam kondisi perang seperti ini.

Patton juga lebih mudah untuk dibidik karena profil tinggi, serta lebih mungkin untuk terbakar karena meriam utama tidak disimpan secara terpisah, seperti di Abrams.

M60 SLEP tidak memiliki peningkatan armor. Upgrade Sabra juga terbukti tidak mampu menawan rudal anti-tank di Turki.

Pada tanggal 21 April tahun lalu, sebuah M60T Turki di Bashiqueh, Irak, dihantam rudal anti tank Kornet yang digunakan ISIS. Tidak ada korban jiwa tetapi tank rusak parah dan sepertinya tidaka mungkin untuk kembali beroperasi.

Pada bulan Agustus tahun lalu, M60A3 dan M60T Turki dikirim ke perbatasan Suriah sebagai bagian dari Operasi Efrat Shield. Pertama mereka mengejar ISIS dari kota Jarablus tanpa perlawanan dan kemudian menyerang milisi Kurdi.

Pejuang Kurdi menyingkirkan beberapa M60 dengan rudal jarak jauh, menimbulkan korban pertama Turki dalam intervensi.

Dalam insiden kedua, hanya salah satu awak selamat. Sekarang diyakini setidaknya sebelas Patton Turki telah hancur di Suriah.

Situasi yang sama bahkan lebih buruk terjadi di Yaman, di mana Patton yang dioperasikan baik oleh unit Angkatan Darat untuk mendukung pemberontak Houthi serta Arab Saudi. Lebih dari 22 Patton telah dicatat hancur dalam konflik.

Perlu diingat bahwa bahkan lapis baja Sabra menjadi kelemahan, dan upgrade SLEP tidak memiliki perbaikan survivability selain penghapusan hidrolik pada menara.

Raytheon menawarkan update ke Patton yang membuatnya untuk menjadi pembunuh,  tetapi dengan kondisi perang seperti ini, tampaknya sulit bagi Patton untuk bisa berkutik sebelum peningkatan armor benar-benar dilakukan.


0 comments:

Post a Comment