Mungkin maksud hati ingin mencontoh
Super Rapid Advanced Mortar System (SRAMS) keluaran ST Kinetics, Singapura.
Meski masih berupa prototipe yang belum tuntas, Dinas
Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) pernah membuat
terobosan mortir otomatis yang mirip-mirip dengan SRAMS. Bila SRAMS mengusung
mortir kaliber 120 mm, maka mortir jenis mekatronik inovasi Litbang TNI AD
mengusung mortir kaliber 81 mm, kaliber mortir yang juga masif di gunakan
sebagai senjata bantu infanteri (senbanif).
Meski belum di dapat informasi
detail tentang sosok prototipe mortir mekatronik 81 mm, namun mekaisme kerjanya
di perkirakan merujuk ke SRAMS milik Singapura. SRAMS di lengkapi laras yang
sudut elevasinya dapat di gerakkan secara otomatis, pengukuran jarak tembakan,
sampai jangkauan di kalkukasi secara komputerisasi. Bahkan loading proyektil di
muat secara otomatis dengan tetap mempertahankan pola pengisian reguler dari
ujung laras.
Secara umum, tidak ada yang berubah dari kinerja standar mortir. Namun dengan
adopsi semi automation transfer system dan automatic fire control system,
kecepatan tembak mortir dapat di tingkatkan, dalam satu menit bisa di lontarkan
sampai 10x tembakan. Sebagai perbandingan bila menggunakan pola tembakan
konvensional dari prajurit infanteri, paling banter hanya 6x setiap menitnya.
Tapi perlu di catat, meski basis nya
adalah mortir, tapi SRAMS dan juga prototipe mortir otomatis TNI AD, tidak di rancang
untuk di operasikan infanteri, pasalnya senjata jenis ini di persiapkan untuk
di pasang pada rantis (kendaraan taktis) dan ranpur (kendaraan tempur). SRAMS
yang sudah di operasikan sejak tahun 2000, di pasang pada rantis jenis RG31,
Bronco All Terrain Tracked Carrier, Flyer Spider, dan HMMWV. SRAMS punya recoil
(efek tolak balik) kurang dari 26 ton, plus sistem modular menjadikan senjata
ini cocok di adopsi pada beragam jenis rantis dengan penggerak 4×4.
Sementara pada prototipe mekatronik
Litbang TNI AD, meski masih belum tuntas, di rancang untuk bisa di kendalikan
lewat aplikasi pada smartphone berbasis Android. Tentu besar harapan agar
prototipe super rapid mortir 81 mm rancangan lokal ini dapat di rampungkan, dan
kelak di produksi untuk melengkapi ranpur Pindad Anoa 6×6 mortir.
Untuk mortir 81 mm, dengan bobot
sekitar 49 kg dan panjang laras 1560 mm, dapat di capai jarak tembak maksimum
6.500 meter dan jarak tembak minimum 100 meter. Untuk mendongkrak mobilitas,
nantinya mortir 81 mm juga akan di adopsi ke dalam ranpur Anoa versi Mortar
Carrier. Anoa APS-3 Mortar Carrier di siapkan untuk memperkuat Batalyon
Infanteri Mekanis.
0 comments:
Post a Comment