Detasemen
Jala Mangkara (Denjaka) adalah sebuah detasemen khusus marinir angkatan laut
TNI yang beranggotakan gabungan dari KOPASKA dan TAIFIB. Denjaka dididik di
bumi marinir Cilandak dan harus menyelesaikan pendidikan yang disebut PTAL
(Penanggulangan Teror Aspek Laut).
Segala
aktivitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Para
anggotanya dituntut memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan,
kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi. Medan operasi yang berupa
kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga
memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal
dari udara.
Diantara
prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 orang yang
diterima. Mereka akan dilatih keras di kawah Candradimuka Situbondo. Pada
tahun-tahun sebelumnya hanya belasan prajurit yang memenuhi syarat. Tidak semua
yang mengikuti pendidikan tersebut lolos dan mereka yang tidak lolos akan
dikembalikan lagi ke kesatuannya masing-masing.
Denjaka
mampu berenang dengan tangan terikat dan kaki terikat melewati Selat Sunda
(Armabar) dan Selat Madura (Armatim). Ada pula latihan dengan tubuh terikat
tali, diberi balok besi dan dijatuhkan ke dalam perairan Selat Bali hingga
tenggelam. Misinya adalah melepaskan diri dari cengkraman ikatan tali tersebut.
Dengan
tangan dan kaki diikat, mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan
diri. Kenapa demikian? Seperti dikutip dari laman lembarkertas, Senin 14
November 2016, hal itu dilakukan agar jika sewaktu-waktu prajurit (Medan darat,
laut dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh
musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri. Setelah melawan ombak besar di
laut, mereka juga dituntut untuk bertahan di hutan tanpa perbekalan sedikit
pun.
Untuk
menguji ketahanan para prajurit terpilih tersebut, mereka dilepas di tengah
hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minumpun tidak diperkenankan.
Selebihnya, mereka harus mencari sendiri di hutan. Mereka dilatih untuk
ketahanan fisik dan kemampuan perorangan. Selama menjalani pendidikan, teori di
kelas hanya diberikan 20 persen saja dan selebihnya di lapangan, seperti hutan,
laut dan udara.
Mereka harus
mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut dan udara. Mereka dituntut mampu
melaksanakan tugas rahasia secara sempurna, untuk mencapai semua itu diperlukan
pendidikan yang sangat keras. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung,
bergerak lincah di laut dengan kondisi daya tahan tinggi beserta survive di
darat.
Dan tiba
waktunya mereka harus berjalan kaki siang dan malam. Mereka dilepas di
Banyuwangi dan perintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang sudah ditentukan
untuk acara Pelantikan atau dikenal dengan PEMBARETAN.
0 comments:
Post a Comment