Sunday, 19 February 2017

Mengenal 'Hantu Laut' Indonesia Bernama Denjaka


Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) adalah sebuah detasemen khusus marinir angkatan laut TNI yang beranggotakan gabungan dari KOPASKA dan TAIFIB. Denjaka dididik di bumi marinir Cilandak dan harus menyelesaikan pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut).

Segala aktivitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Para anggotanya dituntut memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi. Medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.

Diantara prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 orang yang diterima. Mereka akan dilatih keras di kawah Candradimuka Situbondo. Pada tahun-tahun sebelumnya hanya belasan prajurit yang memenuhi syarat. Tidak semua yang mengikuti pendidikan tersebut lolos dan mereka yang tidak lolos akan dikembalikan lagi ke kesatuannya masing-masing.

Denjaka mampu berenang dengan tangan terikat dan kaki terikat melewati Selat Sunda (Armabar) dan Selat Madura (Armatim). Ada pula latihan dengan tubuh terikat tali, diberi balok besi dan dijatuhkan ke dalam perairan Selat Bali hingga tenggelam. Misinya adalah melepaskan diri dari cengkraman ikatan tali tersebut.

Dengan tangan dan kaki diikat, mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri. Kenapa demikian? Seperti dikutip dari laman lembarkertas, Senin 14 November 2016, hal itu dilakukan agar jika sewaktu-waktu prajurit (Medan darat, laut dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri. Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut untuk bertahan di hutan tanpa perbekalan sedikit pun.

Untuk menguji ketahanan para prajurit terpilih tersebut, mereka dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minumpun tidak diperkenankan. Selebihnya, mereka harus mencari sendiri di hutan. Mereka dilatih untuk ketahanan fisik dan kemampuan perorangan. Selama menjalani pendidikan, teori di kelas hanya diberikan 20 persen saja dan selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut dan udara.

Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna, untuk mencapai semua itu diperlukan pendidikan yang sangat keras. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan kondisi daya tahan tinggi beserta survive di darat.

Dan tiba waktunya mereka harus berjalan kaki siang dan malam. Mereka dilepas di Banyuwangi dan perintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang sudah ditentukan untuk acara Pelantikan atau dikenal dengan PEMBARETAN.


0 comments:

Post a Comment