Sejak rudal
dikembangkan, meriam telah kehilangan peran mereka sebagai senjata utama dalam
perang angkatan laut. Rudal bisa
mencapai lebih jauh dari meriam dan mencapai target dengan akurasi tinggi.
Seperti yang
terlihat dalam perang di paruh kedua abad ke-20, penggunaan rudal dalam perang
angkatan laut telah terbukti menyebabkan
kerusakan kapal besar-besaran dalam waktu singkat.
Mereka juga
telah semakin mudah untuk dibeli, dipasang di kapal dan diluncurkan ke target yang
dituju.
Hal ini
akhirnya memunculkan kebutuhan untuk membangun sistem pertahanan yang efektif
untuk melawan rudal anti-kapal. Satu-satunya cara untuk terhindar dari
kehancuran adalah dengan menjatuhkan rudal sebelum menghantam mereka.
Rusia adalah
negara pertama yang menyebarkan rudal anti-kapal dalam skala besar. Mereka
mengerahkan rudal jenis ini di kapal rudal kecil, kapal perusak, kapal penjelajah dan kapal
selam.
Amerika
baru mampu menyebarkan rudal anti-kapal
mereka dalam skala besar 20 tahun kemudian. Tapi selama 20 tahun tersebut,
Amerika berkonsentrasi pada pengembangan
peluru kendali darat ke udara yang bisa menembak jatuh rudal Anti-kapal.
Pada tahun 1980-an, Angkatan Laut AS telah
mengirimkan puluhan kapal dilengkapi dengan radar jarak jauh dan kapal
dilengkapi pertahanan udara dan SAM.
Ini secara
khusus dibangun untuk menembak jatuh rudal anti-kapal yang Angkatan Laut AS
dianggap sebagai ancaman serius bagi kapal induk dan destroyer mereka.
Rudal
anti-kapal memiliki kecepatan bervariasi dari 800-3000 km / jam tergantung pada
propulsi mereka.
Angkatan
laut Barat menggunakan rudal anti-kapal subsonic sedangkan angkatan laut Asia
menyukai rudal anti-kapal supersonik.
Setiap negara memiliki pertahanan spesifik terhadap rudal tersebut berdasarkan
pada jenis ancaman yang mereka hadapi di lingkungan mereka.
Angkatan
Laut AS dan Angkatan Laut Eropa fokus pada menciptakan sistem pertahanan yang
dapat melindungi kapal-kapal mereka dari rudal supersonic Rusia. Semenara rusia
fokus pada sistem pertahanan untuk
melindungi kapal-kapal mereka dari rudal subsonic Barat.
Angkatan
laut juga mengembangkan beberapa
pertahanan berlapis yang bisa menembak
jatuh setiap rudal anti-kapal yang masuk. Fakta bahwa rudal ini dapat
diluncurkan dari berbagai platform membuatnya lebih sulit untuk mendeteksi dan
menembak mereka.
Namun
kecepatan hanyalah satu faktor. Jalur penerbangan rudal anti-kapal memainkan peran utama dalam
efektivitas serang mereka.
Ketika rudal
mendekati kapal yang menjadi target, rudal
terbang pada ketinggian menengah sekitar 200 m, lalu turun pada
ketinggian sekitar 5 m atau justru mendaki hingga ketinggian 10-20 km. Keduanya adalah cara untuk
menghindar dari deteksi radar.
Kebanyakan
rudal modern, lebih memilih pendekatan
skimming laut (terbang tipis di atas air) karena cara ini paling sulit
dideteksi radar dan menyerang kapal tepat di atas garis air yang membuatnya lebih mungkin untuk menenggelamkan
target.
Rudal ini
tidak dapat terdeteksi sampai mereka 20-40 detik sebelum menghantam. Hal ini
memberikan jendela waktu yang sangat kecil di mana kapal harus mengunci rudal
dengan radar dan menembaknya. Di sini, pertahanan berlapis menjadi sangat
diperlukan.
Namun,
langkah-langkah untuk melawan rudal tetap sama, tidak peduli pada kecepatan atau jalur penerbangannya.
Langkah-langkah utama untuk melawan dan menembak jatuh rudal melalui beberapa
tahap yakni:
- Deteksi
- Pelacakan
- Penembakan
- Menggunakan
SAM jarak jauh
- Menggunakan
SAM jarak menengah
- Menggunakan
SAM jarak pendek
- Menggunakan
senjata kaliber besar
- Menggunakan
senjata kaliber kecil dengan putaran
tinggi
- Jamming
elektronik dan penanggulangan
- Penanggulangan
pasif seperti sekam dan flare
Semua
tahapan ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat jika ingin sukses menembak
rudal anti-kapal. Masalahnya, kapal perang jarang dilengkapi dengan semua
sistem yang disebutkan di atas.
Sebagian
besar kapal perang hanya memiliki
beberapa langkah-langkah pertahanan terhadap rudal anti kapal yang
masuk. Hal ini memungkinkan mereka untuk menembak satu rudal dengan mudah dan
dua rudal jika mereka beruntung. Tapi untuk memastikan perlindungan kapal,
sistem pertahanan udara berlapis adalah suatu keharusan.
Menggunakan
rudal dan senjata untuk terlibat dengan serangan rudal adalah metode hardkill
yang melibatkan penggunaan proyektil kinetik untuk menghancurkan proyektil
kinetik yang masuk.
Menggunakan
sekam, flare dan jammers untuk membingungkan dan menyesatkan rudal disebut
metode softkill karena tidak ada benda fisik yang digunakan untuk menembak jatuh rudal yang masuk. Kedua metode
ini digunakan ketika kapal sedang diserang oleh rudal anti-kapal.
0 comments:
Post a Comment