Tentara
Nasional Indonesia bakal memiliki kapal layar latih tercanggih di dunia. Kapal
itu sedang dibangun dan telah memasuki tahap kedua pembangunan di Galangan
Kapal Freire, Vigo, Spanyol.
Kapal yang
telah diberi nama Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Bima Suci itu akan
menggantikan KRI Dewaruci, yang telah beroperasi selama lebih 63 tahun. Namun,
nomor lambungnya tetap sama, yakni NB705.
Meski
dibangun di Spanyol, kapal itu dirancang sepenuhnya oleh insinyur dalam negeri,
di antaranya, dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan PT PAL.
Dibangun di Spanyol karena tak semua galangan kapal mampu membangun kapal
serupa itu.
KRI Bima
Suci yang berjenis barque dirancang dengan tiga tiang utama dan 26 layar.
Panjang 111 meter dan lebar 13,5 meter. Kapal itu dapat menampung 200 penumpang
dan awak kapal.
Tiang kapal
layar itu setinggi 49 meter dari permukaan dek atas. Tinggi dek utamanya 9,20
meter dari permukaan laut. Memiliki ruang makan yang lebih luas dan ruang tidur
khusus bagi calon perwira perempuan atau taruni.
Kecepatan
KRI Bima Suci diharapkan dapat mencapai maksimal 12 knot dengan mesin dan 15
knot dengan layar. Sementara itu, KRI Dewaruci hanya mampu berlayar 10 knot dengan
layar.
KRI Bima
Suci dirancang dengan sistem konvensional. Para taruna dan taruni tetap dapat
belajar navigasi tradisional dengan melihat bintang-bintang, namun juga mampu
membaca peta modern. Begitu pula dengan pengembangan layarnya.
Berbeda
dengan kapal layar latih milik Angkatan Laut berbagai negara, keistimewaan KRI
Bima Suci terletak pada instrumen nagivasi pelayaran mutakhir. Alat
komunikasinya dilengkapi data digital.
Direktur
Galangan Kapal Freie, Marco Freie, mengklaim KRI Bima Suci bakal menjadi kapal
layar latih paling canggih dan modern.
“Ini
merupakan kapal layar tiang tinggi abad 21. Bisa dibilang, Bima Suci ini adalah
contoh kapal layar tiang tinggi modern dan merupakan konsep kapal layar latih
baru di dunia saat ini,” kata Freie, saat peresmian kapal itu di Vigo, Spanyol,
pada Minggu, 27 November 2016.
Peresmian
kapal itu dihadiri Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Ade Supandi,
Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, dan Kepala Badan Sarana Pertahanan
Kementerian Pertahanan RI, Laksamana Muda TNI Leonardi.
Tenaga mesin
ringan
Laksamana
Pertama TNI Didin Yainal Abidin, Komandan Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal
Layar Latih, menjelaskan perbedaan teknis KRI Dewaruci dengan KRI Bima Suci.
KRI Dewaruci menggunakan kemudi manual, sedangkan KRI Bima Suci memanfaatkan
kemudi tenaga hidrolik. “Walaupun kapalnya besar, menggunakan tenaga mesin yang
ringan,” katanya.
Begitu pula
dengan pengembangan layarnya. Kerek layar pun menggunakan dua sistem, yaitu
manual, tapi juga menggunakan winch otomatis, yang bahkan dapat dioperasikan
sedikit orang. Kapal ini juga memiliki instrumen pemurnian air laut menjadi air
tawar.
Rampung 2017
Pembangunan
kapal itu diperkirakan selama 22 bulan. Proses pengerjaan diawasi satuan tugas
TNI AL yang berjumlah tujuh orang. Dua di antaranya adalah mantan Komandan KRI
Dewaruci, yaitu Laksamana Pertama TNI Didin Yainal Abidin dan Kolonel Laut (P)
Suharto La Djide.
Pembangunan
tahap kedua kapal itu telah berpindah lokasi ke galangan kapal Freire di bagian
barat dari galangan sebelumnya. Kapal itu masih dilas oleh tenaga ahli dan
tengah dipasangi berbagai instalasi dan permesinan. Pembangunan
kapal itu dijadwalkan selesai pada Mei 2017.
Direncanakan tiba di Indonesia
pada Agustus 2017. Menurut Duta
Besar RI untuk Kerajaan Spanyol, Yuli Mumpuni, pembangunan kapal itu merupakan
saat tepat melihat kolaborasi Indonesia sebagai negara maritim terbesar di
dunia dan Spanyol sebagai negara dengan armada kapal terbesar dunia. “Ini
merupakan kolaborasi bersejarah yang luar biasa,“ katanya.