TNI AL sudah
membeli 11 unit helikopter AS565 MBe Panther, membuatnya jadi negara kesekian
yang mengoperasikan keluarga Dauphin lewat varian Panther untuk misi-misi
maritim. Walaupun beberapa unit Panther yang dibeli TNI AL kemudian
dikonfigurasi sebagai heli anti kapal selam, sejatinya masih ada satu peran
gahar lagi yang sanggup diemban oleh keluarga Panther serang maritim.
Dengan
menyimak pengalaman negara-negara yang telah lebih dulu menjadi penggunanya,
Dauphin/Panther ternyata juga bisa dijadikan sebagai penjagal kapal. Adalah
Angkatan Laut Arab Saudi yang membeli 24 unit AS365F Dauphin 2 pada tahun 1980,
20 di antaranya untuk dioperasikan secara eksklusif sebagai heli serang
maritim. Mengingat ketika itu Dauphin belum memiliki senjata yang mumpuni,
pemerintahnya pun kemudian mendekati pemerintah Perancis yang kala itu mesra
dengan negara-negara Teluk. Perancis pun akhirnya setuju untuk mengembangkan
sistem rudal anti kapal khusus untuk mempersenjatai Dauphin.
Tugas
pengembangan rudal tersebut jatuh ke Societe Nationale Industrielle
Aerospatiale (SNIA) Division Engins Tactiques sebagai kontraktor utamanya.
Sementara untuk pendeteksi kapal permukaan yang dapat dipasang ke Dauphin,
Thomson-CSF ditunjuk sebagai kontraktornya. Sejumlah pabrikan lain seperti
Artus SA, Forgeal, SFENA juga digandeng untuk mengeroyok proyek ini dalam waktu
singkat. Hasilnya, dalam waktu 5 tahun saja rudal ini sudah siap produksi.
Rudal yang
dikembangkan untuk keluarga Dauphin itu diberi kode AS.15TT (MM.15 untuk versi
ekspor). TT sendiri merupakan kependekan dari Tous Temps atau segala cuaca. Rudal ini
dikembangkan dari basis rudal SS.12 yang merupakan rudal berpemandu generasi
pertama yang dikontrol dengan sistem optik. Pembaruan dilakukan dengan
memperpanjang diameter rudal menjadi 2,3 m, tetapi dimensinya diperkecil agar
dapat dibopong oleh helikopter.
Kecepatan
lesat AS.15TT mencapai 280m/detik dengan jarak mencapai 15 km. Jarak jangkau
ini naik dua kali lipat dari SS.12 agar Dauphin/Panther pembawa masih aman dari
jangkauan sistem pertahanan diri kapal sasaran saat melepaskan rudal. Kestabilan
selama terbang disediakan oleh empat sayap utama dengan modul penerima perintah
arah terpasang di ujung-ujungnya. Sebanyak maksimal empat rudal bisa dibawa
dalam pylon ringan yang terpasang di bawah badan Dauphin.
Thomson-CSF
menyediakan sistem radar Agrion-15 yang berbentuk piringan dan dipasang di
bawah hidung Dauphin. Radar ini difungsikan sebagai pencari sasaran, sekaligus
pemandu rudal ke koordinat kapal yang sudah dikunci. Sistem CLOS
(Command Line of Sight) pada AS.15TT secara otomatis dikunci ke radar dan rudal
meluncur dengan dipandu sistem datalink yang terenkripsi sampai menuju sasaran.
Rudal akan meluncur tepat di atas permukaan laut (sea skimming) untuk
memperkecil upaya deteksi dan penghancuran. Dengan hulu ledak shaped charge
seberat nyaris 30 kg, kapal sekelas kapal cepat sampai korvet mampu
ditenggelamkan dengan dua sampai tiga kali hantaman.
Sepanjang
masa produksinya, AS.15TT diproduksi hampir mencapai 500 unit rudal dengan
negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Irak
sebagai pembelinya. UEA bahkan memasang AS.15TT di tujuh unit AS565 Panther
pesanannya pada pertengahan 1990-an.
AS.15TT pun
dimodifikasi dan dikembangkan lagi untuk dapat diluncurkan dari kapal patroli
dan juga platform darat. Walaupun kalah pamor dari Sea Skua, AS.15TT tercatat
sudah pernah diturunkan dalam misi operasional dan sukses merusak dan
menenggelamkan lima kapal patroli Irak dalam Perang Teluk II. Dengan
kemampuannya yang multiperan tersebut, TNI AL sangat mungkin untuk meluaskan
peranan AS565MBe yang dibelinya.
0 comments:
Post a Comment