TNI Angkatan
Laut (AL) membutuhkan 12 kapal perang jenis Bantu Hidro-Oseanografi (BHO) guna
melakukan pemetaan bawah laut. Hal itu
diungkapkan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi saat
melantik Laksamana Pertama TNI Harjo Susmoro sebagai Kepala Pusat Hidrografi
dan Oseanografi Angkatan Laut (Kapushidrosal) di Mako Pushidrosal, Jakarta
Utara, Rabu (23/11/2016).
”Kebutuhan
kita akan kapal jenis ini paling tidak 12 kapal ya”, kata Ade.
Sebanyak 12
kapal yang dibutuhkan, terdiri atas kapal operasi, kapal survei dan latihan,
serta kapal perbaikan. Menurut Ade,
Pushidrosal memiliki kedudukan strategis sebagai lembaga hidrografi nasional
dan hidrografi militer TNI AL.
Sesuai tugas
pokoknya, kata dia, Pushidros harus menyiapkan data dan informasi hidrografi
serta Oseanografi untuk kepentingan TNI maupun publik berupa peta laut.
Kalau ada 12
kapal, nantinya empat di timur, empat di tengah dan empat kapal lagi di barat.
Kondisi sekarang kan dengan KRI Rigel dan Spica yang baru, ditambah yang lama
namun usianya sudah di atas 30 tahun. Kita tetap gunakan sambil melakukan
peremajaan,” tuturnya.
Sebagai
lembaga hidrografi nasional, kata Ade, Pushidrosal merupakan wakil pemerintah
pada International Hidrografi Organization (IHO). Menurut dia,
tugasnya yang kompleks tidak hanya untuk mendukung keselamatan pelayaran, tapi
juga untuk perbaikan infrastruktur pelabuhan, eksploitasi dan eksplorasi sumber
daya alam, serta pembangunan wilayah.
Memang
hampir 70% survei kita merupakan hasil dari tahun 1890-an, itu kita update,
khususnya yang terkait perekonomian seperti pembangunan infrastruktur
pelabuhan, terkait dengan rute-rute laut yang aman untuk navigasi, dan
demografi karena gempa, tsunami dan sebagainya,” katanya.
0 comments:
Post a Comment