Yerevan terpaksa membeli sistem misil balistik jarak pendek Iskander-M untuk menyeimbangkan situasi militer di kawasan, kata Presiden Armenia, Serzh Sargsyan dalam wawancara dengan kantor berita MIA Rossiya Segodnya.
“Bukan rahasia bahwa dalam beberapa tahun terakhir Azerbaijan secara rutin membeli senjata-senjata terbaru,” kata Sargsyan. “Dari segi keuangan, kami tak punya kesempatan seperti Azerbaijan. Namun, kami terus mencoba menyeimbangkan situasi menemukan penangkal. Saya pikir dalam kasus ini, Iskander bisa menjadi senjata pencegah.
Menurut Sargsyan, Yerevan telah memasuki kompetisi senjata dengan tetangganya Azerbaijan. “Kami tak ingin melakukan ini, tapi apa yang akan Anda lakukan jika setiap hari Anda terancam oleh perang dan pemusnahan fisik?” kata sang presiden. “Anda harus mengambil langkah-langkah yang sepantasnya. ”Ia menegaskan bahwa Moskow memutuskan untuk menjual sistem misil Iskander-M pada Yerevan, berdasarkan kesepakatan antara kedua negara untuk menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan.
Armenia merupakan satu-satunya negara di dunia yang menerima lampu hijau untuk pembelian sistem misil Iskander-M Rusia. “Moskow tengah mempersiapkan penandatanganan kesepakatan untuk pendirian Pasukan Gabungan dengan Armenia,” kata Kolonel Jenderal (Purn.) Viktor Yesin, mantan Kepala Komando Pasukan Misil Strategis (RVSN).
Kami menjadi sekutu, sehingga muncul pengecualian untuk mengirim satu batalion (tiga kompleks senjata, masing-masing terdiri tiga peluncur, besera kendaraan pendukung) sistem operasional dan taktis Iskander-M ke Armenia. Ia menyebutkan bahwa Rusia telah menerima banyak permohonan pembelian sistem ini, tapi Moskow tak akan mengirim Iskander-M ke luar negeri dalam beberapa tahun mendatang.
“Hingga para perancang bisa menggantikan sistem Tochka-U di brigade darat dengan sistem Iskander-M terbaru, tak akan ada pembicaraan mengenai pengiriman massal ke luar negeri.” terang mantan Kepala Komando Pasukan Misil Strategis.
Menurut sang pakar, penjualan sistem misil Iskander-M ke Yerevan tak akan memengaruhi hubungan antara Rusia dan Azerbaijan, yang telah terlibat dalam konflik dengan Armenia sejak tahun 1994 atas pemisahan diri “republik” Nagorno-Karabakh, yang sebagian besar dunia mengakui sebagai wilayah Azerbaijan, tapi di satu sisi berada dalam protektorat atau di bawah perlindungan Armenia.
Yesin mengatakan “Moskow mendukung keseimbangan kekuatan sehingga tak ada pihak yang bertikai yang memiliki keunggulan militer. Namun, sang pakar tak menyangkal jika sistem Iskander-M mungkin akan berubah dari senjata pencegah menjadi senjata perang jika terjadi pertempuran di sekitar Nagorno-Karabakh.
Sistem Rudal Iskander-M ini dirancang untuk menghancurkan target-target kecil dalam jarak 500 kilometer dan dapat dipasangi hulu ledak nuklir. Perangkat Iskander-M untuk Yerevan jauh lebih lemah dari milik Rusia untuk penggunaan di dalam negeri. Misilnya tak bisa dilengkapi oleh hulu ledak nuklir dan jangkauan penghancurannya hanya 280 kilometer sesuai peraturan PBB mengenai transfer senjata ke luar negeri,” terang analis militer dari kantor berita TASS Kolonel (Purn.) Viktor Litovkin.
Menurut Litovkin, misil sistem Iskander-M mampu menembus semua sistem pertahanan misil yang ada. “Misil ini memiliki permukaan kecil yang menciptakan refleksi, dan sebagian besar penerbangan berada di ketinggian 50 kilometer,” terang Litovkin. “Saat ini, belum ada sistem pertahanan udara dan misil yang bisa mengalahkan Iskander, tak terkecuali sistem misil Iron Dome yang dibeli Azerbaijan dari Israel.
Menurut Litovkin, sistem pemandu Iskander-M terintegrasi dengan sejumlah sistem pengintai, mulai dari kendaraan udara tak berawak hingga satelit di orbit Bumi. “Awalnya, Moskow berencana mengirim sistem ini ke Suriah,” tambah Litovkin. “Namun, PM Israel beberapa tahun lalu berhasil meyakinkan Putin untuk tak melakukan itu”.
Litovkin menyebutkan bahwa daftar pembeli potensial sistem misil ini termasuk Belarus, Tiongkok, India, Mesir, Aljazair, dan Venezuela.
0 comments:
Post a Comment