Saat ini setiap negara yang memiliki militer yang kuat tengah berlomba-lomba melakukan riset untuk menciptakan konsep prajurit masa depan. Titik fokusnya adalah meningkatkan efisiensi prajurit dengan menciptakan kewaspadaan situasional tertinggi, informasi yang tepat, akurat, dan dapat di akses seluruh elemen tempur, letalitas yang meningkat, dan proteksi yang lebih baik. Hal ini untuk memampukan militer beroperasi dan melaksanakan operasi dengan sesedikit mungkin sumber daya.
Jerman sendiri sudah lama meluncurkan konsep prajurit masa depannya, Infanterist der Zukunft (IdZ) yang kemudian disempurnakan menjadi Infanterist der Zukunft-Erweirtertes System (IdZ-ES) atau prajurit masa depan-sistem yang lebih lengkap. Sistem IdZ-ES ini secara bertahap terus ditingkatkan dengan teknologi terbaru.
Saat ini komponen IdZ-ES terdiri dari BST (Bekleidung, Schutz und Trageausstattung) yang terdiri dari seragam tahan api, helm, goggles, dan rompi anti peluru yang ringan tetapi tetap mampu menyediakan proteksi balistik dari proyektil dan pecahan peluru. Seragam ini disesuaikan dengan banyak ventilasi untuk kondisi gurun dan tropis, serta versi yang sesuai untuk iklim dingin.
Helm prajurit IdZ-ES yang disebut Gefechtshelm dilengkapi dengan HMD (Helmet Mounted Display) yang dapat menampilkan tangkapan dari kamera yang terpasang di setiap prajurit serta dapat menampilkan kompas elektronik.
Setiap prajurit di level regu terhubung satu sama lain melalui sistem C4I berbasis komunikasi data dan suara. Komandan regu dapat melihat lokasi pasukannya dari tablet pintar yang memiliki fitur peta dan sistem manajemen pertempuran digital. Tidak hanya dapat melihat posisi, tangkapan kamera yang terpasang di tiap prajurit pun dapat ditampilkan sehingga komandan mengetahui situasi medan pertempuran secara keseluruhan.
Kalau ini masih kurang, ada mini-UAV dan robot mini yang dapat digerakkan untuk mengintai ke dalam bangunan, ke sudut-sudut titik buta, sehingga tidak perlu membahayakan nyawa prajurit. Manuver yang terjadi di level regu pun dapat diamati dari dalam kendaraan tempur seperti Puma dan Boxer, sehingga komandan regu dapat memerintahkan bantuan tembakan ke titik yang diinginkan.
Komunikasi dalam manajemen pertempuran ini terhubung sampai dengan level peleton dan batalion apabila dibutuhkan.
Sementara untuk kemampuan tempurnya Jerman tidak ingin muluk-muluk dengan menciptakan senjata super canggih yang resiko kegagalannya tinggi seperti Amerika Serikat. Jerman cukup menstandarisasi dan percaya diri dengan senapan serbu G36, senapan mesin ringan MG4, PDW HK MP7, senapan runduk G22, G28, dan G82, serta peluncur roket anti tank PzF-3.
Yang dikembangkan adalah WOO atau Waffen, Optik und Optronik alias integrasi senjata, optik, dan elektro optik.
Inisiatif ini membuahkan sejumlah sistem optik canggih untuk senjata ringan, seperti sistem bidik HuntIR buatan Diehl Defence, atau teropong bidik malam NSA80. Sejumlah optik jarak dekat dan aksesoris seperti modul penyorot laser pun dibeli. Tujuannya apalagi kalau bukan meningkatkan kemampuan deteksi dan perkenaan pertama dari tembakan prajuritnya.
Jerman menjadi satu dari sedikit negara yang mengoperasionalkan konsep prajurit masa depan. Pada 2012 Bundeswehr memesan 30 kit yang setara perlengkapan untuk 300 prajurit pada 2012 untuk melengkapi prajurit dari Brigade Infantri ke-23 yang dikirim ke Afganistan dan 60 kit pada bulan Januari 2013.
Pengerjaan riset dan produksi IdZ-ES ditangani oleh konsorsium Projekt Soldat yang dipimpin oleh Rheinmetall Defence. Militer Jerman menyebut sistem IdZ-ES yang operasional tersebut sebagai Gladius.
0 comments:
Post a Comment