Ketika
Czechoslovak Group, perusahaan konglomerasi pertahanan di Ceko dan Slovakia
mengumumkan mendapat kontrak pengadaan truk taktis Tatra dan M3 Amphibious Rig
dari Indonesia senilai US$39 juta, publik pemerhati alutsista di Tanah Air
masih ‘mencerna’ sebagai sesuatu yang lazim. Namun tatkala pengumuman tersebut
juga mencatumkan pengadaan jenis ranpur roda ban APC (Armoured Personnel
Carrier) Steyr Pandur II 8×8, sontak ini menjadi pertanyaan, mengapa untuk
panser APC amfibi masih harus impor? Padahal pemerintah bisa membeli atau fokus
mengembangkan panser Anoa 2 Amphibious yang tengah gencar dipromosikan PT
Pindad.
Dalam
artikel ini, penulis tidak bermaksud memperdalam analisa tentang pertanyaan
diatas. Boleh jadi ada pertimbangan khusus yang disyaratkan masing-masing
kesatuan untuk adopsi ranpur lapis baja beroda ban. Ambil contoh
seperti Resimen Kavaleri Korps Marinir TNI AL yang mendatangkan ranpur BTR-4M
8×8 dari Ukraina. Meski belum jelas siapa kesatuan yang akan menjadi pengguna
Pandur II, namun menarik untuk sekiranya mengintip tentang profil panser
berkemampuan amfibi, yang punya tongkrongan mirip panser Terrex 8×8 dari
Singapura.
Merujuk ke
sejarahnya, Pandur II 8×8 adalah produksi Steyr Daimler Puch, Austria. Steyr
Daimler Puch kini menjadi bagian dari General Dynamics European Land Combat
Systems. Pandur II 8×8 memang aslinya dibangun dari platform APC, dan seperti
kebanyakan ranpur jenis ini, maka Pandur memiliki beragam varian. Dengan basis
modular, Pandur II dapat di setting untuk menggunakan kubah dan tanpa kubah. Bila tampil dengan kubah senjata, Pandur II tampil sebagai IFV (Infantry
Fighting Vehicle) dengan membawa enam prajurit. Sementara bila beperan tanpa
kubah, alias sebagai APC ‘murni,’ bisa membawa dua belas prajurit.
Urusan kubah
di Pandur II banyak ragamnya, dari mulai bekal RCWS (Remote Control Weapon
System) kaliber 30 mm sampai meriam penggebuk kaliber 105 mm. Untuk proteksi,
sekujur ‘tubuh’ Pandur II dirancang sanggup menahan terjangan proyektil sampai
kaliber 12,7 mm dan 14,5 mm.
Nah, merujuk
yang ditawarkan Czechoslovak Group, maka Pandur II yang akan didatangkan ke
Indonesia adalah lisensi Excaliburarmy dari Ceko. Exaliburarmy bukan mitra baru
bagi TNI, manufaktur inilah yang memproduksi RM70 Vampire, MLRS (Multiple
Launch Rocket System) terbaru milik Korps Marinir. Excaliburarmy mulai memasok
Pandur II untuk AD Ceko pada tahun 2012 - 2013.
Dalam situs
resminya, Excaliburarmy menyebut varian Pandur II 8×8 yang dirilis menggunakan
senjata utama berupa sistem kubah RCWS Rafael Samson 12,7-30 mm, selain itu
ada juga pilihan kubah mortir 120 mm. Masih dari kubah, ada senjata secondary
berupa senapan mesin FN Herstal MK44 kaliber 7,62 mm. Daya gebuk Pandur II 8×8
kian terasa berkat pilihan adopsi rudal anti tank Spike. Sebagai informasi,
sistem kubah RCWS Rafael berasal dari Israel.
Pada varian
IFV RCWS Rafael Samson jumlah awaknya adalah empat personel, dan dapat membawa
7 pasukan infanteri. AD Ceko sampai saat ini mengoperasikan 72 unit versi IFV
(RCWS Samson 30 mm), 11 unit versi command post, 8 unit versi reconnaissance
vehicles, 4 unit versi ambulance, dan 4 unit versi engineer.
Spesifikasi
Pandur II 8×8
– Length:
7,5 meter
– Width:
2,67 meter
– Height:
2,1 meter
– Weight:
17.6 T (with anti-bullet protection) / 22 T (with additional protection)
– Engine:
diesel Cummins EURO III, 455 hp(335 kW)
–
Suspension: wheeled 8×8
–
Operational range: 700 km
– Speed: 105
km/h (road) with spead limit, 115 km/h without speed limit
– Speed
Swim: 10 km/h
– Max
climbing: 70%
– Fording:
1,5 meter
0 comments:
Post a Comment