Pentagon
Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan kesimpulan investigasi serangan udara
koalisi yang dipimpin AS pada 17 September, yang menewaskan 62 tentara rezim
Suriah. Kesimpulan itu menyatakan bahwa serangan terjadi karena faktor “human
error” dan “tidak di sengaja”.
Dalam
serangan udara saat itu, pesawat-pesawat tempur koalisi AS bukannya menyerang
militan ISIS tapi justru menargetkan pasukan Suriah loyalis rezim Presiden
Bashar al-Assad. Sekitar 100 tentara Suriah lainnya terluka dalam serangan
tersebut.
Serangan
mematikan itu telah memicu Rusia yang merupakan sekutu rezim Assad meminta Dewan Keamanan PBB
menggelar rapat darurat. Rapat digelar di tengah ketegangan AS dan Rusia yang
semakin memanas.
Brigadir
Jenderal Richard Coe, yang memimpin penyelidikan Pentagon, mengatakan kepada
wartawan dalam konferensi pada hari Selasa bahwa telah terjadi kesalahan utama,
yakni kesalahan mengidentifikasi target. Dia juga mengakui ada komunikasi
blunder pada hotline AS dengan Rusia.
Meski telah
membunuh 62 tentara rezim Suriah, Coe tetap membela personel koalisi yang
terlibat serangan udara. ”Mereka orang-orang baik yang mencoba untuk melakukan
hal yang benar,” katanya, seperti dikutip Reuters, Rabu (30/11/2016).
Kesalahan
fatal koalisi AS ini menunjukkan lemahnya informan koalisi AS di wilayah
Suriah. Coe mengakui bahwa pasukan koalisi yang dipimpin AS mengira pasukan
rezim Suriah sebagai ISIS karena mereka tidak mengenakan seragam militernya. Meski
mengklaim tidak sengaja dan telah diperingatkan Rusia, koalisi AS tetap
melanjutkan serangan fatal itu. Moskow menegaskan bahwa mereka sudah mencoba
memberi tahu koalisi AS bahwa target yang mereka serangan bukannya kelompok
ISIS tapi justru pasukan Suriah.
Ini jelas
kesempatan yang terlewatkan untuk dapat membatasi kerusakan dari kesalahan,”
ujar Coe, yang mengakui kesalahan dari serangan koalisi AS. Serangan itu
dilakukan pesawat AS, Inggris, Australia dan Denmark yang menembakkan ratusan
amunisi pada basis pasukan Suriah di dekat Deir al-Zor.
0 comments:
Post a Comment