Thursday, 24 November 2016

Melihat Peta Kekuatan Bomber Nuklir Amerika

Seperti diketahui, ada tiga unsur serangan nuklir yang ada sekarang ini, yakni serangan dari sistem berbasis darat, serangan dari laut yang diakukan dengan kapal selam, dan serangan udara dengan menggunakan pembom strategis. Sejauh ini hanya Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki tiga kemampuan ini. Kira-kira bagaiamana kekuatan bomber Amerika?

Menurut data dari Departemen Data Negara AS, per 1 Januari 2016, saat ini ada 12 B-2 Spirit dan 73 pembom B-52H Stratofortress dalam layanan. Masih ada bomber lain, yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai bomber strategis B-1B Lancer, namun pesawat itu kemungkinan tidak ada membawa senjata nuklir dan telah dikeluarkan dari daftar.

Mari kita mulai dengan B-52H. Meskipun Pesawat ini tergolong tua karena diproduksi pada tahun 1960, namun masih dioperasikan oleh AS hingga sekarang. mengingat sudah lebih dari lima puluh tahun yang lalu pesawat ini dibuat, praktis hanya jadi pembawa rudal jelajah strategis di Angkatan Darat AS.


Pesawat ini membawa rudal ALCM AGM-86b dengan rentang mengudara lebih dari 2.400 kilometer. Ada juga modifikasi rudal presisi non-nuklir dalam pelayanan, yang mencapai target mereka pada jarak hingga 1.200 kilometer. Hal ini membuat B-52 menjadi pesawat utama pencegahan nuklir.

Adapun B-2 Spirit, adalah pesawat paling canggih dan mahal di dunia. Pesawat ini pertama kali masuk ke layanan awal 1994. Sebanyak 21 bomber diproduksi dengan harga satu bomber adalah US$ 2,1 miliar. Dengan uang fantastis ini Amerika Serikat memperoleh sebuah pesawat paling Stealth. Bahkan informasi yang beredar radar cross section B-2 masih ada di bawah F-22 Raptor dan F-35. Padahal secara ukuran B-2 jauh lebih besar.


Awalnya, pesawat ini akan digunakan untuk memasuki area pertahanan udara musuh untuk menyerang. Namun, radar modern Rusia yang mampu mendeteksi target dengan RCS rendah akan menjadi ancaman serius bagi mereka. Mengingat fakta bahwa B-2 hanya dilengkapi dengan bom nuklir free-fall, dan tidak membawa rudal jelajah strategis, serangan yang efektif pada lawan seperti Rusia tampaknya sangat tidak mungkin.

Misalnya, sistem rudal pertahanan S-400 Rusia bisa mendeteksi target “biasa” pada jarak sampai enam ratus kilometer. Bahkan jika B-2 terlihat pada jarak hanya 200 atau 100 kilometer, pesawat tidak akan berhasil menjatuhkan bom ke target yang dituju. Jet tempur seperti Su-30SM, Su-35S dan MiG-31BM juga dapat terlibat dengan mengejar dan menghancurkan pesawat tersebut.

Ini adalah fakta yang membuat B-2 menjadi siluman yang agak canggung meskipun harganya fantastis, peran aktual dalam hipotetis konflik nuklir global akan diabaikan. Pesawat ini lebih cocok (dan sering digunakan) untuk serangan non-nuklir dalam konflik lokal.

Akhirnya ada B-1B Lancer. Jika dilihat dari luar, pesawat ini memiliki kemiripan dengan Tu-160 Rusia. Pesawat tidak memiliki kecepatan supersonic, kecepatan tertinggi mungkin 1,25 Mach (25 persen lebih cepat dari kecepatan suara). Pesawat membawa rudal SRAM AGM-69 dengan rentang hanya 160 kilometer, yang jelas di bawah rudal jelajah Soviet.


Awalnya pesawat ini mampu membawa bom nuklir yang dijatuhkan secara bebas, dan kemudian pesawat tidak mampu membawa senjata nuklir sama sekali.
Ini adalah alasan mengapa B-1B hilang dari daftar New Start Treaty. Namun demikian, akan ada kemungkinan untuk pesawat kembali bisa membawa bom nuklir dan tidak akan membutuhkan modifikasi serius. Tetapi masalah lain adalah bahwa bom free fall tidak mudah untuk dibawa jauh ke dalam wilayah Rusia dan China, bahkan untuk B-2 saja sulit apalagi B-1. Hampir mustahil untuk melakukannya.

Berbicara tentang prospek, pembom strategis baru saat ini sedang dikembangkan sebagai bagian dari program Long Range Strike Bomber (LRS-B) yang dikenal sebagai B-21, akan dibangun dalam skema sayap terbang seperti B-2.
Persyaratan utama untuk pesawat tersebut adalah kemampuan siluman lebih tinggi, dengan direncanakan harga per pesawat sejauh ini adalah US$564 juta. Northrop Grumman akan menerima total US$ 80 miliar untuk pengembangan dan memproduksi 100 pembom baru.


Produksi akan dimulai pada pertengahan 2020-an. B-21 akan mengganti seluruh B-52H dan B-1B. Pembom baru, tampaknya, akan membawa rudal jelajah canggih yang dikembangkan sebagai bagian dari program LRSO (long-range standoff weapon). Tetapi informasi tentang karakteristik senjata tersebut masih rahasia.

0 comments:

Post a Comment