Seperti
diketahui, ada tiga unsur serangan nuklir yang ada sekarang ini, yakni serangan
dari sistem berbasis darat, serangan dari laut yang diakukan dengan kapal
selam, dan serangan udara dengan menggunakan pembom strategis. Sejauh ini
hanya Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki tiga kemampuan ini. Kira-kira bagaiamana
kekuatan bomber Amerika?
Menurut data dari Departemen Data Negara AS, per 1 Januari 2016, saat ini ada 12 B-2 Spirit dan
73 pembom B-52H Stratofortress dalam layanan. Masih ada bomber lain, yang
sebelumnya diklasifikasikan sebagai bomber strategis B-1B Lancer, namun pesawat
itu kemungkinan tidak ada membawa senjata nuklir dan telah dikeluarkan dari
daftar.
Mari kita
mulai dengan B-52H. Meskipun Pesawat ini tergolong tua karena diproduksi pada tahun 1960, namun masih dioperasikan oleh AS hingga sekarang. mengingat sudah lebih dari lima puluh tahun yang lalu pesawat ini dibuat, praktis hanya jadi pembawa rudal jelajah
strategis di Angkatan Darat AS.
Pesawat ini
membawa rudal ALCM AGM-86b dengan rentang mengudara lebih dari 2.400 kilometer. Ada
juga modifikasi rudal presisi non-nuklir dalam pelayanan, yang mencapai target
mereka pada jarak hingga 1.200 kilometer. Hal ini membuat B-52 menjadi pesawat
utama pencegahan nuklir.
Adapun B-2
Spirit, adalah pesawat paling canggih dan mahal di dunia. Pesawat ini pertama
kali masuk ke layanan awal 1994. Sebanyak 21 bomber diproduksi dengan harga
satu bomber adalah US$ 2,1 miliar. Dengan uang fantastis ini Amerika Serikat
memperoleh sebuah pesawat paling Stealth. Bahkan informasi yang beredar radar
cross section B-2 masih ada di bawah F-22 Raptor dan F-35. Padahal secara ukuran
B-2 jauh lebih besar.
Awalnya,
pesawat ini akan digunakan untuk memasuki area pertahanan udara musuh untuk
menyerang. Namun, radar modern Rusia yang mampu mendeteksi target dengan RCS
rendah akan menjadi ancaman serius bagi mereka. Mengingat fakta bahwa B-2 hanya
dilengkapi dengan bom nuklir free-fall, dan tidak membawa rudal jelajah
strategis, serangan yang efektif pada lawan seperti Rusia tampaknya sangat
tidak mungkin.
Misalnya,
sistem rudal pertahanan S-400 Rusia bisa mendeteksi target “biasa” pada jarak
sampai enam ratus kilometer. Bahkan jika B-2 terlihat pada jarak hanya 200 atau
100 kilometer, pesawat tidak akan berhasil menjatuhkan bom ke target yang
dituju. Jet tempur seperti Su-30SM, Su-35S dan MiG-31BM juga dapat terlibat
dengan mengejar dan menghancurkan pesawat tersebut.
Ini adalah
fakta yang membuat B-2 menjadi siluman yang agak canggung meskipun harganya
fantastis, peran aktual dalam hipotetis konflik nuklir global akan diabaikan.
Pesawat ini lebih cocok (dan sering digunakan) untuk serangan non-nuklir dalam
konflik lokal.
Akhirnya
ada B-1B Lancer. Jika dilihat dari luar, pesawat ini memiliki kemiripan dengan Tu-160 Rusia. Pesawat tidak memiliki kecepatan supersonic,
kecepatan tertinggi mungkin 1,25 Mach (25 persen lebih cepat dari kecepatan
suara). Pesawat membawa rudal SRAM AGM-69 dengan rentang hanya 160 kilometer,
yang jelas di bawah rudal jelajah Soviet.
Awalnya
pesawat ini mampu membawa bom nuklir yang dijatuhkan secara bebas, dan kemudian
pesawat tidak mampu membawa senjata nuklir sama sekali.
Ini adalah
alasan mengapa B-1B hilang dari daftar New Start Treaty. Namun demikian, akan
ada kemungkinan untuk pesawat kembali bisa membawa bom nuklir dan tidak akan
membutuhkan modifikasi serius. Tetapi masalah lain adalah bahwa bom free fall tidak mudah untuk dibawa jauh ke dalam wilayah Rusia dan China, bahkan untuk B-2
saja sulit apalagi B-1. Hampir mustahil untuk melakukannya.
Berbicara
tentang prospek, pembom strategis baru saat ini sedang dikembangkan sebagai
bagian dari program Long Range Strike Bomber (LRS-B) yang dikenal sebagai B-21,
akan dibangun dalam skema sayap terbang seperti B-2.
Persyaratan
utama untuk pesawat tersebut adalah kemampuan siluman lebih tinggi, dengan direncanakan harga per pesawat sejauh ini adalah US$564 juta.
Northrop Grumman akan menerima total US$ 80 miliar untuk pengembangan dan
memproduksi 100 pembom baru.
Produksi
akan dimulai pada pertengahan 2020-an. B-21 akan mengganti seluruh B-52H dan
B-1B. Pembom baru, tampaknya, akan membawa rudal jelajah canggih
yang dikembangkan sebagai bagian dari program LRSO (long-range standoff weapon).
Tetapi informasi tentang karakteristik senjata tersebut masih rahasia.
0 comments:
Post a Comment