Perusahaan
militer asal Jerman Rheinmetall Defence meluncurkan prototipe senjata yang
dirancang khusus untuk menghancurkan tank T-14 Armata dan modifikasi terbaru
T-90. Rheinmetall
Defence telah memamerkan model senjata baru yang terutama dikembangkan untuk
menghancurkan tank T-14 Armata dan T-90.
Defense Update melaporkan, senjata 130
mm siap dipasang ke tank baru yang tengah dikembangkan Jerman dan Prancis
sebagai pengganti tank tempur Leopard 2 dan Leclerc. Demonstrasi
teknis senjata ini pertama kali diadakan pada Mei 2016 lalu. Situs IHS Jane’s
360 menyebutkan, kemampuan meriam itu mulai diuji di lapangan tembak
Rheinmetall usai dipamerkan pada Pameran Pertahanan dan Keamanan Internasional
Eurosatory 2016.
Saat ini,
Rheinmetall Defence tengah sibuk menciptakan proyektil khusus penembus perisai
untuk senjata ini. Menurut keterangan perusahaan, senjata ini dilengkapi dengan
sistem peluncur yang disempurnakan dan inti wolfram atau tungsten yang
diperpanjang. Meski
begitu, para pakar Rusia berpendapat bahwa kemampuan senjata tersebut mustahil
untuk dievaluasi sebelum uji coba proyektil dilaksanakan.
Jerman mulai
mempertimbangkan memodernisasi tank Leopard 2 setelah Rusia memamerkan platform
tempur “Armata” dan tank T-14 yang dibuat berdasarkan platform itu. Kendaraan
tempur terbaru milik Rusia ini mampu bertahan dan memiliki potensi tempur lebih
unggul daripada tank buatan negara-negara lain.
Kini,
berlatar belakang persiapan pemasokkan T-14 ke dalam barisan tentara Rusia,
Prancis dan Jerman menggelar pembicaraan bilateral yang tidak hanya membahas
mengenai pengembangan meriam artileri generasi terbaru, tapi juga rencana
penggantian tank kelas berat jenis “Leopard” dan “Leclerc”.
Sebelumnya,
sebagaimana yang dilaporkan majalah urusan luar negeri AS National Interest,
para ahli militer menunjukkan bahwa tank “Leopard 2” milik Jerman, yang
dianggap sebagai salah satu tank terbaik di dunia, nyatanya tidak memiliki
proyektil yang mampu menembus lapis baja tank T-80, T-90 dan T-14 “Armata” buatan
Rusia. Namun,
Jerman kini tengah bekerja secara aktif untuk mengatasi masalah tersebut, baik
dengan mengadaptasikan proyektil-proyektil buatan Amerika pada tank-tank mereka
maupun dengan mengembangkan amunisi uranium terdeplesi (uranium yang mempunyai
kadar isotop U235 yang lebih rendah dari uranium alam) mereka sendiri,
tulis National Interest.
Meskipun
Rheinmetall Defence menghadirkan meriam terbarunya sebagai perangkat militer
untuk melawan platform “Armata” milik Rusia, hingga kini belum diketahui apakah
meriam tersebut benar-benar dapat secara efektif melawan teknologi terbaru
buatan Rusia.
“Meriam 130
mm terbaru milik Jerman sedang dalam proses pembangunan dan belum diketahui
apakah senjata tersebut memang benar-benar mampu menembus lapis baja tank
Rusia,” kata Pemimpin Redaksi majalah National Defense Igor Korotchenko ketika
di wawancarai. Korotchenko
menekankan bahwa saat ini proyektil meriam yang dimaksud belum diciptakan.
Pemberitaan mengenai keunggulannya terhadap tank Rusia tak lebih sebagai upaya
produsen untuk mengiklankan produknya.
Menurut
salah satu narasumber, para ahli di kompleks industri militer
belum memberikan keputusan akhir mengenai meriam baru buatan Jerman tersebut.
“Saat ini, kami telah mengirimkan perwakilan kami untuk melakukan tinjauan,”
kata narasumber.
Pada April
2016, Kementerian Pertahanan Rusia telah menandatangani kontrak pembelian
seratus unit tank dengan platform “Armata”. Menurut Direktur Umum perusahaan
Ulravagonzavod Vyacheslav Khalitov, Angkatan Bersenjata Rusia akan menerima
seri pertama yang terdiri dari seratus unit tank T-14 pada 2017 - 2018
mendatang.
0 comments:
Post a Comment