Monday, 28 November 2016

Pola Penyaluran Logistik Ke Pos-Pos Terpencil TNI Mungkin Dievaluasi


Bercermin dari kecelakaan penerbangan pada helikopter Bell-412 EP Pusat Penerbangan TNI AD nomor registrasi HA-5166 di sekitar Long Sulit, Kalimantan Utara, maka pola dan metode penyaluran logistik ke pos-pos militer yang sulit dijangkau mungkin akan dievaluasi. 

Seusai tim SAR darat gabungan bergerak ke titik di mana helikopter buatan Amerika Serikat itu jatuh, helikopter akhirnya ditemukan di hutan pegunungan sekitar lima kilometer dari Desa Long Sulit, Kecamatan Krayan, Kabupaten Malinau, pada pukul 14.22 WIB Minggu (27/11/2016), dan satu korban dinyatakan selamat, yakni Letnan Satu CPN Abdi Darnain.

Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigadir Jenderal TNI Sabrar Fadhilah, di Jakarta, Minggu malam, menyatakan, “Evaluasi tentang ini juga bagian dari kegiatan menyeluruh terkait pendorongan logistik ke tempat yang sulit.”
Menurut dia, banyak bagian dan pelosok Nusantara yang sangat sulit dijangkau, baik melalui laut, darat, ataupun udara. “Tapi itulah negeri kita ada bagian-bagian yang keadaannya khas dan sulit. Tentu ini menjadi bagian dari evaluasi.”

Dia memberi gambaran tentang lokasi di mana Bell-412 EP nomor registrasi HA-5166 itu ditemukan, “Bahkan memakai telefon satelit saja sangat sulit. Hutan belantaranya sangat rapat dan cuaca sangat buruk serta berubah-ubah cepat.”

Indonesia memiliki ribuan kilometer perbatasan darat dengan negara-negara tetangga, yang tidak semuanya berupa dataran, karena ada yang berupa rawa-rawa, sungai-sungai, serta pegunungan terjal dengan temperatur sangat ekstrem. Menurut UU Nomor 34/2004, adalah tugas TNI untuk menjaga dan mengamankan seluruh garis perbatasan negara ini.

Jenazah Sersan Satu Bayu S Putra akan Dimakamkan di Dumai
Keluarga Sersan Satu Bayu Sadeli Putra, prajurit yang tewas dalam kecelakaan helikopter TNI AD, di Kalimantan Utara, menyatakan, akan memakamkan jenazah bintara TNI AD itu di Dumai dalam satu upacara militer. Sang ibunda, Delima, saat ditemui di Dumai, Senin, sangat kehilangan putra ke tujuh dari sembilan anaknya itu. Putra meninggalkan keluarga besar, serta seorang isteri dan dua anak berusia lima tahun dan satu bayi.

"Kalau bisa dimakamkan di sini (Dumai) karena dia besar dan dilahirkan di Dumai, keluarga sangat kehilangan," kata Delima, di kediamannya di RT 09 Gang Pusaka Jalan Bintan, Kecamatan Dumai Kota.

Ia mengatakan, kabar duka itu diterima mereka dari istri almarhum, di Jakarta.
Hal itu mengagetkan keluarga besar di Dumai karena Delima dan keluarga pada Rabu (23/11/2016), sempat berkomunikasi lewat telepon dengan Putra untuk menanyakan kabar kondisi. Saat itu, Delima mengatakan tidak ada firasat buruk bakal menimpa anaknya itu.

Namun, sang adik bungsu yang bernama Indah, Kamis malam (24/11/2016), atau tepat hari kecelakaan terjadi, mengaku sempat berfirasat buruk didatangi abangnya dalam keadaan berdarah di bagian kepala. "Sempat juga komunikasi lewat pesan seluler, dan pada Kamis malam ada firasat buruk didatangi abang dalam keadaan berdarah, tapi ini tidak saya sampaikan ke keluarga lain takut nanti ada yang khawatir," kata Indah.

Putra lahir dan bersekolah di Dumai hingga SMA-nya. Sejak kecil dia memang punya keinginan kuat menjadi seorang tentara, sehingga orangtua juga mendukung meski awalnya ibunda sempat menolak. Sampai akhirnya Putra berdinas di TNI AD dengan posisi terakhir sebagai bintara komunikasi di Kompi Markas Skuadron 13/Serbu, Pusat Penerbangan TNI AD.

Saat berita ini disusun dan disiarkan, personel TNI AD sejawat Putra sudah hadir di rumah duka, sebagaimana para tetangga. Tenda juga sudah didirikan untuk menyambut kedatangan jasad ini untuk melihat terakhir kali dan diselenggarakan pemakaman.
Diketahui, helikopter Bell 412EP dengan nomor registrasi penerbangan HA-5166 dari Pusat Penerbangan TNI AD hilang dalam tugas pengiriman logistik dari Bandara Juwata, Tarakan, menuju Long Bawan, Kecamatan Krayan, di Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (24/11/2016).


0 comments:

Post a Comment