Bercermin
dari kecelakaan penerbangan pada helikopter Bell-412 EP Pusat Penerbangan TNI
AD nomor registrasi HA-5166 di sekitar Long Sulit, Kalimantan Utara, maka pola
dan metode penyaluran logistik ke pos-pos militer yang sulit dijangkau mungkin
akan dievaluasi.
Seusai tim
SAR darat gabungan bergerak ke titik di mana helikopter buatan Amerika Serikat
itu jatuh, helikopter akhirnya ditemukan di hutan pegunungan sekitar lima kilometer dari Desa Long Sulit, Kecamatan Krayan, Kabupaten Malinau, pada pukul 14.22 WIB Minggu (27/11/2016), dan satu korban dinyatakan selamat, yakni Letnan Satu CPN Abdi Darnain.
Kepala Dinas
Penerangan TNI AD, Brigadir Jenderal TNI Sabrar Fadhilah, di Jakarta, Minggu
malam, menyatakan, “Evaluasi tentang ini juga bagian dari kegiatan menyeluruh
terkait pendorongan logistik ke tempat yang sulit.”
Menurut dia,
banyak bagian dan pelosok Nusantara yang sangat sulit dijangkau, baik melalui
laut, darat, ataupun udara. “Tapi itulah negeri kita ada bagian-bagian yang
keadaannya khas dan sulit. Tentu ini menjadi bagian dari evaluasi.”
Dia memberi
gambaran tentang lokasi di mana Bell-412 EP nomor registrasi HA-5166 itu
ditemukan, “Bahkan memakai telefon satelit saja sangat sulit. Hutan
belantaranya sangat rapat dan cuaca sangat buruk serta berubah-ubah cepat.”
Indonesia
memiliki ribuan kilometer perbatasan darat dengan negara-negara tetangga, yang
tidak semuanya berupa dataran, karena ada yang berupa rawa-rawa, sungai-sungai,
serta pegunungan terjal dengan temperatur sangat ekstrem. Menurut UU
Nomor 34/2004, adalah tugas TNI untuk menjaga dan mengamankan seluruh garis perbatasan negara ini.
Jenazah
Sersan Satu Bayu S Putra akan Dimakamkan di Dumai
Keluarga
Sersan Satu Bayu Sadeli Putra, prajurit yang tewas dalam kecelakaan helikopter
TNI AD, di Kalimantan Utara, menyatakan, akan memakamkan jenazah bintara TNI AD
itu di Dumai dalam satu upacara militer. Sang ibunda,
Delima, saat ditemui di Dumai, Senin, sangat kehilangan putra ke tujuh dari
sembilan anaknya itu. Putra meninggalkan keluarga besar, serta seorang isteri
dan dua anak berusia lima tahun dan satu bayi.
"Kalau
bisa dimakamkan di sini (Dumai) karena dia besar dan dilahirkan di Dumai,
keluarga sangat kehilangan," kata Delima, di kediamannya di RT 09 Gang
Pusaka Jalan Bintan, Kecamatan Dumai Kota.
Ia
mengatakan, kabar duka itu diterima mereka dari istri almarhum, di Jakarta.
Hal itu
mengagetkan keluarga besar di Dumai karena Delima dan keluarga pada Rabu
(23/11/2016), sempat berkomunikasi lewat telepon dengan Putra untuk menanyakan kabar
kondisi. Saat itu, Delima mengatakan tidak ada firasat buruk bakal menimpa
anaknya itu.
Namun, sang
adik bungsu yang bernama Indah, Kamis malam (24/11/2016), atau tepat hari kecelakaan
terjadi, mengaku sempat berfirasat buruk didatangi abangnya dalam keadaan
berdarah di bagian kepala. "Sempat
juga komunikasi lewat pesan seluler, dan pada Kamis malam ada firasat buruk
didatangi abang dalam keadaan berdarah, tapi ini tidak saya sampaikan ke
keluarga lain takut nanti ada yang khawatir," kata Indah.
Putra lahir
dan bersekolah di Dumai hingga SMA-nya. Sejak kecil dia memang punya keinginan
kuat menjadi seorang tentara, sehingga orangtua juga mendukung meski awalnya
ibunda sempat menolak. Sampai
akhirnya Putra berdinas di TNI AD dengan posisi terakhir sebagai bintara
komunikasi di Kompi Markas Skuadron 13/Serbu, Pusat Penerbangan TNI AD.
Saat berita
ini disusun dan disiarkan, personel TNI AD sejawat Putra sudah hadir di rumah
duka, sebagaimana para tetangga. Tenda juga sudah didirikan untuk menyambut
kedatangan jasad ini untuk melihat terakhir kali dan diselenggarakan pemakaman.
Diketahui,
helikopter Bell 412EP dengan nomor registrasi penerbangan HA-5166 dari Pusat
Penerbangan TNI AD hilang dalam tugas pengiriman logistik dari Bandara Juwata,
Tarakan, menuju Long Bawan, Kecamatan Krayan, di Nunukan, Kalimantan Utara,
Kamis (24/11/2016).
0 comments:
Post a Comment