Sunday, 27 November 2016

Proxy War, Perang Yang Ditakuti Jenderal Gatot Terjadi Di Indonesia


Dalam beberapa kesempatan, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmatyo kerap kali memberikan pernyataan mengenai bahayanya proxy war. Perang tanpa bentuk, tak jelas siapa kawan maupun lawan. Ketakutan itu sudah pernah diungkapkannya pertama kali saat masih menjabat sebagai Panglima Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad). Menurutnya, proxy war adalah kekuatan besar yang memainkan perannya secara tidak langsung melalui pihak ketiga.

Melalui perang proxy, tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan dari jauh," kata Gatot saat memberikan kuliah umum di Aula Barat ITB Bandung, Rabu (30/4/2014) lalu.

Gatot mengatakan, perang proxy merupakan kepanjangan tangan suatu negara berupaya mendapatkan kepentingan strategisnya. Namun demi menghindari keterlibatan secara langsung dengan melakukan perang yang mahal dan berdarah.
Perang ini, kita tidak dapat mengenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan, karena musuh sendiri mengendalikan non state actors dari jauh," kata Gatot kepada ribuan mahasiswa baru Universitas Indonesia (UI) di gedung Balairung, UI, Depok, Senin(1/8).

Menurut Gatot, perang proxy itu seperti saat Timor Timur lepas dari NKRI, yang dimulai dengan adanya pemberontakan bersenjata, perjuangan diplomasi hingga munculnya referendum.

Sebenarnya proxy war ini merupakan konspirasi untuk mengeksplorasi minyak dan gas di laut Timor. Minyak di laut Timor berada di garis tengah antara Timor Leste dan Australia sehingga menarik perhatian pemerintah Australia sejak tahun 1960-an. Kita juga pernah kalah, saat perang proxy mempertahankan Timor Leste," papar Gatot. Jenderal bintang empat tersebut berpesan kepada seluruh mahasiswa baru di depannya untuk belajar mempertahankan NKRI dengan meraih cita-cita.

Ajak teman-teman kalian untuk meraih mimpi bersama. Apapun mimpimu pasti akan tercapai, saling mendukung satu sama lain, lakukan semuanya dengan hati. Belajar dari perang Proxy kemarin, agar kesatuan NKRI tidak terpecah belah kembali," pungkasnya.

Di Indonesia, jelasnya, proxy war sudah berlangsung dalam beragam bentuk. Selain gerakan separatis, upaya tersebut dilakukan melalui sejumlah jurus. Di antaranya demonstrasi massa, sistem regulasi yang merugikan, maupun bentrok antar kelompok.
Demonstrasi yang membawa tuntutan tidak masuk akal dan bersifat memaksa misalnya patut dicurigai sebagai indikasinya proxy war di Indonesia," jelasnya.

Di luar kejadian antar kelompok, banyaknya bentrok di Tanah Air di kalangan pelajar hingga mahasiswa juga menyita perhatian jenderal bintang empat kelahiran Tegal itu. "Apakah pertikaian antar kelompok yang terjadi di Indonesia bukan sengaja diciptakan dan didesain oleh aktor dalam negeri yang dikendalikan oleh negara lain," jelasnya.


Sebagai solusinya, semua komponen perlu back to basic. Memahami bahwa cinta dan kepedulian terhadap kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi di atas segala-galanya!

Sumber: Merdeka.com

0 comments:

Post a Comment