Saturday, 12 November 2016

AS Siapkan Rp 221 Triliun Untuk Ciptakan Rudal Pengecoh S-400


Angkatan Udara AS telah merilis sebuah proposal permintaan untuk Program rudal jelajah nuklir baru Long Range Standoff (LRSO). Rudal ini diharapkan mampu untuk mengecoh sistem pertahanan udara S-300 dan S-400 Rusia.
”Long Range Standoff (LRSO) dimaksudkan untuk berfungsi sebagai elemen penting dari persenjataan nuklir militer AS,” kata Letnan Jenderal Jack Weinstein, Wakil Kepala Staf Pencegahan Strategis dan Integrasi Nuklir dalam wawancaranya dengan situs militer Scout Warrior.

Angkatan Udara AS tampaknya khawatir tentang rudal yang diluncurkan dari udara atau Air Launched Cruise Missile (ALCM) AGM-86b yang sudah tua tidak dapat mengecoh sistem pertahanan udara canggih Rusia S-300 dan S-400.
“Akibatnya, evolusi cepat dari jaringan, lagi range yang lebih baik, pertahanan udara digital menggunakan kekuatan pemrosesan komputer lebih cepat akan terus membuat platform serangan siluman lebih rentan. saat ini dan muncul pertahanan udara, seperti S-300 dan S-400 buatan Rusia yang menggunakan radar frekuensi rendah yang dapat mendeteksi sebuah pesawat musuh di sekitarnya dan frekuensi lebih tinggi yang memungkinkan pertahanan udara untuk mendeteksi target di lebih jauh ” tulis Scout Warrior.

“Para pejabat Rusia dan laporan pers telah berulang kali menyatakan pertahanannya dapat mendeteksi dan menargetkan pesawat siluman, namun beberapa pengamat AS percaya Rusia sering melebih-lebihkan kemampuan militer. Meskipun demikian, banyak pengembang senjata dan platform siluman AS menganggap pertahanan udara buatan Rusia sangat serius,” lanjutnya.
Oleh karena itu Angkatan Bersenjata AS berharap bahwa rudal LRSO baru dengan kemampuan nuklir akan menjadi senjata atau platform yang mampu menembus pertahanan udara berteknologi tinggi.

B-52 Menembakkan ALCM
LRSO ditetapkan untuk menggantikan AGM-86b yang saat ini bisa ditembakkan dari B-52. Senjata ini mulai dibangun pada awal 1980. Berbeda dengan ALCM, LRSO akan dikonfigurasi agar bisa ditembakkan B-2 dan B-21. Baik ALCM dan LRSO dirancang untuk menembakkan senjata konvensional dan nuklir.

ALCM AGM-86B
Menurut sebuah laporan di situs dalam Pertahanan, Angkatan Udara bermaksud untuk membeli 1.000 rudal jelajah baru. Program ini diperkirakan akan menghabiskan anggaran US$17 miliar atau sekitar Rp221triliun.
Rudal jelajah babru ini akan membawa hulu ledak versi diperbarui W80 yang digunakan pada ALCM saat ini dan akan disebut sebagai W80-4 dan akan mulai diproduksi pada tahun 2025. LRSO sendiri diharapkan akan masuk ke layanan pada 2030.

0 comments:

Post a Comment