Jerman
dikabarkan di ambang pintu untuk memutuskan mengganti sistem pertahanan udara
jarak pendek. Jika disetujui, tindakan ini akan menjadi awal dari
program pengadaan senjata senilai sekitar US$490 juta atau sekitar Rp6,5
triliun selama 5-10 tahun ke depan dengan kemunginan akan ada tambahan di tahap
berikutnya untuk memasukkan radar baru dan laser.
Berlin
dilaporkan melirik sistem pertahanan udara yang dibangun produsen senjata Diehl
Defense Jerman yang dikembangkan untuk Swedia.
Sistem ini
dilengkapi dengan dual-cab tracked vehicle dan dibangun bersama BAE System di
atas Kendaraan Hagglunds AB, dan varian dari rudal IRIS-T. Jerman telah
menggunakan IRIS-T pada jet tempur Eurofighter Typhoon dan perubahan software
memungkinkan rudal beradaptasi untuk peluncuran darat.
Tahun lalu
para pejabat militer dari Jerman dan Amerika Serikat mengakui bahwa Eropa
sedang mengalami kesenjangan senjata pertahanan udara jarak pendek atau
short-range air defense (SHORAD), termasuk ketidakmampuan untuk mempertahankan
diri dari drone.
Setelah
pertemuan, Kepala akuisisi Angkatan Darat Katrina McFarland mengatakan kepada
Defense News bahwa situasi tidak buruk tetapi harus diambil langkah untuk
membuat kemajuan pesat.
“Kita lebih
baik dari yang kita pikirkan dan sehingga kita memiliki setidaknya kemungkinan
bergerak sangat cepat,“ katanya,
”Dan di mana kita memiliki kesenjangan, kita
sudah mulai menyediakan solusi teknologi baik secara internasional maupun
organik ke Amerika Serikat.”
Dalam kertas putih yang disusun pada tahun 2016,
Berlin membuat pertahanan rudal menjadi prioritas utama, berkolaborasi dengan
pasukan Belanda untuk lebih mengatur rudal dan sistem pertahanan udara NATO. Fokus ini
semakin tinggi setelah tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk meningkatkan
pengeluaran militer.
Saat ini,
Jerman berencana untuk membeli 16 unit peralatan baru untuk rudal jarak pendek.
Sebuah alternatif selain Diehl adalah sistem yang dibangun oleh produsen
senjata yang berbasis di AS, Raytheon yang disebut Network Centric Air Defence
System.
Menurut
Raytheon, senjata ini telah dijual ke Spanyol, Belanda, Norwegia, Finlandia,
Oman dan Amerika Serikat, dan merupakan hasil dari upaya kolaboratif dengan
Kongsberg Gruppen dari Norwegia. Slovakia dan Belgia juga dilaporkan mencari
untuk memperluas kemampuan rudal jarak pendek mereka.
0 comments:
Post a Comment