Thursday, 26 January 2017

Media China Sebut Rudal DF-41 di Dekat Rusia Ditujukan untuk Trump


Surat kabar China,Global Times, menyebut pengerahan rudal balistik antarbenua (ICBM) Dongfeng 41 atau DF-41 di dekat perbatasan Rusia sebagai “pesan nuklir” untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Rusia sendiri mengaku tidak terancam dengan pengerahan rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir tersebut.

Menurut laporan surat kabar berbahasa Inggris tersebut, pemerintah China memang telah mengerahkan senjata canggih ke Heilongjiang, provinsi paling utara negara tersebut yang berbatasan dengan Rusia.

Rudal DF-41 dikenal sebagai rudal dengan jangkauan tembak maksimal 12.000km hingga 15.000km. Jangkauan itu, secara teoritis, membuat China bisa menyerang di wilayah mana saja di AS.

Rudal DF-41, lanjut laporan itu, sejatinya sudah dikerahkan sejak bulan lalu setelah AS, Jepang dan Korea Selatan menggelar latihan militer gabungan untuk menanggapi ancaman rudal dari Korea Utara.

Gambar-gambar pengerahan rudal itu sudah beredar di media Hong Kong dan Taiwan yang memicu spekulasi bahwa rudal sengaja dikerahkan bertepatan dengan pelantikan Donald Trump sebagai Presiden ke-45 AS.

Trump telah berulang kali menyuarkan sikap “antagonis” terhadap China selama kampanye hingga sukses melenggang ke Gedung Putih. Bahkan,dalam kebijakan 100 hari pertamanya sebagai presiden khusus di bidang militer Trump menyerukan pengembangan sistem rudal pertahanan yang baru.

China juga kesal dengan komentar Trump yang ingin menggagalkan ambisi China untuk menguasai hampir seluruh kawasan Laut China Selatan. Pemerintah Trump bertekad akan membela kepentingan nasionalnya di Laut China Selatan.

”AS tidak membayar cukup sebanding dengan militer China. Sebuah bentrokan militer dengan AS adalah hal terakhir yang China inginkan, tapi senjata nuklir China harus mampu mencegah AS,” tulis surat kabar itu, yang dikutip Kamis (26/1/2017).

”China dengan atau tanpa Dongfeng-41 berbeda dengan dunia luar. Itulah pentingnya Dongfeng-41. Kami berharap sisi strategis ini akan terungkap secara resmi segera,” lanjut laporan Global Times. ”Ini tidak akan membawa teori ‘ancaman China’, tetapi hanya akan menambah kewenangan untuk Tentara Pembebasan Rakyat.

Ahli di US Studies Centre University of Sydney, Ashley Townshend, memprediksi China akan meningkatkan kekuatan militernya di tahun-tahun mendatang dan memperingatkan Beijing akan menggunakan pendekatan garis keras terhadap Trump. ”Trump mendapatkan situasi sulit, tidak mungkin untuk menarik Beijing berkompromi,” kata Townshend.

0 comments:

Post a Comment