Surat kabar
China,Global Times, menyebut pengerahan rudal balistik antarbenua (ICBM)
Dongfeng 41 atau DF-41 di dekat perbatasan Rusia sebagai “pesan nuklir” untuk
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Rusia sendiri mengaku tidak
terancam dengan pengerahan rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir tersebut.
Menurut
laporan surat kabar berbahasa Inggris tersebut, pemerintah China memang telah
mengerahkan senjata canggih ke Heilongjiang, provinsi paling utara negara
tersebut yang berbatasan dengan Rusia.
Rudal DF-41
dikenal sebagai rudal dengan jangkauan tembak maksimal 12.000km hingga
15.000km. Jangkauan itu, secara teoritis, membuat China bisa menyerang di
wilayah mana saja di AS.
Rudal DF-41,
lanjut laporan itu, sejatinya sudah dikerahkan sejak bulan lalu setelah AS,
Jepang dan Korea Selatan menggelar latihan militer gabungan untuk menanggapi
ancaman rudal dari Korea Utara.
Gambar-gambar
pengerahan rudal itu sudah beredar di media Hong Kong dan Taiwan yang memicu
spekulasi bahwa rudal sengaja dikerahkan bertepatan dengan pelantikan Donald
Trump sebagai Presiden ke-45 AS.
Trump telah
berulang kali menyuarkan sikap “antagonis” terhadap China selama kampanye
hingga sukses melenggang ke Gedung Putih. Bahkan,dalam kebijakan 100 hari
pertamanya sebagai presiden khusus di bidang militer Trump menyerukan
pengembangan sistem rudal pertahanan yang baru.
China juga
kesal dengan komentar Trump yang ingin menggagalkan ambisi China untuk
menguasai hampir seluruh kawasan Laut China Selatan. Pemerintah Trump bertekad
akan membela kepentingan nasionalnya di Laut China Selatan.
”AS tidak
membayar cukup sebanding dengan militer China. Sebuah bentrokan militer dengan
AS adalah hal terakhir yang China inginkan, tapi senjata nuklir China harus
mampu mencegah AS,” tulis surat kabar itu, yang dikutip Kamis (26/1/2017).
”China
dengan atau tanpa Dongfeng-41 berbeda dengan dunia luar. Itulah pentingnya
Dongfeng-41. Kami berharap sisi strategis ini akan terungkap secara resmi
segera,” lanjut laporan Global Times. ”Ini tidak akan membawa teori ‘ancaman
China’, tetapi hanya akan menambah kewenangan untuk Tentara Pembebasan Rakyat.
Ahli di US
Studies Centre University of Sydney, Ashley Townshend, memprediksi China akan
meningkatkan kekuatan militernya di tahun-tahun mendatang dan memperingatkan
Beijing akan menggunakan pendekatan garis keras terhadap Trump. ”Trump
mendapatkan situasi sulit, tidak mungkin untuk menarik Beijing berkompromi,”
kata Townshend.
0 comments:
Post a Comment