Friday, 27 January 2017

Tidak Seheboh F-35, Tapi Pengiriman E-2D ke Jepang Bisa Mengubah Permainan


Washington mengumumkan awal bulan Januari 2017 ini bahwa Angkatan Laut AS, dalam hitungan minggu akan mengerahkan Carrier Airborne Early Warning Squadron (VAW) 125 ke Iwakuni Air Base di Jepang dengan pesawat E-2D Advanced Hawkeye. Mereka akan menggantikan VAW 115 yang dilengkapi dengn E-2C Hawkeye .

Langkah ini memang tidak mendapat perhatian besar media seperti ketika Korps Marinir Amerika Serikat mengirimkan jet tempur F-35B mereka. Padahal asset ini akan benar-benar penting dan bisa mengubah peta permainan di kawasan tersebut. Ketegangan yang terus meningkat dengan China serta ancaman yang tidak juga menurun dari Korea Utara telah mendorong AS terus mengirimkan asset terbaik mereka ke Jepang.

Beberapa kali F-22 Raptor dikirim ke wilayah ini. Selain itu Angkatan Udara Amerika juga mengerahkan pembom B-52 ke teater Asia-Pasifik. Terakhir jet tempur siluman terbaru F-35B telah merapat di Jepang dan juga E-2 Hawkeye yang menyusul. E-2 Hawkeye adalah sebuah pesawat yang memiliki kemampuan setara dengan ikon Angkatan Udara AS E-3 Sentry yang juga dikenal dunia sebagai AWACS.

Seperti E-3, Hawkeye membawa array komunikasi dan radar besar di atas pesawat tersebut. Pesawat memiliki bank workstation sehingga aircrew dapat memberikan secara real-time data dan situasi kepada pesawat lain atau komando pusat.

Pesawat juga menjadi komando dan kontrol udara untuk pesawat lain, dan bertindak sebagai relay data dan penghubung antara platform maritim dan udara yang berbeda. Dalam istilah sederhana, E-2 Hawkeye adalah mata dan telinga udara US Navy. Dari pentingnya penyebaran, maka awal bulan ini skuadron VAW 125 akan dilengkapi dengan versi terbaru dari Hawkeye yakni E-2D. 

Dibandingkan dengan E-2C pesawat ini memiliki banyak keunggulan operasional yang secara khusus relevan dengan berbagai perkembangan kemampuan militer China yang baru.

Perbedaan yang paling signifikan antara pesawat yang bisa dilihat secara eksternal adalah penggantian radar mekanis tua dengan radar A/N-APY9 baru. Ini adalah radar frekuensi ultra-tinggi yang mampu melakukan pemindaian elektronik dan scanning mekanik untuk menggabungkan keunggulan deteksi kedua teknik terhadap jenis target tertentu dan menutup kelemahan kedua jenis pemindaian tersebut.

Memburu Siluman dan Rudal


E-2D adalah lompatan besar untuk Angkatan Laut AS dalam hal deteksi, pelacakan dan penargetan jarak jauh terhadap dua sasaran. Target pertama adalah peswat tempur yang menggunakan teknologi siluman di mana China telah memasukkan ke dalam layanan jet tempur J-20 dan terus mengembangkan pesawat siluman lain J-31. Selain itu Beijing juga mengembangkan drone siluman rahasia Lijian ‘Sharp Sword’.

Deteksi dini terhadap ancaman tersebut akan sangat penting untuk menjaga survivability kapal perang permukaan Angkatan Laut AS dalam konflik di masa depan dengan China. Apalagi J-20 dikabarkan membawa rudal jarak jauh untuk menghancurkan kapal.

Demikian pula, radar A/N-APY9 menawarkan secara signifikan peningkatan kemampuan deteksi dan pelacakan terhadap ancaman kecil, rudal jelajah supersonik dan hipersonik dan hulu ledak rudal balistik.

Mengingat proliferasi rudal jelajah anti-kapal supersonik dan rudal balistik anti kapal selam China DF-21d kemampuan untuk menyediakan peringatan dini dan data target-tracking over the horizon menjadi penting untuk kelompok tempur kapal induk Amerika Serikat, untuk dapat beroperasi dalam zona anti access/area denial (A2/AD) di masa depan.

E-2D memang tidak dapat menghancurkan ancaman sendiri, melainkan mengirimkan data target ke pesawat lain yang membawa rudal untuk membereskannya. Oleh karena itu, upgrade dari E-2C ke E-2D di Jepang akan menjadi kekuatan sendiri yang bisa mengubah peta permainan di Asia Pasifik.

0 comments:

Post a Comment