Menteri
Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meminta Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
menghidupkan kembali operasi intelijen (opsintel) dan kontra intelijen. Hal itu
disampaikan Tjahjo setelah Gatot memberi sambutan dalam acara Rapat Koordinasi
(Rakor) Pilkada Serentak 2017.
Dalam
sambutannya, Gatot memaparkan bahaya laten yang sedang bergerilya dan patut
diduga berupaya memecah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Panglima
TNI saya harapkan dengan ancaman yang tadi, demi stabilitas daerah dan
nasional, ops intelijen dan kontra intelijen TNI harus difungsikan kembali,”
ujar Tjahjo di Ruang Birawa, Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa
(31/1/2017).
Tjahjo
memberikan gambaran opsintel dan kontra intelijen yang diharapkannya. “Saya
ingin setiap gelas pecah di satu rumah, di satu RW, seperti dulu itu Dandim dan
jajaran tahu gelas pecah di mana, rumah siapa, berapa orang di rumah itu,
kenapa gelas itu pecah, siapa yang terluka,” katanya.
Tjahjo pun
ingin Panglima TNI menginformasikan kepada pemerintah mengenai kegiatan ribuan
anak bangsa yang pernah menuntut ilmu ke Timur Tengah dan saat ini sudah pulang
ke Tanah Air. Jika mereka terkena paham radikal, lanjut Tjahjo, tentu akan
berbahaya.
“Kedua,
mohon maaf kita pernah mengirim berapa ribu orang-orang pintar ke Suriah,
Afganistan, ke Turki, dan mereka sudah kembali ke Indonesia. Di manakah mereka
ini berada? Kalau dia di Pindad, ini bahaya kita,” ungkap Tjahjo.
Gatot
menyambut baik permintaan Tjahjo. Ia berkata akan menindaklanjuti masukan untuk
menghidupkan kembali opsintel dan kontra intelijen sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.
“Itu
permintaan yang sangat positif dan akan kami tindak lanjuti. Apa pun yang
diundangkan pasti saya laksanakan karena undang-undang adalah panglima saya,”
ucap Gatot.
0 comments:
Post a Comment