Setelah
sempat tertunda akibat terjadinya usaha kudeta Turki tahun 2016 lalu, akhirnya
TAI (Turkish Aerospace Industries) menandatangani kerjasama dengan BAe (British
Aerospace) Systems untuk mengembangkan program pesawat tempur masa depan Turki
TF-X.
Penandatanganan
kerjasama ini disaksikan oleh PM Inggris Theresa May dan PM Turki Binali
Yildirim di Ankara, Turki pada 28 Januari 2017. Penandatanganan tersebut
merupakan bagian dari sejumlah agenda ekonomi yang dilakukan dalam kunjungan
rombongan PM Inggris ke Turki.
Penandatanganan
Headsof Agreement tersebut menandai fase pengembangan pertama dari TF-X yang
merupakan pesawat tempur generasi kelima milik Turki. Berdasarkan kerjasama
tersebut, Turki akan mendapatkan sejumlah teknologi kunci yang dibutuhkan Turki
untuk mengembangkan TF-X.
Inggris
tentu berharap dapat membuka pasar baru di luar Eropa yang bisa jadi akan
terpengaruh dengan keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa. BAe sendiri juga
mengincar peluang untuk memasok sistem persenjataan, radar, dan sensor lain
yang akan dibutuhkan selama pengembangan TF-X yang nilainya diproyeksikan
mencapai GBP 100 juta.
CEO BAe
System CEO setelah acara penandatanganan tersebut mengatakan, “BAe Systems
adalah pemimpin pasar dalam perancangan, pembuatan, dan penyediaan dukungan
bagi pesawat tempur, dan ada dalam posisi yang sempurna untuk menyumbangkan
keahlian teknik dan enjiniring, serta pengalaman dalam mengkoordinasikan proyek
yang kompleks untuk proyek Turki ini,” ujarnya.
TF-X sendiri
dikerjakan oleh TAI dengan maksud untuk mempersiapkan pengganti armada F-16
yang sudah digunakan sejak era 1980-an awal, sekaligus mendampingi F-35
Lightining II yang juga dibeli oleh Turki.
Dimulai pada
tahun 2010, TAI sudah menyelesaikan fase riset pendahuluan yang melahirkan
sejumlah konsep desain dari TF-X. Seperti diketahui, TAI memamerkan tiga
alternatif desain TF-X, dengan bentuk yang menyerupai F-22, F-35, dan satu
desain terakhir yang menggunakan sayap delta dan Canard.
Ketiga
desain menggunakan sayap tegak ganda dan jika mengacu kepada keputusan PM Turki
saat itu, Ahmet Davutoglu, maka TF-X akan menggunakan konfigurasi mesin ganda.
Soal mesin,
TAI sendiri juga memperoleh tawaran dari Rolls Royce yang menawarkan transfer
teknologi untuk mesin Eurojet EJ200 yang mentenagai Eurofighter Typhoon. EJ200
sendiri dibuat berdasarkan desain XG-40 dari Rolls Royce dan penguasaan
teknologi dan pembuatannya akan ditangani oleh perusahaan Aselsan.
Turki akan
membuat peranti lunak untuk sistem kontrol mesin dan perawatan secara mandiri.
Dengan target 250 pesawat TF-X akan keluar dari lini produksi dan diharapkan
sudah dapat operasional pada tahun 2023, maka TF-X menjadi salah satu proyek
paling ambisius dalam sejarah Turki.
0 comments:
Post a Comment