Moskow telah lama disibukkan dengan ancaman kekuatan udara NATO, dan telah menerjunkan berbagai sistem rudal permukaan ke udara yang sangat ampuh, termasuk S-300 (SA-10 dan SA-12) dan S-400 (SA-21). Rusia juga masih mengembangkan S-500 “Triumfator”, yang peran utamanya kemungkinan tidak untuk melawan jet tempur musuh di garis depan, namun lebih dikembangkan sebagai sebuah perisai pertahanan untuk melawan rudal jelajah dan rudal balistik.
Moskow telah mengklaim S-500 akan masuk layanan pada tahun 2016 atau 2017 dan menyebutnya sebagai sistem yang memiliki kemampuan tak tertandingi. Dijuluki sebagai “Prometey” atau Prometheus, S-500 diperkirakan akan memiliki ketinggian vertikal maksimum 200 km, yang memungkinkan untuk memukul rudal balistik intercontinental dan satelit di orbit rendah.
Triumfator juga akan memiliki jangkauan maksimum 600 km, lebih jauh dari kisaran S-400 yang mencapai 400 km.
Panglima Angkatan Udara Rusia Kolonel Jenderal Viktor Bondarev mengklaim S-500 akan mampu bereaksi dengan lontaran 10 rudal pada saat bersamaan dengan kecepatan reaksi 3 hingga 4 detik. Angka ini juga lebih baik dibandingkan S-400 yang hanya 6 rudal dan waktu reaksi 9 detik.
Seperti Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) Amerika Serikat, yang merupakan sistem anti rudal balistik jarak jauh, S-500 juga akan dilengkapi dengan rudal pencegat 776N-N dan 776N-N1. Kedua rudal ini menggunakan teknologi hit to kill yang artinya tidak menggunakan hulu ledak dan hanya menggunakan kekuatan kinetiknya untuk menghancurkan rudal yang masuk.
Rudal 776N akan melakukan perjalanan pada kecepatan hipersonik yakni 5 sampai 7 kilometer per detik, memungkinkan mereka untuk mencegat rudal jelajah hipersonik.
Kemampuan ini jelas terdengar sangat mengesankan. Meski tentu saja hal ini sebatas pernyataan yang dikeluarkan oleh para pejabat dan industri pertahanan Rusia. Sejauh ini hasil tes dari S-500 tidak diketahui.
Mengembangkan sistem pertahanan rudal jarak jauh seperti ini bukan perkara mudah. Amerika sempat tersandung berbagai kegagalan selama lebih dari satu dekade pada tahap awal pengembangan THAAD.
Tidak menutup kemungkinan para insinyur Almaz-Antey berhasil menghindari masalah seperti yang dialami THAAD, tetapi lagi-lagi tidak ada bukti kecuali klaim dan perkiraan semata.
Ada beberapa rincian konkret dari S-500, termasuk fakta bahwa tidak seperti sistem anti rudal balistik yang lebih tua dan besar 53T6 yang merupakan sistem statis, S-500 dibangun menjadi sistem yang kecil, self-propelled yang dapat dengan mudah menembak dan bergeser untuk menghindari serangan.
Bahkan, S-500 kemungkinan akan lebih kecil dibandingkan S-400. Diagram dirilis oleh produsen kendaraan BZKT mengungkapkan bahwa setiap baterai S-500 akan melibatkan banyak kendaraan dukungan, termasuk kendaraan Transport-Erector-Launcher (TEL), 4 kendaraan radar yang berbeda (salah satu yang secara khusus dioptimalkan terhadap rudal balistik) dan 1 atau 2 kendaraan komando.
Pentagon telah memiliki pengalaman yang luas pembongkaran jaringan pertahanan udara, tetapi media Rusia menekankan S-500 akan sulit untuk dideteksi. Salah satunya karena sistem ini menggunakan ‘wadah’ khusus yang akan menghindari deteksi satelit atau sensor interferensi elektromagnetik. Teknologi ini juga telah digunakan pada S-400.
Sistem ini oleh media Rusia juga menggunakan link komunikasi yang aman pada frekuensi variabel untuk melindungi mereka terhadap peperangan elektronik.
Ada juga beberapa klaim bahwa S-500 akan lebih efektif untuk memburu pesawat siluman.
Tentu saja, S-500 akan memiliki radar bandwidth rendah yang dapat digunakan untuk mendeteksi siluman, tetapi radar semacam ini tidak bisa digunakan untuk mengunci target untuk ditembak. Untuk benar-benar sempurna sebagai sistem pembunuh siluman, S-500 harus mampu memecah kesulitan dalam upaya mengunci pesawat siluman. Tetapi secara keseluruhan S-500 akan difokuskan pada misi pertahanan rudal.
Rentang jangkauan S-500 yang sangat panjang ini membuatnya ideal untuk melawan target terbesar dan paling tersembunyi. Pesawat AWACS atau pesawat perang elektronik akan berada dalam bahaya yang jauh lebih besar, dan kemungkinan akan dipaksa untuk beroperasi di luar radius tembakan S-500.
jika nantinya S-500 sudah masuk layanan, jelas hal tersebut akan memperpanjang zona larangan terbang yang dibangun Rusia. Pesawat siluman mungkin bisa menyusup, tetapi target lain akan benar-benar berada di ujung rudal.
Pada tahap awal, kemungkinan S-500 akan ditempatkan di Moskow dan bagian lain di Rusia Tengah, hal ini mencerminkan peran pertahanan rudal strategis.
Sebuah versi untuk angkatan laut S-500F yang akan dipasang pada Destroyer Kelas Leader sedang dibangun dan diperkirakan akan masuk layanan anara 2023 hingga 2025.
Pada akhirnya nanti S-500 akan digunakan untuk menggantikan S-300 dan akan menjadi sistem pertahanan berlapis bersama S-400. S-500 akan menjadi benteng pertahanan melawan rudal, sementara S-400 bertugas untuk melawan pesawat musuh.
Awalnya, Rusia berencana untuk membangun 10 batalion S-500. Namun, kabar terakhir hanya akan ada lima baterai yang beroperasi pada 2020 yang kemungkinan bisa karena adanya kemampuan ekonomi Rusia.
Yang jelas kemungkinan besar S-500 akan mundur dari rencana semula untuk masuk ke layanan dan tidak akan masuk layanan dalam waktu dekat. Untuk bisa mencapai kemampuan paling signifikan, S-500 juga sangat bergantung pada pengembangan rudal N776 baru.
Sebuah laporan dari Institute Studi Strategis memperkirakan sistem tidak akan siap sampai 2020. Alexander Khramchikhin dari Institut Politik dan Analisis Militer juga telah menyatakan, ”S-500 paling cepat akan masuk 2020 tidak lebih awal”.
Mengingat keterlambatan dalam memproduksi rudal hipersonik, ada kemungkinan Triumfators pertama akan disebarkan dengan rudal 40N6M yang digunakan oleh S-400 yang tentu saja akan menyulitkan S-500 mencapai kemampuan maksimal.
Hal yang sudah jelas S-500 dimaksudkan untuk melawan target tinggi dan tidak akan ditempatkan di luar negeri seperti THAAD Amerika. Sistem ini akan melindungi tanah air dan dengan rentangnya yang panjang, S-500 akan menjadi salah satu sistem penting dari strategi anti access/area denial Rusia.
0 comments:
Post a Comment