Setidaknya delapan orang tewas dalam bentrokan antara militer Myanmar dan penyerang dari kelompok Rohingya di wilayah utara Rakhine, Myanmar akhir pekan ini.
Dalam penyerangan tersebut, para penyerang bersenjatajan senapan, pisau dan tombak. Mereka menyerang pasukan pemerintah yang berjaga. Sementara itu, pasukan membalas dengan melepaskan tembakan. Namun karena kalah jumlah, pasukan segera meminta bantuan untuk memperkuat pertahanan."Pasukan yang berada pada satu titik diserang sekitar 500 orang. Mereka (penyerang) bersembunyi di antara penduduk desa," kata Direktur Departemen Penerangan Ye Naing saat dihubungi Reuters.
Diketahui bahwa sejak 9 Oktober lalu, ratusan tentara dikerahkan ke Rakhine Utara yang berbatasan langsung dengan Bangladesh. Selama ini, pihak militer telah memblokir akses ke daerah untuk wartawan dan pekerja bantuan.
Kelompok Rohingya dan aktivis HAM menuduh pasukan keamanan melakukan pelanggaran has asasi. Mereka melakukan pemerkosaan dan membakar rumah. Tapi tentara membantah tuduhan itu."Kami melakukan pembersihan operasi di desa sesuai dengan aturan hukum," kata militer.
Bentrokan beberapa pekan terakhir merupakan yang paling serius sejak ratusan orang tewas dalam serangan sektarian 2012. Tentara telah membunuh dan menangkap puluhan orang. Menurut pemerintah, pejuang muslim Rohingya memiliki hubungan dengan pejuang Islam di luar negeri.
1,1 juta muslim Rohingya Myanmar merupakan mayoritas di Rakhine Utara. Tetapi mereka tidak diakui kewarganegaraannya. Sebab, banyak umat Buddha sebagai mayoritas menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh. Mereka menghadapi perjalanan yang berat.
0 comments:
Post a Comment