Meski masih
berujung pada prototipe, pengembangan sistem senjata matra udara berupa smart
bomb (bom pintar) tak lekang ditelan harapan. Setelah Litbang TNI AU
(Dislitbangau) dan Litbang Kemhan (Kementerian Pertahanan) menciptakan
prototipe smart bomb sejak tahun 2012, BUMN Strategis PT Pindad juga
mempersiapkan solusi smart bomb untuk kebutuhan TNI AU, dan lebih spesifik PT
Pindad merujuk kemitraan dengan LIG Nex1 dari Korea Selatan dalam rencana
mewujudkan bom pintar berpemandu GPS (Global Positioning System).
Dalam ajang
Indo Defence 2016 yang berlangsung bulan November 2016, LIG Nex1 secara khusus
membuka indoor stand, dan salah satu yang ditampilkan dalam stand adalah mockup
smart bomb KGGB (Korean GPS Guided Bomb). Meski berupa mockup, tampilan bom
pintar dengan mounting bersayap ayun ini lumayan menarik perhatian pengunjung,
terlebih pamor bom pintar kembali meroket kala AU Turki rajin membombardir
kedudukan ISIS di Suriah dengan Joint Direct Attack Munition (JDAM).
Secara
khusus dalam mockup KGGB, secara tegas terdapat label stiker Pindad, dan memang
kedua perusahaan berencana mengembangkan produksi jenis senjata ini untuk
kebutuhan lokal. Lebih detail tentang KGGB, bom pintar ini di negara asalnya telah
berstatus operasional, tepatnya AU Korea Selatan menggunakan bom pintar ini
sejak tahun 2014. Menawarkan sebuah platform mounting, KGGB dirancang untuk
kompatibel dengan beragam tipe bom ber-standar NATO. Semisal di TNI AU dominan
tersedia bom MK81 dan MK82, maka mounting jacket KGGB pun siap digandengkan dengan
kedua bom tersebut.
KGGB dipandu
menggunakan sinyal satelit GPS dengan Inertial Navigation System (INS), pada
varian awal yang digunakan AU Korsel masih mencomot teknologi GPS komersial.
Meski dari aspek presisi tidak jadi soal, penggunaan GPS komersial rentan pada
aksi jamming, terlebih menurut informasi intelijen pihak Korea Utara mampu
melakukan jamming pada sinyal GPS. Dan baru pada Agustus 2016, Amerika Serikat
menyetujui penjualan teknologi Millitary GPS untuk Korea Selatan. Millitary GPS
dilengkapi kode unik yang tidak dapat diakses tanpa US military access codes.
Ciri khas
lain dari KGGB adalah tidak diperlukan modifikasi apa pun pada pesawat tempur
pengusung. Cantelan bom ini sudah disesuaikan untuk dipasang pada jet tempur
jenis F-4 Phantom, F-5 E/F Tiger, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan FA-50
Golden Eagle.
Meski menyandang status sebagai bom (tanpa tenaga dorong), namun
dengan dukungan flight control unit, main wing, guidance kit, dan tail kit, bom
pintar ini sanggup terbang melayang menghampiri sasaran dengan jarak jangkau
100 km. Seperti halnya rudal jelajah, sayap utama KGGB akan mengembang setelah
bom diluncurkan.
Dalam gelar
pertempuran, saat bom pintar meluncur maka yang berlaku adalah fire and forget.
Namun sebelum itu pilot lewat perangkat PDU (Pilot Display Unit) dapat
melakukan koreksi pada sasaran. Dalam perangkat PDU terdiri dari display map
and dynamic LAR (Launch Acceptable Region), check guidance kit status, dan
mission downloading. Saat pilot melakukan kalkulasi pada sasaran dan pengecekan
pada status senjata, semua dilakukan lewat wireless interface. Sebagai tenaga
dari kesuluruhan sistem pemandu, pada komponen KGGB ditenagai baterai lithium
polymer untuk long mission life.
Guna
menambah daya letalitas, LIG Nex1 menawarkan tambahan fuzing system yang
mencakup FMU-139, FMU-48, FMU-152. FMU- 13, M-904, dan ATU-35. Dengan
kecanggihan sistem pemandu, bom pintar ini dapat dioperasikan siang dan malam,
bahkan bisa mengantam sasaran yang berada dibalik suatu bukit. LIG Nex1 tidak sendiri
dalam mengembangkan bom pintar ini, ikut terlibat dalam penciptaan adalah
Agency for Defense Development (ADD).
Dalam jagad
alutsista nasional, nama LIG Nex1 masih terbilang asing, namun manufaktur
senjata dari Korea Selatan ini telah memasok rudal MANPADS Chiron untuk
Detasemen Perhatahan Udara (Denhanud) Paskhas TNI AU. Di Indo Defence 2016, LIG
Nex1 juga telah menandatangani kerjasama dengan PT Len untuk pengembangan CMS
(Combat Management System) kapal selam.
0 comments:
Post a Comment