Segala upaya
dilakukan Pemerintah China untuk memperlihatkan superioritas militernya di
kawasan sengketa Laut China Selatan (LCS). Untuk peran surveillance, selain
mengerahkan satelit mata-mata, China diketahui juga telah menerbangkan drone
(UAV/Unmanned Aerial Vehicle) andalannya untuk memindai setiap potensi ancaman
yang sewaktu-waktu bisa muncul. Dan drone intai yang digunakan China di LCS
adalah Harbin BZK-005, jenis drone yang masuk kualifikasi HALE (High Altitude
Long Endurance).
Dengan
kualifikasi HALE, maka drone intai ini punya spesifikasi lebih tinggi dari
drone MALE (Medium Altitude Long Endurance). Sebagai contoh, drone andalan TNI
AU dari Skadron Udara 51 yakni Aerostar TUAV masih masuk kategori MALE. Terkait
dengan fungsi intai udara, Aerostar TNI AU juga sempat disiagakan di Lanud
Ranai, Pulau Natuna.
Sebagai UAV, Harbin BZK-005 tidak dilengkapi sistem
senjata, payload yang dibawa drone berukuran tambun ini lebih ditekankan pada
keberadaan kamera pengintai, perangkat optronic (optical electronic), FLIR
(Forward Looking infrared), dan satellite datalink antenna.
Dikutip dari
laman Thediplomat.com (11/11/2016), sejak pertengahan tahun lalu diketahui
Harbin BZK-005 telah ditempatkan di basis militer China di Woody Island.
Mengenai Woody Island (dalan Bahasa China - Yongxing Island) masuk sebagai
kawasan sengketa di LCS. Meski telah diduduki China, Woody Island juga diklaim
oleh Vietnam dan Taiwan.
Nah, sebagai
drone berkualifikasi HALE, Harbin BZK-005 dapat dengan tenang memantau setiap
pergerakkan di permukaan dari ketinggian 8.000 meter. Waktu yang dibutuhkan
untuk terbang pun amat ideal untuk misi mata-mata, yakni lebih dari 48 jam.
Harbin BZK-005 punya dimensi yang lumayan besar, bahkan lebih besar dari drone
Heron milik Singapura. Bobot maksimum saat take off mencapai 1,25 ton, dengan
basis mesin propeller drone ini punya kecepatan jelajah 150 - 180 km per jam.
Meski bisa melayang di ketinggian 8.000 meter, ketinggian jelajah BZK-005 ada
di level 5.000 - 7.000 meter. Untuk kapasitas payload mencapai 150 kg.
Dengan
dimensi laksanan pesawat konvensional, Harbin BZK-005 lepas landas dan mendarat
dari jalur landasan biasa. Untuk take off dibutuhkan landas pacu 600 meter, dan
untuk landing dibutuhkan 500 meter.
Harbin BZK-005 diproduksi oleh Harbin Aircraft
Industry, sementara biro perancangnya adalah Beijing University of Aeronautics
& Astronautics. Keberadaan Harbin BZK-005 pertama kali terendus dari citra
satelit Digital Globe tahun 2015, setidaknya tiga unit BZK-005 tertangkap
kamera satelit di pangkalan militer di Daishan Island, Laut China Timur. Oleh
militer China, Harbin BZK-005 disebut sebagai Sea Eagle, dan mengemban peran
sebagai naval drone.
Meski jarak
Woody Island dan Pulau Natuna relatif cukup jauh, namun dengan keunggulan China
di bidang satelit militer, maka bukan tak mungkin BZK-005 untuk menjelajah
secara aman hingga jarak jauh lewat sistem Non Line of Sight (NLoS).
Spesifikasi
Harbin BZK-005 :
- Endurance:
> 48
- Cruise
speed: 150 - 180 km/hr
- Ceiling :
8.000 meter
- Normal
operational altitude: 5.000 - 7.000 meter
- Max
takeoff weight: 1,25 ton
- Payload:
150 kg
- Launch and
recovery: taxiing
- Takeoff
distance: 600 meter
- Landing
distance: 500 meter
0 comments:
Post a Comment