Monday, 21 November 2016

Exocet Di H225M Brazil, Proyek Yang Dulunya Gagal Di Indonesia

Super Puma TNI AL dengan Dummy Exocet
Pada dekade 1980-an, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) di bawah kepemimpinan Menristek B.J. Habibie tengah dalam masa keemasannya. Berbagai proyek diprakarsai, tidak hanya membuat helikopter berdasar lisensi Bolkow dan Aerospatiale, tetapi juga mempersenjatainya.
Pada akhir 1980-an, IPTN memodifikasi satu unit AS332F Super Puma milik TNI AL dengan perangkat radar Bendix 1500B sebagai radar surveilans maritim untuk penjejak kapal, dan radar Omega. Dua dummy rudal AM39 Exocet juga dipasang dengan dudukan strut di kiri-kanan fuselage untuk membuktikan konsep bahwa Super Puma dapat dijadikan helikopter serang maritim.
Proyek coba-coba ini akhirnya tak pernah lagi kedengaran kelanjutannya, pupus bersama krisis moneter yang datang menghantam pada 1997. Tercatat Cile dan Arab Saudi saja yang berhasil mengoperasikan Super Puma dengan rudal Exocet.
Brasil sebagai salah satu pengguna dan produsen terbesar helikopter angkut sedang H225M Caracal baru-baru ini telah memulai fase integrasi fungsi Caracal yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari Super Puma dengan sistem rudal anti kapal AM39 Exocet.
Dengan pabrikan lokal Helibras sebagai integrator dan Airbus Helicopter yang menyediakan asistensi teknis, Helibras berusaha memenuhi kebutuhan AL Brasil yang mencari platform intai maritim dan perang anti kapal permukaan. Proyek pembuatan versi serang maritim untuk Marinha do Brasil (AL Brasil) ini diberi nama H-XBR.

0 comments:

Post a Comment