China terus
melenturkan kekuatannya di wilayah konflik untuk mempertegas klaim mereka.
Sejak 1 Januari 2017, Beijing telah menerbangkan pembom strategis di atas
kepukauan Spratly setidaknya dua kali.
China
tampaknya semakin jengkel dengan patroli kebebasan navigasi yang dilakukan
Amerika di perairan Laut China Selatan dan mencurigai kegiatan itu sebagai
bagian dari upaya spionase terkoordinasi.
“Titik utama
latihan militer tersebut, dan misi ini khususnya, adalah untuk menampilkan
kekuatan strategis China,” kata seorang pejabat Tentara Pembebasan Rakyat
China.
Komandan
Amerika Serikat Gary Ross mencatat bahwa Pentagon terus mengamati berbagai
aktivitas militer China yang sedang berlangsung di wilayah tersebut. Beberapa
berspekulasi bahwa China bertujuan untuk memperkuat postur untuk menanggapi
pelantikan Presiden Donald Trump pada 20 Januari nanti.
Trump telah
menargetkan Beijing di berbagai isu, termasuk manipulasi mata uang buatan,
perjanjian perdagangan yang tidak adil, dan kegagalan China untuk menangani volatilitas
Pyongyang.
Pada bulan
Desember 2016, kapal induk China Liaoning juga menyelesaikan serangkaian
latihan militer di dekat perairan yang disengketakan, mengingatkan Taiwan bahwa
ancaman musuh-musuhnya yang tumbuh dari hari ke hari. Selanjutnya, citra
satelit yang dirilis bulan lalu menunjukkan penumpukan militer di pulau-pulau
Spratly.
0 comments:
Post a Comment