Monday 14 November 2016

Sanggupkah Kapal Induk China Mengimbangi Kapal Induk AS?


Saat ini Angkatan Laut China hanya memiliki satu kapal induk Liaoning yang dibanagun dari bekas kapal Soviet. Kemungkinan besar Liaoning hanya akan menjadi platform untuk angkatan laut China berlatih mengoperasionalkan kapal induk dengan segala pernak-perniknya termasuk operasi penerbangan kapal induk.

Mari kita misalkan galangan kapal China menyelesaikan kapal induk dalam negeri pertama dengan mengacu ketika Newport News Shipbuilding menyelesaikan USS Forrestal, supercarrier pertama mereka yang mendorong dimensi dan kompleksitas yang sama seperti Liaoning. Butuh lebih dari tiga tahun untuk membangun Forrestal.

Mari kita berandai-andai Angkatan Laut China bisa membuat langkah besar dalam belajar bagaimana mengoperasikan gugus tugas kapal induk. Jika demikian, angkatan laut akan mengintegrasikan flattop baru secara mulus dan cepat ke dalam operasi, sehingga pertempuran antara kapal induk AS dan China diperkirakan bisa terjadi sekitar tahun 2020.

Pada tahun 2020, seperti hari ini, kapal induk AS akan dapat mengangkut sekitar 85 pesawat taktis. Sementara perkiraan ukuran sayap kapal induk baru China bisa bervariasi. Mari kita estimasikan paling tinggi adalah 50 pesawat sayap tetap dan helikopter. Itu berarti, secara konservatif sayap kapal induk AS 70 persen lebih besar dibandingkan Angkatan Laut China.

Kemungkinan besar kapal induk baru China masih akan mirip dengan Liaoning yang akan menggunakan sky jump untuk menerbangkan pesawat. Hal ini membatasi berat pesawat yang bisa lepas landas. 
Sementara dengan sistem ketapel, kapal induk AS menerbangkan pesawat dalam ukuran lebih besar serta dengan beban senjata serta bahan bakar lebih banyak untuk mencapai rentang dan lama terbang lebih tinggi.

Sebagai misal jet tempur F-18E/F Super Hornet dapat beroperasi terhadap sasaran pada kisaran sekitar 400 mil dari kapal induk dengan tidak menghitung jarak senjata yang mampu mereka lepaskan. Ini kira-kira sebanding dengan radius tempur pesawat kapal induk China J-15. Tetapi sekali lagi pesawat AS akan melebihi dalam hal jumlah serta jumlah senjata yang dibawa. Dalam hal ini Amerika di atas angin.
Tetapi pada tahun 2020 persenjataan anti-kapal Angkatan Laut AS mungkin telah jatuh tempo. Saat ini persenjataan anti-kapal utama angkatan laut AS adalah rudal jelajah Harpoon yang dibangun era 1970-an dengan kisaran sekitar 60 mil. Sementara Angkatan Laut China memiliki rudal serupa yang disebut YJ-18, yang menawarkan jangkauan 290 mil laut.

Pentagon bekerja pontang-panting untuk memperbaiki kekurangan Angkatan Laut AS ini. Boeing, produsen Harpoon telah berusaha menjadikan rentang rudal ini naik dua kali lipat. Pentagon baru-baru mengembangkan rudal permukaan ke udara SM-6 untuk misi anti-kapal dengan kisaran dua kali lipat atau tiga kali lipat.
Tahun lalu Angkatan Laut AS juga menguji varian antikapal dari rudal jelajah Tomahawk. Jika semua program ini berjalan mulus dan bisa digunakan pada 2020, maka AS bisa mengembalikan keadaan dalam hal jangkauan senjata anti-kapal. Ditambah dengan peperangan kapal selam dan penerbangan. kemungkinannya, Angkatan Laut AS masih bisa menangani China dalam pertarungan di laut terbuka pada tahun 2020.

China menyadari akan situasi ini sehingga hampir pasti pertarungan di laut terbuka tidak akan menjadi fokus mereka. Beijing akan lebih menunggu di wilayah yang terjangkau oleh sistem rudal darat mereka.
Hal ini yang menjadikan mereka sangat fokus untuk membangun anti acces/areal denial untuk menjaga Amerika tidak masuk ke wilayah mereka.

0 comments:

Post a Comment